Aku belum bener2 mengerti soal self bondage waktu ini. Kira-kira setaon yg lalu kejadiannya. Waktu itu, bondage bagiku emank bertujuan membuat yg diiket menjadi tidak bisa lepas, apapun konsekuensinya. Termasuk self bondage. So, aku belajar sedikit tali-temali ke tangan sendiri, lalu meminjam borgol dan ballgag punya cowokku (spesial tuh, krn ada kaitnya di depan, sehingga bisa ditarik2 ke objek lain).
Tujuanku, aku mau kasih kado buat temanku Tina (sory y Tin, namamu kusebut tanpa sensor) yg berulang tahun. Well, actually Tina itu wkt itu lbh condong sebagai teman slaveku, dia blm pernah jadi mistress tunggal. Makanya aku menyiapin kado khusus buat dia,...seorang slave...cewek... nude dan terikat tak berdaya....sendiri di kamar kostnya.... yaitu aku.
Persiapan pembukaan sukses, aku meminjam kunci kamarnya, waktu dia lg ujian. Musim ujian, smua anak kost msh ujian (kebetulan aku wkt itu tidak ujian). Pembantu kostnya dah tau aku biasa maen ke kamar Tina, sambil menutup rapat pintu dan korden (tau sendiri kan maen apa?). Jadi, seperti rencana semula, aku masuk dikamarnya.
Aku menanggalkan seluruh pakaianku, lalu mengepang dua rambutku biar lucu. Kemudian menulisisebuah surat berisi ucapan met ultah, lalu aku lakban tepat di tengah perutku.
Kemudian, aku memakai ballgag, lalu mengikat kedua pergelangan kakiku dan pahaku. Putingku kuberi penjepit jemuran..uughh... aku mulai menjerit, untung aku dah memakai ballgag. Sementara, aku masih menginjak sebuah dingklik (kursi kecil) yang tingginya sekitar 15 cm. Kamudian sebuah tali aku ikatkan di ballgagku, lalu kulewatkan di kait di langit2. Yah, kait ini memang sering aku pakai untuk menggantung Tina disitu. Kali ini untukku. Tali itu turun dari depanku, lalu masuk ke selangkanganku, kebelakang. Rencanaku, tali itu kuikat di tengah borgol, lalu tanganku kuborgol sendiri. Jarak tali harus pas, sehingga knot di vagina dan anusku pas. Ide simple untuk membuat kado. Setelah kuborgol tanganku, aku melompat untuk menendang jatuh dingklik di bawahku. Jadilah aku kembali menjerit karena aku turun 15 cm, berarti tali itu meregang di vagina dan anusku. Hukuman gantung untukku sendiri.
But i got more than expected! Sewaktu dah terborgol, aku mendengar langkah kaki...dep dep dep... Dari suaranya aku tau itu cece kamar seberang. Dia naik ke lantai 2 , sambil teriak ke pembantu kost tanya apakah Tina ada. "oh my". Dia bakal masuk ke kamar Tina, sementara aku dah terikat tak berdaya begitu. Pintu jauh drku, dan akupun lupa mengunci.
Krieeett.. Baa! Aku tertangkap basah oleh cc itu seorang. Dia cukup terkejut, tapi setelah beberapa detik, dia lalu mengenali wajahku dan berkata, "oh kamu? Ternyata kamu juga suka begituan".
Dia cukup baik untuk menutup pintu, meminimkan anak kost lain melihatku. Ternyata kelas atas dah pulang duluan. Mukaku merah malu. Tapi tidak bisa apa2. Wajahku menghadap ke langit2 krn tali meregang itu, aku hanya bisa melihat cece waktu dia disampingku. Namun pernyataan cc itu selanjutnya lebih mengagetkanku.
"Seli, ternyata kamu sama aza ma Tina. Mungkin km ga pernah tau ya, aku juga tau klo Tina suka diikat. Di kost ini, aku satu2nya yg pernah maen iket2an ma Tina. Kamu msh kecil sudah suka juga. Sapa yg ngikat km?"
"..a.gghh...uuuff" Tentu cm itu jawabanku
Lalu cece itu membaca suratku, dan dia paham tujuanku.
"Happy Bday ya Tin. Semoga kita tet4ep jadi sahabat. Sekalipun aku sering menyakitimu di kamar ini, aku tetep sayank kamu. Sebagai sedikit permintaan maafku, ijinkan aku memberi upeti slave yg dah ga berdaya ini disini. Salam sayank dr Seli.
Wah! Kado ya? Asik juga si Tina itu. Hehehehe. Hm...aku kasih bonus ya? Free dari cece kok. Kamu mau ambil juga ga masalah, cece pny beberapa"
Lalu cc mengeluarkan sebuah benda kecil, ternyata vibrator kecil dengan kotak kontrolnya. Dia segera memasukkan vibrator itu. Aku menolak dengan menggeleng, tapi aku segera mengerang krn tiap kali aku meenggeleng, vaginaku tergesek. Vibrator itu langsung masuk, menjadikan knot tali sebagai penahannya. Lalu dia melakban kontrolnya ke pahaku. Dan bisa kuduga, dengan tega dia menyalakannya. Vibrator mulai berguyang, aku mulai mengerang, secara reflek, aku menggoyang2 pantatku ke kiri dan kekanan seperti orang menari.
"Aku pergi dulu. Sampein salamku ke Tina ya." Lalu cece itu meraba susuku, memberi sedikit lagi rangsangan ke pahaku dan pantatku.
"..next time, you're mine, okay?".. bisikannya merangsang telingaku. Lalu dia keluar dan menutup pintu kamar.
Ughh,... aku ga tahan dengan vobrator itu. Kulirik jam dinding, Damn! Tina msh 15 menit lagi. Sisi positifnya, kudengar cece itu mengajak semua anak kost yg dah di kost untuk keluar jalan2. Jadi, nantinya Tina bebas mengerjai aku tanpa ada yg bakal mendengar eranganku. Menakutkan, krn aku blm tau Tina seberapa kejam sbg mistress, tp merangsangku mengetahui aku pertamakalinya tidak berdaya didepan cewek yg sudah beberapa kali jadi korban sabukku jepitan jemuranku yg dari kayu.
15 menit, damn...aku dah hampir ga tahan. Aku ga tau aku dah keluar atau belum, tapi seluruh tubuhku panas dingin, berkeringat. Aku harus menjagaa keseimbanganku supaya tidak terjatuh, krn itu akan menarik dengan sangat menyakitkan.
Akhirnya Tina datang... tapi...oh belum selesai...
"Mbak! Panggilkan bakso itu!" Dia mau beli bakso dulu, great.
Dia membuka pintu, tapi sedikitpun tidak melihat ke dalam, hanya melempar tasnya saja, lalu lari keluar lagi. Meninggalkanku dan kamar terbuka. Aaahhh.....
Aku ketakutan kalau ada yg lain yg lihat aku lagi. ("...aku satu2nya di kost ini...") terngiang kata2 cece, artinya, cuma dia di kost ini yg masih bisa memaklumi keanehanku ini. Tina sialan, awas nanti kalau ada kesempatan.
Untungnya, cece benar2 membantu. Dia mengajak semua anak lantai atas kecuali Tina untuk pergi jalan2. Jadi, tak seorangpun melihatku.
sekitar 5 menit kemudian baru Tina masuk kekamar sambil membawa mangkok bakso. Aku tidak akan bisa lupa akan reaksi wajahnya ketika melihatku, sementara mulutnya msh menggigit bakso bulat.
Yah itulah opengalamanku memberi kado. Tepatnya, pengalaman pertama memberi kado temanku yg sangat 'istimewa'. Peristiwa selanjutnya sih biasa aza sebagaimana permainan bdsm. Detil selanjutnya kuceritakan juga ga
Dah dibilang kejadiannya taon lalu kok msh dibilang baru? (atau setaun itu dianggep masih baru?). Ok kulanjutin biar ga jadi arwah penasaran kalian.
Sebagaimana cece, Tina butuh waktu beberapa saat untuk menyadari dan memahami apa yg terjadi di depannya.
Setelah sadar, "Seli? Ngapain km?". Tina menutup pintu.
"Kukira km maenan game komputerku ato baca2 buku. Ternyata kok..... km sendiri? Gimana caranya?" bla bla bla... nich anak bego amat sih. Aku dah ga tahan gini.
Dia berkeliling mengitari aku, masih bengong. Sampai akhirnya dia membaca suratku. Baru senyum simpul ada di wajahnya. "ooo gitu to? Hm...asik juga nih. Sekali-sekali gantian ah, Seli disiksa".
Tina membuka gag ku sedikit, mengijinkan aku bisa bicara sedikit.
"Happy bday Tin. Kamu kok lama amat sih?"
"Yoi sorry td aku kan nyante aza pulangnya. Ga kepikiran sih. Thx ya atas kadonya. Km semalaman disini kan?"
"Lho ga Tin. Aku mesti pulang sblm malam."
"ok deh, ga masalah. Ok aku dandani km dulu"
"Eh tin, juga tolo...hmmmppff..." Tina kembali mengikat gag ku. Padahal aku mau meminta dia mematikan vibrator itu. Dia tau aku paling ga tahan ma vibrator. Entah kali ini dia tidak tau atau pura-pura tidak tau.
Sekarang dia mulai mendandani aku. Sbuah dasi kupu-kupu dipasangkan di leherku. Biasanya itu collar yg kupakaikan ke dia. Bando tanduk setan di kepalaku. Kemudian dia mengikat sikuku... "eehmmmfff"... tali itu tertarik lagi.
Lalu terakhir dia melepas dasi seragamnya, lalu menutup mataku dengan dasi itu. Sekarang aku tidak tahu apa yg akan dikerjakannya. Beberapa menit dia bergerak atau melakukan apa aku tidak tahu. Tiba-tiba dia membuka lagi gag itu.
"Tin, tolong vibrator ini. Aku dah ga ta....hhaaammfff...." oh tidak, celana dalamnya sekarang masuk dimulutku. TIna dah telanjang rupanya. Kurasakan sentuhan tubuhnya, susunya, dan pahanya, tepat mengenai kulit tubuhku. TIna kembali menyegel mulutku, sampai aku nyaris tersedak. "...hm,..hmmmmffff...". Tanpa ampun juga nih anak.
Lalu dia melepas ikatan pada pahaku, dan pergelangan kakiku.
"Sekarang, lebarkan kakimu!"
Aku menolak, krn akan menyakitkan klo kulebarkan. Tali itu....
Plak... penggaris besinya mendarat di susuku. "Ayo!" Aku pelan pelan membuka, Plak, kena lagi susuku yg satunya. "...aarrhh" Aku mengerang. Kupercepat bukaanku. Kira kira selebar langkah sudah. Tali itu menyakitkan.
Tiba-tiba pergelangan kaki kiriku diikat ke sebuah tongkat. Ternyata tongkat sapu. Dan sekali lagi dia memukuli pahaku bertubi2 supaya kakiku melebar selebar tongkat itu. Lalu dia menyelesaikan pekerjaannya dengan kaki kananku.
Now, i'm completely helpless. Dia yg memimpin ritme permainan ini.
"Kufoto ya, kenang-kenangan ku saja kok."
"...ooohhmmffff...."
Ritme vibrator itu mulai berkurang, atau aku kelelahan, atau karena tubuhku dah meregang, aku sudah tidak bergoyang2 lagi karenanya.
Ctar...ctar... sabukku (senjata favoritku) sekarang makan tuannya sendiri. Pantatku, pinggang dan perutku diincarnya. Aku mengerang, Tina tertawa kecil.
Aku pantas menerimanya, karena aku selalu berlaku demikian terhadapnya.
Kira-kira 15-30 menit aku dicambuki.
Tapi, tak kusangka Tina menemukan titik lemahku: anusku diserangnya dengan kayu alay pijat (bentuknya lucu mirip dildo sih, cuma agak melengkung seperti uleg-uleg). Untung sebelum menyerang dia memberi sedikit gel, entah gel apa, mungkin maksudnya melicinkan. Tapi tetap saja, begitu itu masuk, aku menjerit dan meronta seakan-akan mau melompat keluar kamar, tapi tidak bisa.
Oh ah oh ah... cuma itu yg ada dipikiranku. Tina menarik-narik penjepit di putingku ke atas kebawah kekiri kekanan sesukanya dia. Menyakitkan.
Setelah beberapa saat, dia melepaskan ikatan tali dari gag ku. Lalu menurunkan tali itu melewati selangkanganku, ke belakang. Kudengar bunyi derit sesuatu. Aku tidak tahu itu apa. Lega sesaat, lanjut lagi siksaan berikutnya.
"Nunduk!" bentaknya. "njengking situ! ga boleh jatuh!"
Aku menurut.
Tina menarik tanganku ke belakang (atau ke atas), lalu mengencangkan talinya rupanya ke kait di langit-langit. Memastikan aku tidak terjatuh rupanya, sekaligus mengekspos daerah vitalku ke belakang. Tampaknya beberapa foto dia ambil lagi.
Kemudian untuk menambah kesengsaraanku, rupanya tali itu tidak diikat pada kait, melainkan dilewatkan saja, lalu turun kembali ke kepalaku. Tina melepas kedua kepangku, lalu mengikat rambutku jadi satu dengan tali itu. Sedemikian rupa sehingga jika tanganku turun, kepalaku terjambak dan terdongak. Kemudian supaya memastikan aku tidak berubah posisi, dia mengambil tali yg lain, punya dia sendiri. Mengalungkan pada leherku, lalu mengikat ujung satunya ke tengah-tengah tongkat sapu di kakiku. Pas dah aku di suspension itu, tidak berdaya.
Dan bisa kutebak, dia kembali memperkosaku dari belakang. Vibrator itu dilepasnya, lalu kayu dari anusku di cabut, kemudian dia memperkosa kedua lubangku bergantian. Lama sekali dia lakukan itu, sambil menampar pantatku. Lucu membayangkannya sendiri, tapi tiap kali pantatku ditamparnya, tubuhku sperti melompat kecil. Dan hal ini menambah nafsunya. Lamma kelamaan akupun mencapai orgasme dengan perkosaan seperti itu. Lututku melemas, tapi aku mencoba bertahan, atau leherku bisa patah.
Melihatku orgasme, dia mulai meminta bagian. Gag ku dibukanya dan sumbatku dikeluarkan, tapi aku diancam tidak boleh berkata apapun, atau aku tidak akan dipulangkannya. Pussynya mendarat di mulutku, dan aku tahu apa kewajibanku. Kujilati sampai dia mulai mengerang, meregang dan menjambak kepalaku sambil menjepit wajahku sampai aku kehabisan nafas.
Setelah dia puas, dia keluar. Oh ya, dia juga kembali menyumbat mulutku. Aku sempat khawatir apa selanjutnya, dan kok lama sekali dia diluar.
Dia kembali setelah beberapa waktu. Posisiku diubahnya. Tali dari rambutku dikendorkan, tapi tali dari leherku ke tongkat di bawah diperpendek. Hasilnya aku lebih menungging. Setelah dia puas dengan posisiku, ...nyess.... sesuatu yang panas..(panas sekali juga ga sih) mengalir melewati anusku dan vaginaku. Itu bukan lilin, meskipn aku sempat menjerit perih. Perih karena hasil perkosaan tadi masih panas dikulitku.
Aku tidak tahu itu apa, sampai aku merasakan dia menjilati vaginaku. Mungkin sesuatu yg bisa diminum. Susu panas mungkin. Atau kopi. Yang pasti, kenyamanan jilatannya beradu dengan rasa panas pada vagina dan anusku. AKu mulai merasa horny kembali. Sampai beberapa waktu dia menjilati dan tetap menuang itu pelan pelan.
Setelah habis, dia langsung menggunting tali dari tanganku. Tubuhku mulai kehilangan keseimbangan, karena leherku dan tanganku tidak tersangga lagi ke atas. Aku mencoba menahannya, tapi tamparan keras di pantatku membuyarkan keseimbanganku. Aku sempat merasa aku bakal gegar otak kalau kepalaku mendarat ke lantai langsung. Bluk!
Belum selesai berpikir, aku mendarat di sesuatu yg empuk. Ternyata tadi dia sudah menjagai badanku dengan kasurnya. Pantas itu bunyi deritan tadi.
"kamu pikir aku setega itu menyiksamu? Aku tau kamu pasti tidak menyangka aku bakal menjatuhkanmu ya kan? hehehehe..."
Dia membuka gagku dan kembali mengeluarkan cdnya dr mulutku.
"kamu boleh bicara sekarang". Dia msh menyisakan tutup mataku.
"hosh...hosh..kamu gila Tin. Apa itu di pantatku tadi? hos...."
"hehehe...susu sari dele. kamu tau kan aku langganan itu? Enak?"
"...yang mestinya jawab kan kamu, lha km yg meminumnya."
"hari ini rasa spesial."
Aku dibiarkannya telungkup di tepi kasurnya begitu, masih terikat dan mata tertutup. Dia mengajakku mengobrol sesaat, pembicaraan yg ga nyambung dengan kondisiku waktu itu. Anehnya, meski tidak bisa apa2, aku ya menanggapi segala pembicaraan itu.
Waktu berlalu kira-kira 1 jam.
"Ok, masih ada 2-3 jam sebelum hari gelap. Kamu mau kuapain sekarang?"
"Kukira km mistressnya sekarang Tin"
"Km tau aku ga pernah jadi mistress kan? Jadi bingung ini kepala."
"Lakukan aza apa yg km suka klo aku lakukan ke kamu. Dan, tambahkan sedikit saja...bener2 sedikit saja, hal yang km tidak suka klo aku lakukan ke kamu. Aku pasrah dah."
"...hmmm...ok deh... Mulai. Bangun!" Dia mulai membentak lagi.
"Tin aku tidak bisa ba....angghhmmmmfff" dia menyumbat mulutku lagi.
Here we go again.
Setelah mulutku kembali terdiam,Tina melepas ikatan pada leherku, sehingga aku tidak perlu menunduk lagi. Kurasakan Tina memegang sikuku, dan tiba-tiba tangan kirinya menjambak rambutku,..."Berdiri! Ayo jalan!"
"..hhaammff...ghhaa...hiiissaah..." Aku menggeleng sambil mencoba menjelaskan bahwa aku ga bisa jalan dengan kaki begitu. Tapi, ctar pantatku kena lagi.
"Masih berani protes?! Jalan!!" Tina memang agak membantuku berjalan. Maka kuusahakan tetap diam sambil mencoba melangkah lebar-lebar... Mengingatnya lucu juga.
Susah sekali berjalan demikian. Ternyata dia membawaku ke kamar mandi di kamarnya. Oh tidak, dia serius balas dendam kepadaku. Karena dikamar mandi itu banyak sekali paku-paku yg kami pasang di sekeliling tembok. Biasanya, aku suka meninggalkan Tina tergantung disitu.
Aku mencoba menolak dan meronta untuk masuk disana. Tapi apa daya diri seorang slave yang sudah terikat? Pikiran buruk ada dikepalaku.
"Kamu dah janji mau jadi kadoku kan? Sekarang, tanganmu dan kakimu kulepaskan, dan aku mau ambil peralatan dulu, kamu janji tetap berdiri diam, tidak membuka tutup matamu dan gag mu. Ok?"
Tidak ada pilihan bagiku selain mengangguk. Tina menyandarkan aku di tembok dan membebaskan tangan dan kakiku. Aku diam berdiri, tidak bergerak sedikitpun, khawatir dia semakin menjadi.
Dikamar kudengar Tina melakukan sesuatu, tapi entah apa. Lalu dia kembali ke kamar mandi dan meletakkan sesuatu, tapi aku juga tidak tahu itu apa.
Setelah itu dia membalikkan badanku, kini wajahku menghadap tembok sudut.
"..hmm... gimana ya bagusnya?.....". Dia merenggangkan tanganku ke kiri dan kanan, tapi dia melepasnya lagi. karena takut dihukum, tanganku tetap kuangkat seperti orang ditodong.
"...hihihihi...Seli kamu lucu deh. Oh ya...diem ya...aku foto kamu."
Lalu Tina membalik badanku. Rupanya dia mengubah rencananya. Sekarang dia mengikat kedua pergelangan tanganku ke depan. Lalu mendudukkanku di klosetnya. Tanganku ditari dan diikat ke paku di tembok, sementara kkakiku ditekuk ke belakang, diikat satu sama lain melewati belakang kloset.
Sebuah tali melewati lutut kiriku, dia menariknya ke kiri. Lalu kelutut kananku, dan dia menariknya ke kanan. Kini aku sudah dalam pose yg menurutku dan menurutnya pasti amat menarik.
Sekarang bagian tersadisnya dia lakukan, bahkan aku belum pernah berbuat demikian kepadanya. Dia membuka gag ku. mengeluarkan cdnya yang sudah basah oleh air liurku. Aku tidak berani berkata apa-apa, selain meregang2kan mulutku yang kelu.
"Keluarkan lidahmu." Aku menurut. Kukira dia akan menjepitnya menggunakan penjepit jemuran. Ternyata... 2buah stik (yg aku tahu kemudian adalah stik drum) dijepit di lidahku. Kiri dan kanannya rupannya diikat dengan karet atau rafia.
"aaawwaaa.....aaaoooo....." Aku menggeliat kesakitan. Plak dia malah menamparku.
"Diem ta! Nanti malah putus lidahmu kalau km geleng2 terus!"
Kemudian kurasakan dia menaburkan sesuatu di lidahku. Sesuatu yang pahit, seperti bubuk.
"..aku ga meracuni kamu kok. Tapi sedikit ini akan mencegah sariawan. Hihihihi...lagipula lihat saja. Nti kamu akan melihat efek bubuk ini terhadap penampilanmu yg seperti org bloon."
Benar saja. Pelan-pelan bubuk pahit itu merangsang liurku untuk menetes. Rupanya dia mau mempermalukanku. Tidak kusangka, tapi kurasa aku bisa menerimanya. Apakah dia hendak menyiksa mentalku?
Splash! Satu siraman air mengguyurku, aku tidak siap dan gelagapan. Sekali lagi dia menambahnya. Kali ini dia menggunakan ember timba ukuran sedang. Aku benar benar susah bernafas waktu itu.
"Sekarang,jawab aku dengan anggukan atau gelengan. Aku tidak mau berkata keras-keras, karena tentu kita semua tidak ingin orang lain mendengar pembicaraan kita bukan?" Tina berbisik di telingaku. Kurasakan ancaman, aku mengangguk.
"Bagus. Sekarang, apakah kamu menyukai kondisimu saat ini?"
Spontan aku menggeleng. Plak! "Jawaban salah! Hehehe...aku sekarang bosnya. Ok? Jadi apakah km suka dengan kondisimu saat ini?
Aku menggangguk dengan terpaksa.
"Apakah km seorang budak?" Aku mengangguk.
"Hehehe..apakah km pernah di fuck sama cowok?" Aku mengangguk
"Jadi kamu pelacur ya?". Aku ragu-ragu untuk menggangguk. Tina mencubit susuku..."...aaawhaaahh...haahhh..."
Air liurku menetes sambil menahan nyeri.
"Ayo jawab! Kamu pelacur sundal kan?" Kali ini aku juga terpaksa menggangguk.
"Jadi, pelacur sundal. Kamu kerjaannya cari cowok yang burungnya gatel. Ya kan?" Aku tetap menggangguk, meski perasaanku mulai diinjak-injak.
"Berapa duit km dapet buat semalam? 1 juta?" Aku menggeleng.
"100 ribu?" Aku menggeleng.
"Ga dapat sama sekali, ya kan?" Aku tau, Tina mengharapkan aku menggangguk. Kuturuti.
Plak! "Jadi memang kamu wanita murahan. Vaginamu gatel kan?!" Tina tiba-tiba memasukkan dildo ke vaginaku, dildo yg permukaannya tidak mulus, ada benjolan2 kecil, lalu sebelum aku siap dia mengocokku.
"...hhaaa...hhhaaaahhh... ha..aahh.." Aku kesakitan karena tidak siap. Kumemohonnya untuk berhenti dengan menggangguk, tapi dia msh melakukannya.
"...hhaaa...haammm...ffhoo....nn....dhhiinn... " Aku meminta sedikit belas kasihan. Tapi Tina msh mengocoknya.
"Kamu pantas menerima ini, bitch!" Tubuhku reflek aku meronta-ronta, kepalaku kutarik ke belakang. Nasibku bertambah buruk, kepalaku terbentur tembok, sementara stik drum di lidahku menyangkut kedua lenganku, semakin menarik lidahku.
"aaaww...!"
Melihat kepalaku terbentur, Tina menghentikan kocokannya. Aku tahu dia terkejut, meski dia tidak mengungkapkannya. Dia mengelus2 kepala belakangku, rupanya dia takut ada hal buruk terjadi.
"Kapok? Makanya, jangan goyang aja". Jujur, ini diluar rencana, dan kepalaku pening sesaat.
"Hei bitch, km msh kuat...?" Kali ini Tina menunjukkan watak aslinya, bahwa memang dia bukan mistress yang ratu tega. Kalimat itu dikatakannya sambil setengah tertawa. Memang Tina sahabat baikku, dia tidak akan mencelakakanku.
Aku menggeleng melihat kesempatan untuk berhenti.
"Ok ok kita stop aza. Tapi kamu kumandiin dulu ya" Dia memasang lipatan handuk pada belakang kepalaku, takut terbentur lagi.
Tiba2 tembakan air mengarah ke mukaku. Lalu ke ketiak, susu, perut. Pahaku dan vaginaku.
"Sebentar-sebentar, kurang seru." TIna menghentikan tembakan air itu, lalu melepas ikatan kakiku. Selanjutnya, kakiku di spread ke agak keatas, aku tahu, dia menggantung kakiku ke kiri dan kanan di tembok. Lalu dia membuka mataku, melepaskan stik drum itu.
Kusadari kini posisiku memamerkan kemaluanku ke Tina. Melihat posisi exotic itu, dia memfotoku. Dan kusadari ternyata Tina sedari tadi sudah telanjang bulat
Kini dia berlutut, lalu menjilati ass ku, lalu vaginaku. Aku tahu Tina amat terlatih dalam menjilat, karena aku suka mengikatnya dalam posisi hogtied, lalu akupaksa dia menjilati ass dan vaginaku. Ketika dia hanya bisa menggerakkan kepalanya dan lidahnya saja, aku sudah berhasil dibuatnya klimax. Apalagi kini aku yang terikat, dan dia bebas bergerak. Aku menggeliat penuh kenikmatan,sementara Tina menyerangku dengan penuh nafsu.
Kina aku bisa menyaksikan bahwa Tina juga terangsang manakala melihatku terangsang. Bisa kutebak, selama dia menyiksaku, dia juga amat terangsang. Tapi kali ini dia sengaja memaximalkan kenikamatan itu kepadaku, sebagai permintaan maafnya rupanya. Sudah seharusnya dia meminta maaf, atau lain kali aku akan berlaku tanpa ampun ke dia.
Jilatannya enak sekali, aku mulai mengerang. Mulutku bergumam tidak karuan, sampai mataku melirik ke pojok, oh sialan ternyata Tina merekamku dengan handycamnya, diatas tripot. Tapi aku tidak sempat protes, karena aku hampir mencapai klimaxku. Perasaan extrem, setelah disakiti dan dihina, kini aku merasakan kepuasan yang meledak-ledak. Tina kanan Tina menggosok2 susuku, sementara tangan kirinya membuka bibir vaginaku,membantu lidahnya.
Aku klimax sekali. Dia masih memberi lebih. Kali ini dia menjilati assku, menghilangkan rasa sakit di situ setelah dia memperkosa assholeku tadi. Sementara jari-jari tangan kirinya mengocok kedalam vaginaku, mengincar g-spotku. Andai tanganku terbebas, aku akan membenamkan wajahnya di selangkanganku. Tapi aku hanya bisa meronta-ronta. Kini kulihat tangan kanannya memasturabasi vaginanya sendiri. Setelah beberapa saat, Tina mencapai klimax disusul aku yang sudah mengalami kepeningan dalam kenikmatan. Nafasku tersengal-sengal.
Lalu dia menyiramku dgn shower, juga tembakan air itu. Kebanyakan diarahkan ke vagina dan anusku. Membuatku mengerang2 keenakan karena tembakan air itu digerak-gerakannya seperti memijat. Cukup intens dia memberi pijatan itu, aku merasakan rangsangan yang luar biasa, tapi mukaku tetap disembur dengan shower,sehingga cukup susah aku mengambil nafas. Dia membiarkanku meronta ronta kecil, mau melihat klimaxku. Tapi aku tidak pernah klimax untuk yang ini.
Setelah itu, Tina menyabuni tubuhku, lalu membilas dan menggosok seluruh tubuhku dgn lembut.
Setelah itu dia mengeringkan tubuhku, melepas semua ikatanku. Dia menghandukiku.
"Tina kamu ternyata nakal sekali" kataku sambil mengeringkan tubuh.
"Hehehe.. Tapi asyik kan?" Kali ini giliran Tina yang mandi dihadapanku. Dia menyirami tubuhnya dgn shower, begitu sexy. Aku bukan lesbian, tapi aku terdorong untuk memeluknya, lalu meraba susunya dan mencium bibirnya.
Tina tidak melawan, dia memberikan lidahnya. hmm... Yah kami mandi sambil beraktivitas seperti lesbian.
"Sekali lagi, Happy Bday Tin."
"Thx ya, km kasih aku pengalaman berharga. Eh Sel, km ga bisa pulang besok ta?" Katanya sambil tersenyum.
"Aku tau arti senyumanmu itu...tidak."
"Please, aku kan baru sekali ini bisa mengikatmu? Please.." katanya memelas. Hehehe...aku merasa memang sih jika diikat oleh Tina ternyata menyenangkan. Aku juga merasakan kenikmatan dalam tiap siksaan dan hinaannya. Tapi aku lelah sekali.Untuk menggodaku, Tina meraba-raba tubuhku, menggosokkan jarinya ke kemaluanku dan tangan satunya meraba susuku. Aku susah untuk menolak.
"Ok ok.. aku akan minta ijin dulu ke ortuku. Kalo mereka ijinkan, km menang. Klo tidak, lupakan. Dan, malam nanti aku cuma mau yg soft aza"
"Asyik! Ok, soft ya. Sekarang sini-sini" Tina langsung mengambil tali tadi yang sudah basah, lalu segera mengikat tanganku ke belakang.
"lho lho..aku harus telpon dulu. Lepaskan aku." Dia tidak peduli, melainkan menggiringku ke kamarnya, lalu menelungkupkan aku di kasurnya. Jujur aku agak enggan melawannya.
"Telpon kan cuma butuh mulut." Tina segera mengikat lagi pergelangan kakiku dan pahaku. Lalu mengeluarkan HP ku dari tasku. Dia menelpon rumahku. Loudspeaker diaktifkan, dia meletakkannya disamping mukaku. "Sekarang km tidak bisa berbohong". Pintar juga.Mamaku menerima telepon.
"Ma, ini Seli. Ma, Seli nginap di tempatnya Tina ya, krn dia ultah nih... Sabtu lagi, besok kan Minggu"
"Lho, km ga bawa baju gitu? Nti mandi pakai apa?"
"er...pakaian dalam aku bawa kok ma. Hehe..emank dah rencana." AKu berbohong, aku tidak bawa pakaian cadangan, selain yang kupakai waktu kesini. Lagipula, aku tidak khawatir akan pakaian, krn rasanya aku tidak akan berpakaian semalaman.
"Besok jgn lupa km harus dah balik sebelum jam 7, ok?"
"Hik..hya maa" Aku sedikit terkejut karena Tina mengikat sikuku. "Tin..sebentar dunk!",aku
berbisik.
"Ya udah jgn lupa makan."
"Oke deh ...maakh.. " Sekali lagi aku agak tersedak, krn Seli mengikat kakiku ke tanganku, membuat aku hogtied dalam posisi yang ototku hampir tidak bisa mengatasinya. Untungnya mamaku tidak tau, ia menutup teleponnya.
"Bicara soal makan, aku sudah lapar nich Tin."
"Rasanya kamu kan tahan lapar? Pokok aku menang sekarang. Aku punya guling baru sekarang.
Boneka baru sekarang. hore" Dasar Tina dia kekanak kanakan sekali.
"Mulutmu emank penuh tipuan Sel. Sekarang Seli yang manis, buka mulutmu." Aku tahu maksudnya, tapi aku tidak melawan. Kubiarkan saja dia berbuat semaunya. Kubuka mulutku, lalu dia menyumpalkan celana dalamnya yang lain yg rupanya bekasnya semalam belum sempat dia cuci pagi tadi. Lalu dia mengikat mulutku dengan tali.
"...hhammmmmfff.." Tina mulai menggosok2kan tanggannya ke susuku. Birahiku mulai bangkit lagi perlahan-lahan.
Jadilah sepanjang malam aku jadi objek kepuasan sexualnya Tina. Tidak ada 'pain' malam itu.
Yah, Tina juga memberi kepuasan kepadaku. Dia msh memberi aku rangsangan, beberapa kali aku
dibuat klimax, meski beberapa kali dia menghentikan sebelum aku klimax, membuat wajahku
menjadi konyol dan memohon-mohon.
Kadangkala dia membuka sumpal pada mulutku, meski dia melarangku untuk berkata apapun.
Tujuannya adalah memaksaku menjilati asshole dan vaginannya. AKu tidak terbiasa, tapi ...yah selalu ada saat untuk yang pertama kali kan?
Aku juga tahu bahwa sesekali cece dari kamar seberang mengintip melalui celah korden kamarnya Tina. Entah sejak jam berapa dia sudah kembali ke kost, sehingga bisa melihat kami. Tapi kali ini, hal itu sudah bukan masalah. kami tertidur setelah kelelahan. Aku dan Tina, berdua dalam keadaan telanjang bulat, berkeringat dan tentu saja 'berlendir'. Bedanya, aku tetap terikat, sementara Tina memelukku seperti gulingnya.
Kado spesial
5/
5