Di kantor, aku terkenal sebagai seorang playboy. Sebenarnya bukan di kantor saja tetapi sejak SMA dulu. Ditunjang dengan perawakan yang ganteng (kata orang-orang nih) dan berbadan atletis (aku masih keturunan indo dari pihak ibu), juga dukungan financial yang melimpah, tak sulit untuk mendapatkan wanita cantik untuk aku ajak tidur. Seperti kemarin dulu, ketika aku sedang jalan-jalan di mall saat waktu kerja (maklum boss he.. He..) aku menjumpai dua cewek ABG. Mereka baru duduk di bangku SMA, terlihat dari seragam yang mereka kenakan.
Setelah aku ajak makan dan shopping, tak lama mereka sudah melenguh-lenguh aku setubuhi di hotel yang berdampingan letaknya dengan mall itu. Aku sangat puas menikmati tubuh muda dua ABG itu. Mereka masih agak lugu dalam melayaniku, tampak dari cara mereka mengulum kemaluanku yang masih ragu-ragu. Mereka beralasan karena ukurannya terlalu besar sehingga tidak muat di mulut mereka yang mungil, tetapi setelah aku paksa mereka melakukannya juga. Kemudian dari jeritan dan erangan saat aku penetrasi vagina mereka yang sempit, aku berkesimpulan mereka masih jarang melakukan hal ini.
Sedangkan di kantor, aku sering mengajak sekretarisku untuk sekedar bobo siang sehabis makan siang. Lia, sekretarisku itu adalah lulusan D3 dari akademi sekretaris terkenal di Jakarta. Berbody sexy, dengan kulit putih dan berwajah cantik. Dia sudah bertunangan dengan temannya sejak SMA (cinta pertama katanya). Aku kadang kasihan dengan tunangannya itu, yang setiap hari menjemput saat pulang kantor, karena aku telah sering mereguk kenikmatan birahi dari kekasihnya. Bahkan pernah saat dia sedang menunggu di lobby, aku sedang asyik menikmati Lia di dalam kantorku.
Hari ini aku pergi ke kantorku yang terletak di kawasan Kuningan agak siang, karena habis nonton pertandingan piala eropa tadi pagi. Dengan mata yang masih agak mengantuk, aku memasuki lobby kantorku yang terletak di lantai 25.
“Selamat pagi Pak Robert”
“Pagi”
Aku lihat ke arah si penyapa, ternyata dia adalah Noni, resepsionis berjilbab yang sedang tersenyum manis. Noni ini sudah lama aku incar sejak lama, dan berbeda dengan gadis lain yang jatuh ke dalam pelukanku, dia dengan halus selalu menolak jika aku ajak bahkan sekedar makan siang berdua saja. Memang tampaknya dia adalah gadis baik-baik. Ini terlihat dari jilbab yang dikenakannya.
Berumur masih 18 tahun, baru lulus SMA dan sedang mengumpulkan biaya untuk kuliah, dia tampak begitu menggemaskan. Gairah gadis muda dengan wajah yang manis, dan tubuh yang proporsional, meskipun masih kalah sexy dari Lia, tapi wajahnya yang imut-imut itu yang mengusik hasrat kelelakianku. Memang aku sangat suka menikmati gadis ABG seperti dia, terutama yang masih belum banyak pengalaman seks nya. Juga rasa ingin tahu ku, ada apa dibalik jilbabnya tersebut.
Sampai di ruanganku, Pak Johan tak lama menemuiku untuk membicarakan mengenai proposal proyek yang sedang ia siapkan. Aku tak bisa konsentrasi dalam mendengarkan uraiannya, karena aku masih memikirkan si Noni ABG cantik resepsionisku itu.
“Pak Johan, bagaimana kalau kita bicarakan besok saja, saya sedang agak nggak enak badan nih”
“Oh.. Baik Pak.. Maaf kalau saya mengganggu bapak..”
Beres sudah. Si Johan sudah aku singkirkan. Dalam hatiku aku berpikir yach atur sajalah proposalnya.. Pokoknya kalau nggak gol.. Tinggal aku pecat saja dia he.. He..
Kembali lagi entah mengapa pikiranku kembali ke Noni. Aku harus mengatur rencana agar aku bisa menikmatinya nanti. Segera aku panggil Lia sekretarisku untuk membawa file Noni dari HRD.
“Ini Pak.. Filenya” Lia menyerahkan file yang kuminta.
“Ada lagi yang diperlukan Pak?”
“Kamu suruh Noni menghadap nanti setelah jam kantor selesai” jawabku.
Lia tampak cemburu karena dalam hati dia sudah tahu apa yang akan terjadi nanti. Well, too bad Lia.., walaupun kamu cantik, tapi hari ini aku sedang ingin yang lain. Mungkin besok giliran kamu lagi, kataku dalam hati. Tak sabar aku menunggu jam kantor selesai. Sekitar jan 17.30, terdengar ketukan di pintuku.
“Masuk”
“Selamat sore Pak..” Noni menyapaku dengan penuh hormat.
“Oh.. Noni ayo masuk.. Silakan duduk”
Nonipun duduk di depanku. Wajah berjilbabnya tampak agak ketakutan ketika itu. Tapi itu tidak mengurangi kecantikan dibalik jilbab kremnya, dengan blazer coklat yang menutupi baju dalamnya yang tidak bisa menutupi lekukan dadanya yang segar. Roknya walaupun panjang tetapi ketat memperlihatkan pantat dan pahanya yang berisi. Sempat kulihat cetakan celana dalamnya, yang kuharapkan bisa kupelorotkan dari pantatnya nanti.
“Ada apa Pakk..” tanyanya agak gugup. Ha.. Ha.. Dia sudah agak terintimidasi nih, pikirku.
“Begini Noni.., karena performance perusahan kita kurang memuaskan akhir-akhir ini, sehingga kita perlu melakukan rasionalisasi karyawan,” aku berkata sambil menatap matanya yang mulai tampak kemerahan menahan air mata. Dia sudah merasa akan bahwa dia termasuk yang akan di PHK.
“Kamu termasuk yang harus kita PHK. Jadi kamu bisa mengurus pesangon kamu di HRD besok pagi. Maaf ya Noni…,” kataku sambil berharap siasatku ini akan berhasil.
“Tapi Pak..” jawab Noni sambil mulai terisak-isak.
“Saya kan tidak berbuat salah apa-apa. ”
Dalam hatiku aku tertawa mendengarnya. Tidak punya salah? Setelah menggoda kelelakianku begitu lama dan selalu menolak rayuanku? Ha.. Ha.. Salah besar kamu Noni..
“Saya juga harus membantu ibu saya yang sedang sakit Pakk.. Tolong saya Pak Robert.. Saya perlu uang untuk operasi Ibu..”, dia sudah semakin terisak-isak di depanku.
Melihat gadis cantik berjilbab tak berdaya seperti ini, nafsuku semakin bergolak.. Aku ambil tisu di meja kerjaku dan aku pindah duduk di sebelahnya sambil memberikan tisu itu padanya.
“Sudahlah jangan menangis..” kataku sambil mengelus-elus pundaknya.
“Seperti kamu tahu, untuk resepsionis seperti kamu ini, dengan jilbab dan gaya kamu yang alim maka setiap customer yang datang ke perusahaan kita tidak memberikan kesan menarik bagi mereka,” tambahku
“Tapi Pak.. Saya tolong jangan dipecat Pak.. Tolong…..,” katanya sambil menyeka air matanya.
“Terus saya harus bagaimana Pak?” tanyanya bingung.
“Yach.. Noni saya bisa saja membantu kamu, tapi kamu juga harus membantu saya”
“Bantu apa Pak?”
Wah ini sih pertanyaan retoris pikirku. Aku yang duduk disebelahnya langsung meraba pahanya sambil menciumi pipinya yang masih agak basah karena air mata itu.
“Jangan Pak..” katanya sambil menghindar.
“Ya sudah kalau tidak mau dibantu!” jawabku agak kesal karena menahan nafsuku yang sudah tak tertahankan. Noni masih duduk diam terpaku sambil meremas-remas kertas tisu. Wajahnya yang dibalut jilbab krem itu terlihat bingung.
“Ya sudah Noni.. Pergi sana” aku mengusir dia. Semoga saja Lia belum pulang sehingga aku bisa menyalurkan hasratku ini. Noni masih diam. Aku kembali merengkuh pundaknya sambil menciumi pipinya. Kali ini dia tidak menghindar. Berhasil.. Aku bersorak kegirangan dalam hati.
“Tapi jangan bilang siapa-siapa ya Pak.. Soalnya saya sudah punya pacar,” pinta resepsionis berjilbab ini.
“Tentu saja sayang..” kataku sambil membelai kepalanya yang terbungkus jilbab, dan menariknya sehingga wajah berbalut jilbab itu tepat berada di depan wajahku.
Langsung aku cium dan kulum bibirnya yang tipis merekah itu.. Sementara tanganku telah membuka blazer dan blus putih nya sehingga pundaknya yang mulus telah terpampang didepanku. Aku ciumi pundaknya yang mulus dan tali BHnya pun aku gigiti gemas. Sementara tanganku sibuk meraba dan meremas pahanya yang putih bersih itu. Setelah sebelumnya kusingkap rok panjangnya Tak tahan aku untuk tidak menikmati buah dadanya yang membusung itu. Aku ciumi dadanya yang masih terbungkus BH-nya, dengan jilbab masih membungkus kepalanya.
“Emmhh.. Emhh” Noni mulai mengerang menahan nikmat yang mulai dia rasakan.
Tangankupun dengan terampil membuka lepas blazer dan blus putihnya sehingga dia tinggal mengenakan BH yang kelihatannya terlalu kecil untuk menampung buah dadanya yang besar itu. Aku ciumi dadanya kemudian aku turunkan cup BHnya sehingga buah dadanya mencuat keluar. Oh.. My god.. Indah sekali buah dada Noni ini. Putingnya kecil berwarna merah muda, yang sudah mengeras. Buah dadanyapun kencang dan kenyal seperti halnya buah dada gadis muda belia seperti dirinya. Langsung aku kulum dan jilat putingnya, sambil tanganku meraba pahanya sampai ke celana dalamnya.
“Ohh.. Pak.. Jangan Pak..” Noni mengerang..
Jangan? Dalam hatiku aku tertawa geli. Mulutnya berkata jangan tapi reaksi tubuhnya berkata lain. Mungkin jangan berhenti maksudnya? Tanganku sudah mengelus-elus kemaluannya yang sudah basah oleh cairan nikmatnya.
“Ayo sayang kita pindah ke sofa” ajakku.
“Jangan Pak..”
“Ayo..!!” perintahku sambil menarik tangannya.
Sebelum dia duduk, aku cium dahulu dia sambil melepas baju rok panjang dan rok dalamnya. Tampak dia cantik sekali dengan hanya berpakaian begitu: Berbalut jilbab dengan hanya mengenakan jilbab dan celana dalam saja. Apalagi buah dadanya sudah mencuat keluar dari BH hitam yang dikenakannya.
“Ayo duduk” perintahku.
Dia duduk di depanku sehingga wajahnya tepat berada di depan kemaluanku. Dengan cepat aku membuka semua pakaianku sehingga tinggal mengenakan celana dalam saja.
“Cepat cium” kataku sambil menyorongkan kemaluanku yang masih terbungkus celana dalam itu padanya.
Nonipun sudah tampak pasrah dan dia mulai menciumi kemaluanku. Kulihat bibir pada wajah manisnya yang terbungkus jilbab itu menciuminya selama lima menit. Tak tahan, aku suruh dia membuka celana dalamku itu sehingga kemaluanku yang sepanjang 20cm dan seukuran hampir sama dengan pergelangan tangannya melonjak keluar. Noni tampak kaget sehingga agak menjerit tertahan melihat ukuranku itu.
“Kenapa sayang”
“Ihh Pak.. Besar sekali.. Noni takut Pak..”
“Nggak apa.. Ayo diisap” perintahku.
“Ampun Pak.. Jangan Pak.. Nggak muat Pak..”
“Ayo cepat” kataku sambil meremas jilbabnya dan mendorong kemaluanku sehingga menyentuh bibirnya.
“Tapi pak, saya kan pakai jilbab” dia memelas
“Jilbab kamu ga usah dilepas” kataku
Aku memang paling kesal dengan karyawanku yang belum apa-apa sudah bilang nggak bisa padahal belum mencoba. Entah dalam pekerjaan kantor sehari-hari atau dalam hal Noni ini untuk memuaskan kejantananku. Nonipun membuka bibirnya dan mulai menjilati kepala kemaluanku. Tangannyapun mulai mengocok kemaluanku sambil kadang-kadang membelai buah zakarku. Rupanya dia sudah merasa percuma saja menolak sehingga lebih baik menikmati saja aktivitas kita ini.
Kemudian dia sudah mengulum kemaluanku. Akupun berdiri berkacak pinggang didepannya, sementara dia sibuk memberikan kehangatan mulutnya pada bos besarnya ini. Kadang-kadang aku meremas kepalanya yang terbungkus jilbab dengan pin berbentuk hati berwarna merah muda sehingga menambah kecantikan jilbabnya.
“Ayo lebih dalam”, kataku sambil berkacak pinggang memberi perintah.
Tampak Noni bersusah payah mengulum kemaluanku walaupun tampaknya baru setengah yang bisa dia masukkan kemulutnya yang mungil. Akupun tak sabar, lalu aku dekap kepalanya dengan kedua tanganku, dan aku maju mundurkan kemaluanku di mulutnya. Terasa sesak tapi sangat nikmat menjalar tubuhku.
“Hmmhh.. Mulutmu enak Noni.. Yach ayo terus hisap.. Pintar.. Good girl..”, erangku menahan nikmat duniawi.
Setelah kurang lebih 15 menit menikmati hisapan dan kuluman Noni si gadis lugu berjilbab ini, aku duduk di sofa dan memerintahkan dia untuk menaiki tubuhku. Aku sibakkan celana dalam hitamnya sehingga vaginanya yang sempit itu telah siap untuk menelan kemaluanku.
“Ahh.. Ampun Pak.. Sakit..”, erangnya ketika kemaluanku mulai menerobos bibir vaginanya.
Aku tak mempedulikan erangan minta ampun nya dan langsung menyodokkan kemaluanku sambil menggoyang-goyangkannya ke kanan dan kekiri. Masuknya agak susah sehingga setelah sedikit aku sodokkan aku goyangkan dulu, baru bisa aku sodokkan sedikit lagi ke dalam. Sementara itu mulutku sibuk menikmati buah dada belianya.
“Pak.. Ampun Pak.. Ahh..” erangannya terdengar makin keras.
Kemaluanku kini sudah 3/4 yang masuk dalam vaginanya. Kemudian aku pegang pantatnya yang sexy itu dan aku kocok keluar masuk kemaluanku dalam lubang surgawinya.
“Pak.. Sudah Pak.. Ampun Pak.. Noni hampir sampai..”
Aku semakin cepat menggenjot Noni, sampai akhirnya dia menjerit tertahan karena mulutnya menggigit tangannya sendiri. Mungkin dia malu untuk menjerit terlalu keras saat orgasme. Memang dia pada dasarnya adalah gadis yang sopan dan baik, bahkan selalu berjilbab. Aku belum puas menikmatinya, lalu aku suruh dia menungging di sofa dan aku setubuhi dia dari belakang.
“Pak.. Pak.. Jangan Pak.. Noni sudah capai Pak..” katanya sambil merintih.
Aku terus genjot dilakang sambil sesekali aku tarik ikatan jilbabnya sehingga kepalanya terdongak kebelakang, sehingga aku bisa menciumi wajahnya yang imut itu. Tanganku pun tidak ketinggalan meremas buah dadanya yang besar dan bergoyang saat aku setubuhi kemaluannya dengan gaya doggy-style itu. Sangat merangsang sekali, gadis berjilbab ini kusetubuhi dengan jilbabnya tetapi hanya tersisa BH dan celana dalam saja.
Saat aku sedang asyik menggenjot Noni.., tiba-tiba Lia masuk ruanganku. Rupanya aku lupa mengunci ruanganku tadi.
“Ada apa Lia..?” tanyaku sambil tersenyum sambil terus menyetubuhi Noni, resepsionis alim berjilbab ini.
Nonipun sudah kembali terangsang dan tidak memperdulikan kehadiran Lia. Dia tetap mengerang tertahan sehingga menambah suasana mesum di ruangan itu.
“Ini Pak.. Saya perlu tanda tangan Bapak” jawab Lia sambil merengut cemburu.
Tampak dia memang sengaja ingin melihat aku mengerjai Noni, sehingga bekerja lembur.
“Maaf.. Pak kalau mengganggu..” katanya masih dengan nada cemburu.
Aku ambil surat dari tangannya dan langsung aku tandatangani sambil terus menggenjot Noni.
“Nih.. Udah jangan ganggu saya lagi.. Kamu nggak liat saya sedang sibuk?” kataku dengan suara agak marah.
“Kamu liat khan saya sedang beri training si Noni ini supaya pintar..” kataku sambil menarik kepala Noni sehingga wajah jilbabnya menghadap ke Lia.
“Udah pergi sana.. Nanti kalau giliranmu ditraining saya akan panggil OK” kataku sambil tersenyum padanya.
Tampak wajah Lia memerah menahan nafsu melihat adegan persetubuhanku dengan Noni.
“Baik Pak..” jawabnya sambil keluar ruangan.
Tetapi setelah keluar ruangan dia tampak mengintip dari balik vertical blind jendela ruanganku. Ha.. Ha mungkin dia penasaran dan bernafsu sekali melihatku mengerjai Noni. Sementara itu aku balikkan tubuh Noni di sofa dan langsung aku genjot lagi dari depan.
“Aahh.. Pak.. Ampun Pak.. Noni hampir sampai lagi..” erangnya.
Aku cium dia saat dia mencapai orgasmenya yang kedua. Sementara itu akupun sudah merasa akan mencapai puncak. Kucabut kemaluanku dari vagina Noni, dan aku suruh dia kulum dan isap lagi. Aku lirik ke vertical blind dan ternyata masih ada bayangan Lia di sana. Aku ingin dia melihat aku ejakulasi di mulut dan wajah Noni resepsionis berjilbab yang cantik ini.
“Ayo isap terus Noni.. Kamu luar biasa.. Pintar sekali..” kataku memuji kerja kerasnya. Tampak dihadapanku ini kepala Noni yang terbalut jilbab sedang menghisap kemaluanku, keluar masuk mulutnya. Tampak bersemangat sekali dia ini.
Aku melihat ke vertical blind sambil tersenyum, tak lupa kupalingkan wajah Noni sehingga Lia dapat melihat dengan jelas saat aku ejakulasi nanti.
“Ahh.. Ohh.. Ohh.. You little slut..” erangku saat cairan ejakulasiku keluar membasahi wajah dan mulut Noni, dan tentu saja jilbabnya
“Ayo bersihkan.. Isap sampai bersih..” perintahku.
Nonipun terpaksa menjilati bekas cairan sperma dari kemaluanku. Setelah bersih, kamipun masing-masing mengenakan pakaian kami kembali, dan Noni mengambil tisu untuk menyeka bekas sperma dari wajahnya.
“Maaf Pak.. Terus bagaimana dengan nasib saya..” tanyanya memelas.
“Yach.. Kamu bisa terus bekerja di sini asalkan kamu mau memuaskan saya seperti tadi.. OK?” jawabku.
“Baik Pak.. Terimakasih Pak..”
Ha.. Ha.. Memang enak menjadi bos besar.. Sudah habis-habisan menggenjot gadis muda, masih diberi ucapan terimakasih lagi..
“Ya sudah kamu bisa pulang sekarang” kataku sambil mengemasi barang-barangku juga.
Kamipun keluar dari ruanganku, dan aku lihat meja Lia sudah kosong mungkin sudah pulang tidak tahan melihat adegan live-show aku dan Noni. Sampai di lobby aku bertemu dengan pacar Noni yang ternyata sudah menunggunya untuk mengantar pulang.
“Selamat sore Pak” sapanya penuh hormat.
“Ini Budiman Pak.. Pacar saya” Noni mengenalkanku pada pacarnya.
“Dan ini Pak Robert.. Direktur perusahaan ini”
“Oh ya.. Sori ya lama nunggu tadi?” tanyaku sambil tersenyum. Noni tampak menunduk malu.
“Nggak apa kok Pak” kata Budiman.
“Yach tadi saya harus memberikan sedikit training pada Noni untuk meningkatkan produktivitasnya di perusahaan ini” kataku menjelaskan.
“Ternyata dia pintar.. Kamu beruntung lho punya pacar cantik dan pintar serta alim seperti dia” kataku.
“Oh iya Pak terimakasih Pak..” Budiman berkata senang dan penuh hormat.
Ha.. Ha.. Aku tertawa dalam hati.. Noni terdiam saja tersipu mendengar pujianku di depan pacarnya tersayang itu. Akupun menaiki lift untuk menuju gedung parkir. Setelah itu aku langsung tancap gas Mercy silver metalikku untuk segera sampai di rumah untuk tidur karena badanku sudah pegal-pegal habis menyetubuhi Noni tadi. Kusetel lagu Al Jarreau, sambil berdesah puas. Sukses rencanaku hari ini. Noni, si resepsionis berjilbab, sudah takluk di kemaluanku.
Sekeluar dari komplek gedung perkantoranku, tiba di lampu merah, aku melihat Budiman sedang membonceng Noni dengan motor bututnya. Noni melihat ke arahku sambil tersenyum malu. Akupun tersenyum padanya sambil berharap semoga aku tidak cepat bosan menikmati tubuhnya, sehingga dia tak perlu aku pecat untuk aku ganti dengan yang baru.
Resepsionis Manis
5/
5