Empat Mata XXX-Tamara Blesenzky

cerita seks indo

*********************************
STANDARD DISCLAIMER

Cerita ini ditulis dimaksudkan sebagai hiburan bagi mereka yang sudah dewasa. Di dalamnya termuat kisah erotis dan dewasa terkait dengan hubungan seksual. Jika anda termasuk dalam golongan minor yang masih berusia di bawah umur dan atau tersinggung serta tidak menyukai hal-hal yang berkenaan dengan hal tersebut di atas, tolong JANGAN DIBACA. Internet adalah media bebas untuk menyalurkan semua kreasi.

Cerita ini adalah karya fiksi. Semua karakter dan peristiwa yang termuat di dalamnya bukanlah tokoh dan peristiwa nyata. Kemiripan akan nama dan perilaku ataupun kejadian yang terdapat dalam cerita ini murni ketidaksengajaan dan hanya kebetulan belaka. Penulis tidak menganjurkan dan atau mendukung aktivitas seperti yang diceritakan.

Cerita ini diperbolehkan disebarluaskan secara gratis namun tidak boleh digunakan untuk kepentingan komersil tanpa menghubungi penulis dan teamnya terlebih dahulu. Bagi mereka yang ingin menyebarluaskan cerita ini secara gratis, diharapkan untuk tetap mencantumkan disclaimer ini.

Copyright (c) 2007 Pujangga Binal & Friends.
Pbinal.SensualWriter.Com.
*********************************

Pernahkah anda membayangkan apa jadinya kalau tayangan Empat Mata dengan presenter super tenar Tukul Arwana adalah sebuah tayangan live-porn? Kalau fantasi kita sama, mungkin seperti di bawah ini kejadiannya. Cerita ini hanyalah fiksi fantasi belaka tanpa ada maksud dan alasan tertentu. Selamat menikmati. Peace!



EMPAT MATA XXX ~ Edisi Tamara Bleszynski
Ide Cerita oleh HDL & Binal Crew
Finishing oleh Pujangga Binal



(Penonton bersorak-sorai dan bergemuruh menyambut kehadiran presenter Empat Mata XXX yang terkenal ndeso - Tukul Arwana saat pria berbibir ndower itu memasuki studio)

“Selamat malam pemirsa, baik yang di studio maupun di rumah. Malam hari ini kita kedatangan tamu istimewa yang saya yakin sangat ditunggu-tunggu oleh pemirsa semua. Tamu kita kali ini tentunya tak asing lagi, dia adalah seorang artis terkenal, model, pemain sinetron, pemain film, bintang iklan dan kebetulan dia juga seorang janda kembang yang cantik, menarik, bodynya seksi dan wajahnya melankolis. Walaupun janda kembang ini sudah memiliki seorang anak, tapi saya yakin pasti banyak sekali pemirsa yang mengantri kalau-kalau artis satu ini akhirnya mau menikah lagi. Putra tunggal artis ini kini tinggal bersama mantan suaminya dan walaupun artis ini sudah sangat merindukan sang buah hati, tapi susah sekali bertemu dengannya, kalau saya usul sih, daripada repot mending bikin lagi yang baru. Sebenarnya dia sudah meminta saya menjadi pengganti mantan suaminya itu, tapi saya menolak karena sibuk syuting Empat Mata XXX dan menjadi bintang iklan dimana-mana, wahahahaha! Baiklah, mari kita sambut saja… Tamara Bleszynski!”

(Penonton bersorak-sorai dan bergemuruh)

Diiringi lagu yang dimainkan oleh band Peppy, sosok model dan pemain sinetron terkenal Tamara Bleszynski masuk ke panggung. Penonton makin ramai memberi sorak sorai karena penampilan Tamara yang cantik semakin terlihat seksi dengan balutan kemeja dan rok yang ketat berwarna gelap, kontras dengan kulitnya yang putih mulus tanpa cacat. Rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai indah menambah pesona. Rok yang dikenakan Tamara cukup pendek di bagian bawah sehingga kakinya yang jenjang terlihat menantang dan didukung oleh sepatu berhak tinggi, pantatnya yang bulat terdorong ke atas, sangat menggiurkan mata yang memandang. Tapi tentu saja dari semua kemewahan tubuh memikat Tamara, yang paling menarik adalah buah dadanya yang membusung dan ranum, sangat menggairahkan, konon katanya buah dada itu pernah diasuransikan.

Tukul yang didatangi Tamara langsung meneteskan air liur menatap keindahan body tamunya yang seksi ini. Kalau sama yang ginian, Vega alias Ngatini sih kalah jauh. Tak ayal, ular naga Tukul bergerak-gerak di selangkangannya.

“Selamat malam, Tamara.” Sambut Tukul sok akrab.

“Selamat malam.” Jawab Tamara lembut. Tutur katanya yang sopan membuat Tukul tambah belingsatan. Dia berusaha menekan ular naganya yang malah tambah ngaceng saat dekat dengan Tamara.

Keduanya bersalaman dengan hangat. Tukul langsung keringetan. Tangan Tamara sangat halus dan mulus. Dengan aksi tipu-tipu pura-pura menyapa penonton, Tukul mengeluskan jempolnya yang besar ke tangan Tamara. Untung saja janda cantik itu sudah biasa menghadapi laki-laki yang memanfaatkan situasi seperti Tukul ini, jadi dia diam saja dan terus tersenyum ke arah penonton.

(Penonton bersorak-sorai ‘Cium! Cium! Cium!’)

Tukul berbisik pada Tamara, “Bagaimana Tamara? Penonton meminta saya mencium Tamara? Kalau tidak mau tidak apa-apa lho…”

Tamara tersenyum manis. Sebagai tamu tidak pantas rasanya dia menolak host yang namanya kian kondang di Indonesia ini, lagipula apa salahnya sekedar cium pipi?

“Boleh saja, kok Mas Tukul,” bisik Tamara, “cheek to cheek aja kan?”

Tukul langsung tersipu-sipu malu. Wah, ini yang namanya kesempatan!

“Iyalah, cuma cipika cipiki biasa aja, sekedar face to face.”

(Penonton masih terus berteriak ‘Cium! Cium! Cium!’)

Tamara menyodorkan pipinya pada Tukul untuk cipika-cipiki. Tapi dasar Tukul, mumpung ada kesempatan nyosor janda secantik Tamara, pasti tidak akan disia-siakannya. Kapan lagi dia bisa dekat dengan Tamara? Sambil memonyongkan bibirnya yang memble, Tukul mendekati pipi Tamara.

Dengan senang hati Tamara menerima ciuman pipi kanan dan kiri dari Tukul, tapi janda kembang yang cantik itu kaget saat bibir nyonyor Tukul tiba-tiba saja nyosor ke bibirnya!

‘Nekat amat sih nih orang?!’ Batin Tamara, ‘Main sosor aja!’

Tukul menikmati saat terindah dalam hidupnya ini. Dengan pandai dia memanfaatkan situasi dan berhasil mencium bibir indah Tamara. Mantan model itu terkejut dan langsung pucat pasi. Dia kaget sekali karena tiba-tiba saja diserang oleh Tukul. Tapi Tukul malah makin berani saat Tamara bereaksi dan mencoba melepaskan ciumannya.

Bibir memble Tukul melekat di bibir Tamara dan ditekan-tekan dengan kasar, dia mengoleskan bibir besar yang basah oleh air liur itu ke bibir sang tamu. Tamara meronta sesaat tapi dia kemudian teringat kalau saat ini mereka sedang berhadapan dengan live audience, tidak saja yang berada di studio tapi juga sebagian besar masyarakat yang menonton di depan televisi sedang memperhatikannya, dia tidak ingin melakukan tindakan brutal dan emosional yang nantinya bisa menimbulkan keributan dan skandal. Sudah cukup semua masalah dan gosip yang menghantuinya sepanjang hidup, kalaupun ciuman si Tukul ini dinilai kurang ajar, dia bisa menuntutnya nanti di pengadilan, tentunya setelah acara ini selesai.

Dasar si Tukul mupeng, bukannya berhenti malah tambah hot. Tangannya memeluk Tamara dan bergerak nakal menjelajahi setiap lekuk tubuh Tamara, berulang kali tangan Tukul yang masih memeluk Tamara meremas pantat ibu muda yang cantik itu dengan gemas. Lidah Tukul bergerak seperti ular dan mencoba memasuki lubang kecil mulut Tamara. Janda jelita itu menggeleng dan menolak, tapi apalah artinya penolakan Tamara terhadap seorang pria kutukupret seperti Tukul. Lidah Tukulpun segera masuk ke dalam rongga mulut Tamara dan menjelajah ruang itu dengan buas.

Tamara geleng-geleng kepala. Mimpi apa dia semalam kok hari ini bisa-bisanya diajak french kiss sama Tukul? Setelah beberapa saat berciuman, akhirnya Tukul melepaskan Tamara yang megap-megap mengambil nafas. Ciuman sama Tukul ibarat menempelkan bibir ke alat penyedot debu, sedotannya maut!

(Penonton bersorak-sorai dengan gembira)

Tukul mendekati kamera sambil cengengesan. “Gimana pemirsa semua? Pengen ya? Pengen? Makanya jadi orang sukses! Jangan miskin terus! Usaha! Saya bisa begini juga karena bekerja dari nol, kesuksesan ini adalah hasil dari kristalisasi keringat! Saya dulu berawal dari pekerjaan kasar, lalu menjadi cover boy, lalu jadi pelawak sampai sekarang sukses seperti ini…”

(Penonton mengelu-elukan Tukul dan tertawa terbahak-bahak)

Tukul segera mempersilahkan Tamara duduk dan berbincang-bincang sejenak dengannya tentang hal-hal formal. Akhirnya tiba memperkenalkan tamu berikutnya.

“Pemirsa, setelah mendapatkan restu dari pihak pengadilan, akhirnya Empat Mata XXX mendapat kehormatan untuk mempertemukan Tamara dengan mantan suaminya dalam rangka mencari titik temu secara kekeluargaan hak asuh Rasya anak Tamara dan Rafly. Setelah dikonfirmasi, telah datang tamu yang berikut ini, tidak lain dan tidak bukan, mantan suami Tamara, Rafly!”

(Penonton bertepuk tangan saat Rafly masuk ke panggung, bersalaman dengan Tukul dan Tamara)

Tukul mempersilahkan Rafly untuk duduk.

“Baik, kembali ke… laptop!” Tukul memicingkan mata untuk membaca kalimat yang tertayang di layar monitor laptopnya. “Untuk Rafly, jadi kedatangannya hari ini ke edisi spesial Empat Mata XXX adalah untuk memberikan solusi bagi Tamara tentang hak asuh Rasya? Benar begitu?”

Rafly mengangguk dan tersenyum. “Benar sekali, Mas Tukul. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya saya selaku pengasuh Rasya memberikan kesempatan pada Tamara untuk memperoleh kembali Rasya dengan syarat harus memenuhi beberapa permintaan saya.”

“Untuk Tamara,” Tukul menunjuk ke arah tamunya yang cantik. “Bagaimana menurut Tamara penawaran Rafly ini?”

“Menurut saya, ini kesempatan yang baik sekali bagi saya untuk membuktikan bahwa tekad saya untuk kembali berdua dengan buah hati saya sangat besar dan tidak akan terkikis oleh apapun juga. Saya bersedia melakukan apapun permintaan Rafly asalkan bisa kembali bersama Rasya.”

Tukul kembali ke depan kamera. “Baiklah pemirsa, sepertinya Tamara dan Rafly akan melakukan perbincangan yang cukup hangat dan serius, apa yang akan terjadi selanjutnya? Saya akan kupas lebih jauh lagi, tetap di… EMPAT MATA XXX!!”

###

“Setelah jeda iklan, akhirnya kita kembali bertemu.” Kata Tukul sambil cengengesan berdiri di depan kamera. “Saya minta maaf, slot iklan kami memang sudah sangat penuh dan banyak perusahaan yang mengantri untuk bisa menampilkan produknya di acara ini. Mudah-mudahan pemirsa sabar yah, ya begini ini ciri-cirinya acara yang sukses, iklannya banyak! Wahahahaah!”

Tukul duduk kembali. “Back to… laptop! Untuk Rafly, silahkan mengutarakan keinginannya.”

“Kalau Tamara ingin ketemu Rasya, ada tiga syarat yang harus dipenuhi.” Kata Rafly kemudian. Pria itu memandang ke arah Tamara dengan pandangan sinis penuh percaya diri, dia saat ini sedang berada di atas angin. “Bagaimana?”

“Rafly,” Tamara memohon dengan lembut, wajahnya berubah memelas, dia sangat ingin berjumpa dengan Rasya, “kamu kan sudah tahu, apa saja yang telah aku korbankan untuk bisa berjumpa dengan Rasya. Kamu tetap saja selalu melarang aku menemuinya, kalau saja ada yang bisa aku lakukan, pasti akan aku penuhi, jangankan cuma tiga permintaan, sepuluh pun pasti aku penuhi.”

“Tidak usah repot-repot.” Kata Rafly. “Cukup tiga permintaan saja, apa buktinya kalau kamu bersedia melakukan tiga permintaanku?”

“Apa saja, hitam di atas putih?” tanya Tamara.

Rafly mengangguk dan mengeluarkan beberapa helai kertas berupa surat perjanjian yang rupanya sudah ia siapkan sedari tadi. Rafly juga mengeluarkan ballpoint dan menandatangani beberapa bagian surat tersebut, lalu dia menyerahkannya pada Tamara.

“Ini surat perjanjian yang sudah aku buat sejak dari rumah, dengan saksi Mas Tukul, Peppy, Ngatini dan semua pemirsa Empat Mata XXX, aku berjanji akan mempertemukan mantan istriku - Tamara Bleszynski untuk bisa menemui anakku - Rasya secara reguler seminggu sekali saat weekend, dengan syarat harus mau memenuhi tiga permintaanku.” Kata Rafly.

Karena sangat ingin bertemu dengan Rasya, Tamara menandatangani surat perjanjian dengan cepat. Dia sudah tidak sabar lagi ingin segera berjumpa dengan putra tunggal yang sudah tiga bulan lebih tak bisa ditemuinya. Tamara menunjukkannya pada Tukul sebagai saksi dan mengembalikannya pada Rafly.

“Rafly, memangnya apa tiga permintaan yang diajukan pada Tamara?” tanya Tukul.

“Permintaannya adalah,” Rafly tersenyum sadis sambil membaca surat perjanjian yang sudah ditanda tangani Tamara. “Satu, selama acara ini berlangsung, dia harus menuruti semua permintaan saya, Mas Tukul dan Peppy. Dua, selama acara ini berlangsung saya ingin Tamara melepaskan semua pakaian yang sekarang ia kenakan sampai bugil. Tiga, saya ingin Tamara melayani Peppy dan Mas Tukul bermain cinta.”

Tamara terbelalak, wajahnya memerah karena menahan amarah dan berdiri dengan wajah geram hendak memaki-maki Rafly. Dia sudah siap meninggalkan panggung, tapi beberapa orang sekuriti menahan Tamara. Janda cantik itu meronta-ronta, tapi tak dilepaskan oleh sekuriti.

Rafly menunjukkan tanda tangan Tamara di surat perjanjian sambil berkata penuh percaya diri, “hitam di atas putih.”

Tamara menundukkan kepala dan berhenti melawan.

Tukul kemudian berdiri dan menunjuk ke arah kamera. “Baiklah pemirsa, sepertinya akan ada sesuatu yang menarik yang akan segera terjadi secara live di studio Empat Mata XXX, saya akan kupas lebih jauh lagi, tetap di… EMPAT MATA XXX!!”

###

(Penonton bertepuk tangan dengan riuh menyambut kembalinya Tukul, Tamara dan Rafly)

“Baiklah, balik maning nang… laptop!” si Tukul tersenyum melihat kata-kata yang tertera di layar monitor laptopnya. “Untuk Tamara: Sekarang saatnya untuk membuka baju yang dikenakan.”

Tamara terkejut, “ma-maaf, Mas Tukul bilang apa?”

“Buka baju yang Tamara kenakan sekarang juga.”

Mata si cantik itu langsung terbelalak dan kemarahannya tak bisa dielakkan lagi. “Gi-gila! Berani-beraninya Mas Tukul bilang begitu pada saya di depan live audience!! Saya tidak mau!! Ini penghinaan! Saya akan tuntut semua…”

Tukul mengambil surat yang dibawa Rafly yang ternyata sudah difotokopi pada saat jeda iklan tadi. “Silahkan dituntut, kan Tamara sendiri yang sudah menyetujui perjanjian kita ini?”

“Saya tidak akan mau mengakui perjanjian menjijikkan semacam itu! Puih!” Tamara meludah ke wajah Tukul.

Tukul berdiri dengan tenang dan cengengesan menghadap ke arah penonton, “Baiklah, kita tanyakan saja langsung pada pemirsa semua, khususnya pemirsa yang ada di studio saat ini. Bagaimana, ada yang tertarik melihat Tamara Bleszynski membuka baju untuk pertama kalinya di hadapan live audience?”

(Penonton bersorak-sorai sambil berteriak-teriak kegirangan ‘Buka, buka, buka!!’)

Saat itu barulah Tamara sadar kalau semua penonton di studio adalah laki-laki, tidak ada satupun penonton wanita, mereka mengepung stage dengan pandangan yang seram seakan hendak mencaplok Tamara mentah-mentah. Janda cantik yang seksi itupun semakin ketakutan melihat wajah-wajah mupeng dari para penonton.

“Saya gak berani jamin mereka gak akan menyerang Tamara,” kata Tukul menakut-nakuti si cantik Tamara, “mending Tamara saya kasih tahu saja, sebenarnya penonton kali ini adalah pemirsa gabungan dari penjara-penjara di seantero Jawa, beberapa diantara mereka terdapat pemerkosa dan pembunuh, orang-orang katro yang taunya hanya bikin masalah. Jangan tanya saya kok bisa mereka dikumpulkan di sini, itu kerjaannya tim kreatif Empat Mata XXX. Kalau saya jadi Tamara, saya tidak akan mau mencari masalah dengan pemirsa di studio yang sepertinya sudah mulai memanas emosinya.”

Tubuh Tamara bergetar ketakutan. “Lalu, apa yang Mas Tukul inginkan?”

“Kalau mau aman dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” Tukul meringis lebar. “…saatnya membuka baju.”

Mata Tamara terpejam dengan perasaan tak menentu. “Tidak mau!! Saya belum gila!! Saya tidak mau membuka baju di depan…”

Beberapa penonton bangkit dan mendekati stage, para kru TV berusaha keras agar para tahanan yang mulai buas itu tidak melakukan tindakan nekat. “Tamara sudah lihat sendiri kan situasinya? Pilih mana, buka baju atau dikerjai ramai-ramai sama para tahanan ini?”

Wajah Tamara memerah, airmata mulai menetes di pipi wanita jelita itu. Dengan tangan gemetar Tamara mulai membuka kancing bajunya. “I-ini mimpi buruk,” katanya menenangkan diri sendiri. “Ini tidak mungkin terjadi, tidak mungkin!”

Tamara bergetar hebat ketika dia membuka kemejanya. “Aku harap sebelum semuanya terlambat, kamu menyadari kalau saat ini sedang melakukan kesalahan, Mas. Aku tidak pantas mendapat perlakuan seperti ini. Aku memang telah menceraikanmu, tapi aku yakin kelak kau akan mendapat yang lebih baik lagi…”

Rafly tak bergeming, dengan dingin dia menyingkirkan kemeja Tamara ke arah penonton yang langsung berebut dan menunjuk-nunjuk ke arah roknya. Tak perlu waktu lama untuk melepas rok itu. Tamara berdiri kedinginan di tengah ruangan dengan mengenakan pakaian dalam. Air mata mulai leleh membasahi pipinya.

Mata Tamara mulai berkaca-kaca dan memohon ampun pada Rafly. Dia berusaha mengubah permintaan mantan suaminya itu, tapi hanya dibalas dengan pandangan mata tajam yang kejam.

“Ke tengah-tengah ruangan dan mulailah melepaskan seluruh pakaian,” perintah Rafly. “Aku ingin memperlihatkan tubuh indahmu pada seluruh pemirsa baik yang di studio ataupun yang ada di rumah, seperti apa sebenarnya tubuh model tercantik di Indonesia itu. Tubuh yang dulu pernah menjadi milikku seorang.”

Dengan wajah tertunduk Tamara melangkah ke tengah ruangan, di antara panggung dan penonton, tepat di depan kameraman yang meneguk ludah menahan nafsu. Tetes air mata yang menitik di pipi Tamara sempat dizoom olehnya. Tamara mulai melepaskan sepatunya, lalu dia duduk di pinggir stage untuk melepas stoking putih dan rok dalam.

Inilah dia, Tamara Bleszynski, model terkenal yang sangat cantik dan menjadi idaman jutaan pria, hanya mengenakan BH dan celana dalam. Semua penonton di studio terdiam menatap keindahan tubuh Tamara yang sangat mempesona, mereka tidak mengira model cantik itu benar-benar akan menelanjangi dirinya sendiri di depan live audience. Air liur Tukul turun tanpa bisa dikendalikan. Keindahan tubuh Tamara benar-benar menakjubkan, untuk beberapa saat lamanya, semua penonton menahan nafas.

(Akhirnya penonton bertepuk tangan dengan gembira, mereka yang hadir bersorak-sorai dan mengeluarkan kata-kata cabul yang ditujukan langsung pada sang artis)

“Sudah ya?” kata Tamara sambil menahan diri agar tidak menangis, nada suaranya bergetar ketakutan, ia melirik ke arah Rafly memohon ampun. “Sudah cukup kan mempermalukan aku? Begini sudah puas kan?”

“Apanya puas? Kamu masih pakai BH dan celana dalam,” jawab Rafly dingin. “lepaskan semuanya.”

Dengan perasaan ragu Tamara meraih kait BH di bagian punggungnya, sudah kepalang tanggung, dia harus bertemu Rasya malam ini juga, rindunya sudah tak tertahankan. Apapun taruhannya, dia ingin bertemu anaknya. Rafly memang kejam dan tidak tahu diri, nekat mempermalukan mantan istrinya seperti ini, tapi dia punya alasan kuat untuk menjatuhkan harga diri Tamara yang sudah menceraikannya secara sepihak itu. Saat BH Tamara terlepas, buah dada sentosa yang besar dan kencang miliknya terpampang jelas untuk semua orang yang melihat. Penonton terhenyak melihat ukurannya dan berdecak kagum. Tamara belum berhenti, dia meraih celana dalamnya dan mencopotnya ke bawah. Dia telanjang.

Tamara Bleszynski, artis cantik dan terkenal berdiri telanjang di hadapan live audience Empat Mata XXX dengan rambut tergerai indah dan dua tangan yang masing-masing berusaha menutup payudara dan gundukan selangkangan.

Rafly berdiri, membisikkan sesuatu pada Tukul dan duduk di bar yang berada di dekat Ngatini. Tukul tersenyum-senyum cabul pada Tamara.

“Tam, tolong dong, aku juga kayaknya jadi pengen telanjang kayak kamu.” Kata Tukul sambil meringis menjijikkan.

Tamara termangu dan menatap Rafly dengan jengkel. Dia tak mengira Rafly akan menghinanya sampai serendah-rendahnya. Janda cantik itu mengira dia sudah bisa bertemu dengan Rasya dengan menelanjangi dirinya sendiri, ternyata masih jauh dari harapan. Setelah kata-kata Tukul itu Tamara jadi sadar sepenuhnya apa yang diinginkan Rafly darinya, dia ingin Tamara melayani Tukul di depan semua orang yang menonton. Dia ingin si cantik seksi Tamara dinikmati luar dalam oleh si katrok Tukul. Sudah kepalang tanggung, Tamara mendengus kesal.

“Jangan malah bengong begitu, ayo ke sini!” panggil Tukul.

Dengan langkah lemas Tamara mendekati Tukul. Dengan gerakan patah-patah karena malu dan grogi Tamara melucuti pakaian Tukul. Janda cantik itu melepas sepatu Tukul yang bau amis sebelum akhirnya melucuti celana. Tamara sempat berhenti sejenak di hadapan selangkangan Tukul, dia bisa melihat ular naga Tukul yang menggeliat dan membesar di dalamnya. Ukurannya membuat Tamara sangat takjub, luar biasa besar.

Tamara meraih celana dalam Tukul dan memelorotkannya ke bawah. Penis berukuran massive milik Tukul meloncat keluar dengan perkasa dan menampar wajah Tamara yang berteriak kaget.

Tamara menjerit ketakutan dan meloncat ke belakang, penonton tertawa-tawa.

“Ayo semua, copot celananya juga! Kasihan kan, masa cuma Tamara doang yang telanjang?” ajak Tukul pada pemirsa di studio. “Kalau kalian telanjang kan lebih enak nanti colinya, iya nggak?”

(‘Iyaaaa’ jawab penonton yang langsung melucuti pakaian mereka. Hampir semua orang di studio langsung telanjang, termasuk Peppy. Hanya yang berada di bar yang masih berpakaian lengkap, seperti Ngatini dan Rafly)

Ketika Tukul lengah, Peppy berlari ke tengah dan menarik Tamara ke dekat bandnya. Tukul sudah siap protes tapi ditahan oleh Rafly. Tamara melirik ke arah mantan suaminya itu dengan pandangan kesal.

Peppy langsung menyuruh Tamara berjongkok di hadapannya.

Tamara tersentak saat melihat kemaluan Peppy. Masa iya sih? Ternyata tidak cuma janggutnya saja, jembut si Peppy juga dipelintir kecil! Wah wah, Tamara geleng-geleng kepala. Walaupun tidak begitu besar ukurannya, tapi kemaluan Peppy cukup mengintimidasi. Melihat Tamara sudah begitu dekat dengan penisnya, Peppy tambah nafsu. Penis itu kian menegak menantang Tamara.

“Ku-kumohon,” pinta janda cantik itu terbata-bata. “jangan lakukan ini. Ini salah. Ini…”

“Ambil penis saya dan masukkan ke mulut Mbak Tamara.”

Tamara terkejut mendengar kata-kata Peppy, janda cantik itu bergerak mundur dan menggelengkan kepala. “Jangan… kumohon demi kehormatanku, jangan membuatku lebih terhina dari ini, Mas. Jangan permalukan aku, tidak seperti ini, aku tidak mau… di depan semua orang…”

Rafly menggebrak meja dan membuat tubuh Tamara bergetar hebat. Tidak ada jalan lain, apapun akan dilakukannya untuk bertemu Rasya. Bahkan jika dia harus menghancurkan karir dan harga dirinya. Sesaat Tamara terdiam, kemudian terdengar suara Peppy.

“Saya pengen disepong, Mbak. Ayo jangan lama-lama, lihat Mbak Tamara telanjang bikin saya terangsang hebat.”

Dengan wajah merah karena malu dan mata tertutup, Tamara yang pasrah dan tak bisa berbuat apa-apa meraih kemaluan Peppy dan memasukkannya ke dalam mulut. Wanita jelita yang menjadi dambaan jutaan pria di Indonesia itu lalu mulai menjilati dan mengulumnya. Inilah yang namanya impian menjadi kenyataan.

“Lihat ke atas.” Perintah Peppy.

Tamara tetap menyepong Peppy dengan mata tertutup. Dia tidak mau melihat ke atas dan menatap mata si gundul itu. Dia tidak mau menatap mata yang menatapnya dengan pandangan puas yang akan membuatnya jauh lebih terhina.

“Aku bilang LIHAT KE ATAS!” ulang Peppy galak.

Tak berdaya dan ketakutan, Tamara mendongak ke atas. Kini dia bukanlah Tamara Bleszynski yang anggun lagi, dia bukan lagi Tamara yang artis terkenal dengan gaya high class yang terkenal dan punya style di atas rata-rata. Dia kini hanyalah Tamara sang wanita jalang yang sebentar lagi akan terkenal di seluruh penjuru negeri sebagai wanita gampangan yang bisa dipesan kapan saja. Dia hanya seorang pelacur hina, tidak pantas lagi menjadi artis terkenal, tapi kalau itu bisa membuatnya bertemu dengan buah hatinya, Tamara rela.

“Disedot dong, Mbak.” Kata Peppy. Aneh rasanya dikulum oleh wanita secantik Tamara, ada desir-desir jantung yang tak terkatakan yang dirasakan oleh Peppy.

Tamara menggerakkan kepalanya dengan lebih cepat, mengangguk dengan sepenuh tenaga, berusaha membuat Peppy mengeluarkan air maninya. Awalnya janda itu memang menolak menyepong Peppy, tapi kini dia mati-matian ingin Peppy segera mengeluarkan cairan cintanya.

“Udah udah,” kata Tukul.

Tamara terus mengulum penis Peppy, sepertinya dia tidak mendengar perkataan Tukul. Peppy juga tetap menikmati kedahsyatan bibir Tamara yang bergerak cepat di kontolnya sambil merem melek.

“Udah! Kesenengen kamu! Tak sobek-sobek!!” kembali Tukul protes sambil melotot ke arah Peppy, ditariknya Tamara menjauh dari si jenggot sehingga mulutnya terpaksa melepas batang kemaluan Peppy. Cairan bening mani Peppy menetes-netes dari pinggir bibir Tamara.

“Dasar julung-julung! Keenakan kutukupret ini kalau dibiarkan lama-lama. Bintang utamanya kan saya, kok kamu melulu yang diserpis. Udah kamu pulang aja ke pohon, sana!” Kata Tukul menghentikan aksi Peppy. Si gundul berjenggot yang tadinya sudah merem melek itu terpaksa gigit jari karena Tamara sudah ditarik oleh Tukul kembali ke tengah panggung.

Tukul membimbing Tamara kembali ke sofa. “Ayo Tam, berbaring di sini biar enak.”

Akhirnya Tukul bisa menikmati keindahan sempurna tubuh telanjang Tamara Bleszynski secara langsung, padahal tadinya dia cuma bisa ngiler dan muncrat-muncrat menyaksikan keseksian Tamara. Dia tidak sendirian, seluruh pemirsa Empat Mata XXX bisa menyaksikan keindahan tubuh janda cantik itu, tubuh wanita dewasa yang sangat indah dan matang.

Buah dada Tamara besar dan indah, bulat, kenyal dan kencang. Buah dada sempurna dari seorang wanita cantik yang memiliki tubuh indah. Tapi Tukul sudah tidak tahan lagi, kalau pakai foreplay nanti keburu mancrut, dia mau langsung saja! Dengan tangannya yang nakal Tukul menelusuri tubuh Tamara dari atas sampai ke bawah, ke gundukan selangkangannya. Rambut kemaluan Tamara rupanya dicukur rapi membentuk segitiga, indah sekali dipadu dengan bibir memek yang berwarna merah muda merekah. Wanita jelita ini sangat pandai menjaga tubuh luar dalam. Tapi tujuan utama Tukul adalah belahan bibir bawah yang harum milik Tamara. Ini dia hidangan utamanya!

“Renggangkan kakimu, Tam,” kata Tukul. Wanita cantik itu menurut saja dengan malu-malu, dia tidak pernah bugil dan melakukan hal gila seperti ini sebelumnya, apa lagi di hadapan live audience. Malu-malu Tamara membuka kakinya dan Tukul langsung kagum melihat janda cantik itu ternyata sudah mulai mengeluarkan cairan cintanya. Sekali lagi Tamara memejamkan mata dan memutar kepalanya menghindari tatapan langsung Tukul.

“Mas Tukul, jangan…”

“Belum diapa-apain kok sudah bilang jangan. Aku gak akan melakukan apa-apa kok, Tam. Kamu sendiri yang akan melakukannya.”

Tukul memposisikan penisnya tepat di bibir memek Tamara yang wangi. Bau memek yang sudah basah memenuhi udara studio, ac memang menyala tapi suasana tambah panas.

“Matanya dibuka dong,” kata Tukul. “nggak enak menyetubuhi cewek yang merem melulu. Nanti seperti ng*****in kayu. Kalau cuma mau merem terus, mending aku sama Ngatini saja. Masa kamu kalah sama Ngatini? Ayo diambil kontolnya, Tam. Aku tunggu ya.”

Dengan pandangan marah Tamara menatap ke arah Tukul, wanita cantik itu geram dengan sikap Tukul yang arogan, tambah macam-macam aja orang satu ini, Tamara tidak akan bisa menuntut ke polisi dan mengaku diperkosa kalau dia sendiri yang menarik penis Tukul dan memasukkannya ke dalam vaginanya. Tamara menggerutu dan meraih penis sang presenter. Dengan hati-hati Tamara memasukkan kemaluan Tukul ke dalam lubang memeknya.

“Essstttt!!!” janda cantik itu merintih saat batang kemaluan Tukul perlahan memasuki kewanitaannya.

Setelah seluruh batangnya masuk, Tukul mulai memompa vagina Tamara. “Waduhh, enaknyaaa!! Pet pet rapet-rapet!”

Tukul cengengesan melihat wajah Tamara yang berusaha keras agar tidak terpancing birahinya. Bagaimana mungkin tidak terpancing? Kontol Tukul Arwana yang sangat besar menyesaki liang kewanitaan Tamara, tubuh janda cantik itupun bergetar karena tidak mampu menahan rasa nikmat di vaginanya. Tamara memejamkan matanya sebisa mungkin saat Tukul meneruskan gerakan memompanya yang makin lama makin cepat.

“Asoooy! Bisa kerasa kan, Tam? Unghhh! Rapetnya! Wah wah, salut! Sudah punya anak satu tapi memeknya masih rapet begini, enak banget!” dengan kurang ajar Tukul meletakkan satu tangannya di buah dada Tamara, wanita cantik itu menggigit bibir menahan diri. “Waduh, ini susu apa melon? Gede banget! Wah, enakkghh! HAAAHH!!! HAHHH!! Bisa kerasa kan kontolku tambah gede di dalam? Iyaaa!! Janda yang masih rapet gini memang asoy!! Fasilitas oke, pengalaman ada!! Ungghhh!! Ayo digoyang! Jangan diem ajaaa!”

Tadinya Tukul mengira Tamara akan diam saja selama disetubuhi olehnya, tapi akhirnya wong ndeso itu mendengar nafas yang pendek dan cepat, lalu terdengar suara lenguhan pelan, walaupun tidak mau mengakui, si cantik itu jelas-jelas mulai terangsang, lenguhan Tamara makin jelas terdengar.

“Esssttt…” Tamara menahan suara karena tak tahan rangsangan luar biasa yang ditimbulkan kontol Tukul dalam memeknya, tapi akhirnya wanita cantik itu menjerit, “Kyaaaaghhhh!! Ampuuun!! Ahh! Ahhh! Ahhh!”

“Kamu siapa, Tam? Kamu siapa??” Tukul mempercepat sodokannya. “Dulu di infotainment katanya kamu ini binatang jalang, bener begitu?”

“Aku ini binatang jalang, Mas Tukul! Aku ini bintang jalang!!” Tamara berteriak campur menangis merasakan kenikmatan sodokan Tukul. “Aku binatang jalang! Aaaarrghh! Aduuuhhh!! Ampuuun!! Ahh! Ahhh! Aa-kkuu… binatang jalaaang!!”

“Memang jalang kamu ini. Puas kamu dirobek-robek memeknya? Puas puas puasssss?” tanya Tukul dengan sedikit berteriak.

Tamara mengangguk-angguk sambil terpejam dan masih menahan kenikmatan yang makin lama makin memuncak di selangkangannya. “Aku puasss, Mas Tukul! Aku puasss!!”

Tak perlu waktu lama bagi Tukul membuat Tamara mengeluarkan cairan cinta yang langsung membanjir di dalam memeknya, penis Tukul yang masih keluar masuk vagina Tamara berkecipak-kecipuk seperti seekor kodok di tengah empang, becek sekali rasanya. Walaupun Memek Tamara sudah pernah mengeluarkan seorang bayi, tapi perawatan tubuh yang rutin membuat memek itu terasa masih sempit bagi Tukul, baru saat banjir inilah, memek itu menjadi longgar. Tukul puas sekali merasakan air cinta Tamara membasahi penisnya, sementara janda cantik itu mengembik dan menangis tanpa bisa menghentikan gerakan Tukul yang terus memompa batang kemaluannya keluar masuk liang vaginanya. Tiba-tiba tubuh Tukul mengejang, hal yang paling ditakuti Tamara hampir menjadi kenyataan.

“Aduuuh!” rengek janda cantik itu, “jangaaan, Mas Tukul! Keluarin di luar! Cabut! Cabut! Saya mohon jangan, mas! Di luar ajaaa!! Nanti kalau saya hamil gimana? Anak saya kayak apa nanti?? Jangaaaaan!!”

Terlambat. Ujung gundul penis Tukul yang masih tertanam di memek Tamara meledak dan mengeluarkan cairan bening diiringi dengan deru nafas lega sang pemilik kemaluan. Tamara menjerit-jerit menolak dan berusaha melepaskan diri dari pelukan Tukul, sayangnya pria katro itu lumayan kuat. Semprotan pejuh Tukul ludes ditelan memek Tamara. Walaupun sudah mencapai klimaks, Tukul tidak melepaskan pelukannya.

“Ampuuun,” Tamara bergumam, “udah dong, Mas Tukul… saya capek…”

Tukul terdiam.

“Udah, Mas. Saya harus ke belakang. Saya kebelet pipis…”

Tukul masih tetap cuek dan membiarkan penisnya di dalam memek Tamara sampai mengecil sendiri. Beberapa orang penonton di studio yang sudah tidak kuat menahan nafsu akhirnya memutuskan untuk coli karena pemandangan yang sangat indah itu.

“Udah aja ya, Mas…” kata Tamara memohon ampun, wajahnya yang cantik terlihat memelas dan makeupnya belepotan karena terkena airmata. “…Mas Tukul kan sudah mengeluarkan a-air ma-maninya di dalam, aku takut nanti aku hamil, Mas…”

“Lho? Tamara ini gimana sih? Ini kan belum selesai!” kata Tukul dengan percaya diri, lalu dia kembali menggerakkan penisnya yang walaupun sudah lemas tapi belum terlalu mengecil. Sensasi kenikmatan menyetubuhi wanita secantik Tamara dan hangatnya lubang memek sang bintang membuat penis Tukul menegang kembali.

“Jangan,” Tamara berbisik pada dirinya sendiri, “jangan lagi, aku tidak mau, jangan…”

Tukul menarik penisnya keluar dari lubang memek Tamara, bentuknya yang gagah dan hitam belepotan cairan cinta yang tercampur di dalam memek sang bintang, hal itu memukau penonton yang langsung bertepuk tangan. Tukul melirik ke arah laptop dan langsung meneriakkan kalimat khasnya, “Kembali ke… laptop!”

“Untuk Tamara Arwana, bagaimana kalau penis Mas Tukul dibikin tegang lagi?” kata Tukul sambil membaca kalimat di layar monitor laptopnya.

“Ba-bagaimana?” suara Tamara yang lemah terdengar nyaris seperti bisikan.

“Pakai tangan!”

Tamara melirik ke arah Rafly yang menatapnya dingin, wanita cantik itu duduk bersimpuh untuk menservis kemaluan sang pembawa acara yang katro. Walaupun penis itu sebenarnya baru saja dipakai, tapi sentuhan lembut janda cantik seperti Tamara membuatnya cepat menegang kembali. Sepertinya gerakan Tamara amat kaku, ketahuan kalau dia jarang melakukan hal ini sebelumnya, duh, pantesan cerai, yang begini aja jarang-jarang.

Setelah benar-benar keras, Tukul membimbing tubuh Tamara agar nungging dengan bersandar pada kursi sofa. Pantatnya yang indah terpampang jelas di depan Tukul dan pemirsa semua. Dengan nakal Tukul menampar pantat itu berulang-ulang sampai merah.

(Penonton kembali berteriak ‘Masukin!, masukin, masukin!!’)

“Uuuunggghhh!!” Tamara menggigit bibirnya sendiri saat Tukul kembali melesakkan penis ke dalam memeknya.

Pria ndeso itu segera memompa vagina Tamara, kali ini dengan kecepatan yang lebih cepat dan stabil, pemirsa di rumah bisa mendengar kantung kemaluan Tukul yang menampar-nampar bibir vagina Tamara.

“OHHHHH!” Tamara menjerit-jerit keenakan. “AHHHH!”

Tukul diam saja saat penisnya maju mundur menyetubuhi Tamara. Bukannya tidak mau ngomong apa-apa, tapi pada saat ini Tukul sedang asyik berkonsentrasi dan menikmati tubuh indah Tamara Bleszynski, kapan lagi bisa begini? Mumpung ada kesempatan! Pria ndeso itu tengah berusaha keras membuat Tamara mengeluarkan cairan cinta berulang-ulang sebelum dia sendiri mengeluarkannya. Belum pernah sepanjang hidupnya Tamara disetubuhi sedemikian cepatnya sehingga dia terus saja mengeluarkan pelumas di dalam liang vaginanya.

Tukul memeluk pinggul Tamara lebih erat sambil terus menggiling kemaluan model dan bintang sinetron itu. Tamara sudah mulai lupa kalau adegan ini adalah siaran langsung yang disebarkan ke seluruh penjuru negeri. Dia berubah menjadi seorang wanita haus seks yang seakan tidak mau lagi peduli pada apapun, dia hanya menginginkan seks, seks dan seks.

Tukul bisa merasakan memek Tamara mengejang saat wanita cantik itu hampir mencapai klimaks sekali lagi. Pria ndeso itu hanya berhenti sebentar untuk mencengkeram buah dada Tamara yang sentosa dengan kedua tangannya, lalu kembali meneruskan kegiatannya menyetubuhi sang janda.

“Ja-jangan!! Aku mohon, Mas Tukul! Jangan! Tidaaak mauu!! Jangaaan!! Jangan buat aku orgasme lagi! Jangaan! Kumohoon! ARRGGHHHHHH!!!”

Tamara tidak dapat menahannya lagi, begitu pula dengan Tukul. Dengan seluruh kekuatan yang tersisa, Tukul menembakkan isi kantung kemaluannya kepada sang pemilik vagina yang indah. Tamara menggeliat erotis saat sperma Tukul ditembakkan dalam-dalam di liang rahimnya. Pria berwajah ndeso itu akhirnya jatuh karena lemas kelelahan dan menubruk punggung Tamara dengan penis yang masih tertanam di dalam memeknya.

“Tetap di empat… mata… XXX…” suara Tukul terdengar lemah saat jeda iklan muncul.

###

Tukul berdiri dan mengenakan pakaiannya lagi sementara Tamara diam saja terbaring di lantai studio, pantatnya yang bulat merekah menantang langit dan cairan cinta bening yang kental menetes di antara kakinya. Dia tidak mengira keputusannya ikut bergabung dengan acara yang dipandu oleh Tukul ini akan berakhir dengan persetubuhan yang harus dijalaninya. Wajah Tamara terlihat kuyu dan sangat lelah, dia hanya ingin tidur dan beristirahat.

Rafly tersenyum puas melihat mantan istrinya itu tergolek tak berdaya usai dikerjai oleh Tukul. “Rasain! Itu bayarannya buat istri yang seenaknya sendiri minta cerai! Kamu pengen ketemu Rasya? Huh! Jangan harap! Itu upahnya buat istri katro! Puas kamu di*****in Mas Tukul? Puass? Kamu pikir kita sudah mengadakan perjanjian? Dasar bloon, yang kamu tandatangani tadi justru keterangan resmi dari kamu untuk menyerahkan hak kepengasuhan Rasya total kepadaku. Kamu tidak diperbolehkan lagi menemuinya! Rasain! Makanya baca dulu sebelum tanda-tangan! Mampus!”

Rafly meninggalkan ruangan dengan tertawa terbahak-bahak.

Tamara menangis sesunggukan. Sialan! Dia sudah ditipu mentah-mentah! Si cantik itu hanya bisa menutup ketelanjangannya dengan tangan dan berharap mudah-mudahan karirnya di Indonesia belum tamat karena skandal ini.

Tukul bangkit dan menyapa pemirsa untuk kali terakhir.

“Baiklah, usai sudah Empat Mata XXX hari ini, semua yang terjadi hari ini hanyalah just kidding, just for laugh, pokoknya tetep positive thinking. Tunggu aksi Tukul ‘mengupas’ artis-artis cantik lain dengan lebih dalam lagi walaupun dalam balutan lelucon wong ndeso yang sederhana dan katro. Siapa bintang tamu selanjutnya?

“Saksikan, hanya di… EMPAT… MATA… XXX!!”




EMPAT MATA XXX ~ Edisi Tamara Bleszynski
TAMAT

BUAT MAS TUKUL ARWANA YANG SEJATI:
YOU ARE MY HERO!!