Ketika usiaku menginjak 13 tahun, aku mulai merasakan perubahan perubahan dalam diriku, kurasakan saat itu buah dadaku mulai bertambah montok, belum lagi ketiakku mulai ditumbuhi dengan bulu bulu halus yang membuat aku merasa malu pada teman temanku, namun dibalik itu aku mulai merasakan adanya gejolak gejolak aneh dari dalam diriku setiap kali aku memandang tubuhku yang telanjang di depan kaca, rasanya aku merasakan tubuhku panas dan sepertinya dari buah dadaku yang sudah mengembang besar itu terasa geli. Aku tak mengerti semua ini, setiap kali aku merasakan semua ini aku hanya dapat diam saja, paling paling aku hanya meremas sendiri buah dadaku agar tidak terasa geli, tapi semuanya tak menolong. Sampai suatu ketika aku menjadi kaget ketika saat mandi aku melihat celana dalamku penuh dengan darah. Aku menangis menemui ibuku dan mengatakan semua ini. Dengan tertawa ibuku berkata bahwa sekarang aku sudah akil balig karena aku sudah mendapat haid. Baru saat itulah aku mengerti lebih jelas tentang diriku sebagai wanita, sehingga ketika dari kemaluanku mulai tumbuh bulu bulu keriting yang makin lama makin memenuhi bukit nonokku, aku bukannya takut bahkan aku menjadi bangga, Setiap pagi kuperhatikan bulu bulu itu, kucuci dengan sabun dan kulap dengan handuk, begitu juga dengan bulu ketiakku yang makin hari makin bertambah lebat. Semua ini berlangsung sampai usiaku menginjak 16 tahun. Pada usia 16 tahun ini aku merasakan bahwa tubuhku sudah benar benar mekar sempurna, badanku cukup jangkung untuk ukuran perempuan seumurku yaitu 170 cm, aku memiliki sepasang buah dada yang sangat montok dan kencang, puting susuku berwarna kecoklatan sangat serasi dengan kulitku yang agak kehitaman ini, begitu juga dengan kakiku panjang sekali dan dipangkal pahaku penuh dengan kerimbunan jembut yang hitam legam hampir mencapai ke pusarku. Semua ini seringkali membuat aku sangat bangga dengan diriku, karena hampir semua teman putriku iri melihat badanku yang seksi ini. Tetapi ada satu hal yang seringkali membuat aku gelisah, karena dengan bertambah dewasanya usiaku aku makin merasakan gejolak birahiku makin menggebu gebu. Setiap kali aku telanjang bulat sendirian, aku selalu merasakan nonokku basah dan sepertinya ada rasa yang tidak enak di selangkanganku ini. Begitu juga susuku seringkali putingnya menjadi kaku dan terasa geli sekali bila disentuh. Suatu kali ketika kurasakan nonokku basah dan terasa ada yang mengganjal di selangkanganku, timbul keinginanku untuk mengetahui apa yang membuat rasa tak enak diselangkanganku itu. Ketika kusibakkan jembutku yang lebat dan panjang itu serta kukuakkan bibir nonokku, barulah aku tahu bahwa ternyata itilku yang mengembang membuat nonokku serasa terganjal. Memang itilku besar sekali, jika sedang ngaceng. Ketika kusentuh dengan jariku, aku langsung seperti tersengat oleh rasa geli yang menjalar keseluruh tubuhku. Aku tak dapat berbuat apa apa karena memang aku tak mengerti, tetapi aku sadar bahwa aku mempunyai nafsu yang besar, namun karena tidak punya jalan pelepasannya, maka sampai saat itu aku masih belum tahu cara menikmatinya.
Pada usiaku yang kesembilan belas, aku sudah menyelesaikan SMA ku dan rencananya aku kepengen meneruskan pelajaranku keperguruan tinggi. Tetapi pada waktu itu oleh Bapak dan Ibu aku dikenalkan pada seorang laki laki yang rencananya akan dijodokan dengan aku. Meskipun saat ini bukan jamannya Siti Nurbaya, tetapi adat istiadat bangsaku membuat aku tak berdaya untuk menolak kemauan orang tuaku ini. Dan sebenarnya yang paling penting, dengan punya teman laki laki berarti aku bisa bereksperimen untuk mengetahui nikmatnya seks.
Calon suamiku bernama Rhoma dia seorang pemuda anak orang kaya, pada awal perjumpaan kelakuannya memang alim sekali, tetapi pada beberapa pertemuan berikutnya ketika orang tuaku sudah tidak ikut menemani kami, maka omongannya mulai melantur dan jorok, tetapi anehnya aku menyukai semuanya itu. Bahkan aku berharap agar dia berbuat lebih dari pada sekedar omong saja. Orang tuaku memberi kebebasan untuk aku dan Rhoma berpacaran, mereka selalu membiarkan kami berdua dikamar tamu, bahkan kadang kadang mereka pergi meninggalkan kami berdua dengan seorang pembantu dirumah. Ini semua membuat Rhoma jadi makin berani dan akupun selalu bersikap meladeni apapun juga yang dilakukan Rhoma, karena aku tahu bahwa Rhoma akan mampu memenuhi rasa ingin tahuku yang sangat besar itu.
Siang itu aku sendirian dirumah, karena kedua orang tuaku pergi ke Pasuruan untuk suatu urusan, dalam keadaan kesepian aku mencoba menelepon Rhoma dirumahnya, ternyata Rhoma ada dirumah dan iapun juga sedang menganggur tanpa pekerjaan. Ketika kuberitahu bahwa orang tuaku sedang pergi dan kutawari agar dia datang ke rumahku Rhoma setuju. Tidak sampai sepuluh menit kemudian kudengar suara mobil Rhoma berhenti didepan rumahku, aku berlari lari keluar untuk membukakan pintu. Setelah kupersilahkan duduk, aku masuk sebentar untuk mengambilkan minum dan kemudian aku duduk mendampinginya. Mula mula kami omong omong saja, tetapi tangan Rhoma mulai mengembara ke pahaku dan bibirnya mulai juga menciumi bibirku, lidahnya dijulurkan memasuki mulutku akupun membalasnya dengan menjulurkan lidahku sehingga lidah kami saling berkaitan. Kupeluk Rhoma erat erat karena aku mulai bernafsu menikmati ciuman Rhoma yang hangat itu, apalagi ketika kurasakan tangan Rhoma menyelusupi bajuku dan meremas susuku yang kanan. Aku menggeliat karena puting susuku terasa geli sekali oleh sentuhan jari jari Rhoma, yang meremas susuku dengan bernafsu sekali. Tidak puas dengan satu tangan Rhoma memasukkan kedua tangannya kedalam bajuku dan mulai meremas serta memilin milin puting susuku. Aku menjadi gelisah karena remasan tangan Rhoma membuat nonokku jadi gatal dan berair, kupeluk Rhoma makin erat sambil makin menekankan bibirku ke bibir Rhoma sekedar untuk menahan nafsuku yang membara itu. Tidak puas dengan meremas remas dadaku, tangan Rhoma makin turun kebawah dan mulai meremas remas pantatku, aku menggelinjang dan mulutku mulai mendesah, dalam hatiku aku agak takut juga, karena saat itu seperti biasanya kalau sedang di rumah, maka aku tidak memakai celana dalam. Aku yakin bahwa Rhoma mengetahui hal ini, karena mendadak tangannya sudah menyentuh bukit nonokku yang penuh jembut dan meremasnya dengan lembut. Saat itu aku benar benar pasrah aku hanya menunggu apa yang akan dilakukan Rhoma, karena semuanya terasa nikmat dan geli. Ketika Rhoma berbisik agar aku membuka bajuku dengan sigap aku segera melepasnya. Begitu melihat susuku yang tanpa penutup itu Rhoma langsung menciuminya serta menghisap putingnya sembari terus menerus meremas remasnya. Tanpa sadar aku mencakar punggung Rhoma karena aku merasakan kegelian yang amat sangat disamping nonokku rasanya seperti bengkak dan basah kuyup oleh nafsuku sendiri. Dalam keadaan tubuh separuh telanjang Rhoma membaringkan aku di atas sofa, sambil bibirnya terus menghisap puting susuku yang sudah membatu itu tangan Rhoma mulai beraksi melepaskan rokku yang bawah. Aku bukannya berusaha melarangnya, malahan aku sengaja mengangkat pantatku supaya Rhoma lebih mudah membukanya. Begitu rokku ditarik kebawah, terpampanglah sudah tubuhku dalam keadaan telanjang bulat. Meskipun sudah seringkali kami bermesraan seperti ini, tetapi untuk telanjang secara utuh, baru kali ini aku lakukan. Tak heran bilamana Rhoma begitu terangsang melihat pangkal pahaku yang jembutnya lebat seperti hutan itu. Diciuminya jembutku sambil menggosok gosokkan hidungnya ke selangkanganku dengan penuh nafsu. Rasa gatal yang ditimbulkan oleh gesekan kulit hidung Rhoma dengan jembutku membuat aku menjadi gelisah. Maka bila semula tadi pahaku seperti terkunci rapat karena rasa tegang, maka tanpa kusadari pelan pelan terkuak membuat Rhoma makin belingsatan karena nonokku yang masih perawan itu terpampang dihadapannya. Tanpa sungkan Rhoma langsung saja menciumi itilku yang sudah kaku seperti batu itu dan menjilati dengan lidahnya. Aku merasa seperti kena listrik begitu lidah Rhoma menyentuh ujung itilku…….rasanya enak sekali……. geli gatal semuanya menjadi satu. Kurengkuh kepala Rhoma yang menempel disela sela pahaku dan kutekan keras keras agar makin menempel ke nonokku. Inilah benar benar kenikmatan yang selama ini aku ingin rasakan…begitu nyata dan nikmat…geseran lidah Rhoma diujung itilku membuat nafsuku memuncak, apalagi ketika Rhoma juga mulai menjilati bagian dalam nonokku itu. Kudengar suara berkecipak ketika Rhoma menjilati nonokku yang sudah basah kuyup itu. Aku benar benar seperti kena sihir, aku merintih rintih oleh rasa nikmat itu. Rupanya Rhoma sendiri sudah tak tahan dengan semua ini. Ia tiba tiba menghentikan gerakannya dan berdiri, aku sangat terkejut kutatap wajah Rhoma yang berdiri didepanku, rupanya Rhoma sedang melepaskan pakaiannya dan telanjang bulat. Aku kaget sekali ketika melihat kontol Rhoma yang dalam pandanganku begitu besar dan menyeramkan. kontolnya berwarna coklat kehitaman melengkung dengan ujungnya yang pelontos persis seperti jamur , panjang sekali. Baru kali ini aku melihat kontol pria yang sesungguhnya, apalagi dalam keadaan ngaceng seperti kepunyaan Rhoma saat ini sungguh mendebarkan dan benar benar menakutkan, aku tak dapat membayangkan seandainya barang yang sebegitu besar dimasukkan dalam liang nonok yang sempit.
Selesai melepaskan semua pakaiannya, Rhoma kembali mulai menciumi nonokku dan juga menjilati liang nonokku, agar supaya lebih leluasa menjilati bagian dalamnya, Rhoma merentangkan kakiku lebih lebar lagi sehingga nonokku makin merekah. Aku merasakan kehangatan lidah Rhoma menelusuri bagian dalam nonokku, enak sekali……Rhoma benar benar pandai menjilati nonok, aku menggelepar gelepar setiap kali lidahnya menyapu bagian bagian yang peka dari nonokku, rasa geli yang kurasakan sepertinya tak tertahankan lagi hingga tiba tiba aku menjerit karena kurasakan suatu desakan dari dalam liang nonokku seperti terlepas keluar. Kurasakan dinding nonokku sepertinya berdenyut denyut nikmat sekali disertai mengalirnya cairan hangat dari dalamnya. Badanku jadi kaku menahan rasa nikmat yang tiada taranya itu, kutekankan kepala Rhoma keselangkanganku dan kujepit kepalanya dengan kedua pahaku agar aku dapat lebih menikmati rasa geli yang luar biasa ini. Ketika rasa nikmat itu mulai berkurang, akupun merasa sangat lemas sekali. Kulepaskan kepala Rhoma dan aku terpejam merasakan keletihan yang luar biasa, aku sepertinya tak merasakan apapun, yang terbayang hanyalah rasa nikmat yang diberikan Rhoma ketika dia menjilati nonokku. Tiba tiba aku merasa kaget ketika kurasakan ada benda hangat menempel dibibirku, ketika kubuka mataku, barulah aku tahu kalau benda itu adalah kontol Rhoma. ” Ayo sekarang kamu hisap punyaku ya” begitu bisik Rhoma kepadaku. Dengan ragu ragu aku mencoba menjilat dahulu ujung kontolnya yang licin berkilat itu, terasa asin, ketika Rhoma agak memaksa agar mulutku menganga lebih lebar maka aku mulai kuatir kalau kontol sebesar itu tak bisa masuk kedalam mulutku. ” Jangan sampai kena gigimu, sakit” aku hanya diam saja mendengar kata kata Rhoma, tetapi kucoba untuk tidak sampai gigiku mengenai batang kontolnya. Pelan pelan Rhoma menekan kontolnya memasuki mulutku, ketika sudah hampir separuh kontolnya masuk, aku mulai tersedak.
Kutahan perut Rhoma dan ia menurut. Disuruhnya aku untuk menghisap hisap dan mengenyot batang kontolnya serta memaju mundurkan bibirku. Ketika kuturuti semua keinginan Rhoma itu, kulihat Rhoma memejamkan matanya sambil mendesis seperti keenakan, tangannya meremas remas susuku sepertinya ingin meremukkannya, tetapi anehnya aku tak merasa sakit justru nikmat sekali. Tak lama aku menghisap kontolnya, tiba tiba saja Rhoma mengejang dan kurasakan ada cairan kental menyembur dari kontolnya memenuhi rongga mulutku, aku terkejut sekali, dengan spontan kutarik mulutku dan kumuntahkan cairan kental yang sudah terlanjur masuk ke mulutku itu. Rhoma sangat kaget dengan tindakanku itu tangannya segera memegang kontolnya yang masih terus mengeluarkan cairan putih kental dari ujungnya itu, karena kulepaskan maka cairan itu menyemprot keluar membasahi mukaku dan susuku. Setelah beberapa saat barulah cairan kental itu berhenti keluar dari kontol Rhoma. Rhoma langsung mengomel ” Kenapa kamu cabut, aku baru merasa enak kok kamu lepas” Aku benar benar tak mengerti dengan semua ini, aku kebingungan mencari lap untuk membersihkan cairan kental yang menempel di muka serta di susuku. Ketika Rhoma menyerahkan sapu tangannya, dengan segera kubersihkan semua cairan kental yang berwarna putih seperti susu itu. Saat itu barulah aku sadar kalau inilah yang namanya sperma itu. Tak kusangka bahwa begitu banyak sperma yang dikeluarkan Rhoma, dan aku jadi agak menyesal karena membuat dia jadi kurang puas menikmati hisapanku tadi. Semuanya disebabkan karena kekurang mengertinya aku. Ketika kulirik lagi, kulihat kontol Rhoma sudah tidak berdiri seperti tadi lagi, saat ini kontolnya sudah menunduk, aku tersenyum melihat kontol Rhoma seperti itu. Rhoma diam saja, hanya dia mengambil sapu tangannya tadi dan melap kontolnya sampai bersih. Karena aku sadar kalau aku sudah mengecewakannya, maka aku mencoba mengambil hatinya dengan mengelus elus kontolnya yang sudah mengkerut itu, sementara nonokku yang masih berlepotan cairan lendir itu kuhadapkan ke muka Rhoma. Benar saja, Rhoma langsung hilang marahnya, ia kembali lagi menjilati nonokku, terutama di bagian luar yang tadinya penuh dengan lendir itu. Karena posisiku yang setengah duduk tetapi agak mengangkang, maka aku dapat melihat dengan jelas semua tingkah Rhoma yang menjilati nonokku itu, kedua belah tangannya menguakkan bibir nonokku sehingga itilku makin maju kedepan, itulah yang menjadi sasaran lidah Rhoma. Rasa geli kembali menyerang tubuhku, tanpa sadar aku meremas remas sendiri susuku. Tiba tiba Rhoma berdiri sehingga aku bisa melihat kontolnya yang sudah ngaceng lagi itu. Dengan agak berjongkok Rhoma menuntun kontolnya kearah liang nonokku. Aku kaget sekali dan segera memberontak, karena untuk yang satu ini aku belum berani. Aku benar benar takut menjadi tidak perawan, kalau cuma dijilat atau menghisap kontol saja aku masih bersedia, tetapi kalau sudah dimasukkan, nanti dulu………… Rhoma agak malu melihat penolakanku itu, dikiranya mungkin aku pasti mau mengingat apa yang sudah kami lakukan tadi. Aku berkata pada Rhoma kalau untuk yang satu itu aku belum berani, tetapi kalau yang lainnya boleh saja, karena aku juga suka. Rhoma rupanya tidak kehilangan akal, ia menyuruh aku berbalik lalu ditunggingkannya pantatku keatas, kurasakan lidah Rhoma menyelusupi liang pantatku yang juga ditumbuhi oleh jembut, rasanya geli membuat aku terkikik karena jijik. Tapi jilatan Rhoma tidak hanya disitu saja, lidahnya berpindah pindah dari liang pantat ke bibir nonokku kemudian pindah lagi ke itilku, semuanya membuat aku jadi terbang keawang awang lagi. Ketika Rhoma membasahi pantatku dengan ludah yang banyak aku tetap tak sadar apa yang dimaui Rhoma, baru ketika kurasa perih di pantatku, aku sadar bahwa kontol Rhoma sudah dimasukkan ke dalam pantatku. Aku merintih kesakitan, tetapi Rhoma menyuruh aku diam dan menikmati semuanya itu. Aku menggigit bibir menahan sakit, sementara tangan Rhoma terus terusan meremas susuku dan memilin milin putingku. Ketika rasa sakitku sudah mulai hilang, kurasakan betapa liang pantatku seperti diganjal dengan tongkat yang besar sekali. Aku kembali meringis ketika Rhoma menarik kontolnya pelan pelan sekali, melihat aku merintih, Rhoma segera menggosok itilku dengan jarinya sehingga aku merasa geli dan melupakan sakitku. Demikian terus Rhoma menggelitik itilku sehingga tiba tiba dia melenguh dan pejunya menyemprot ke dalam liang pantatku. Rhoma menjadi lega dengan semua ini. Akupun menjadi lega karena dapat menyenangkan pacarku. Untuk selanjutnya bilamana ada kesempatan kami selalu melakukan hal ini, saling menjilat, menghisap dan memasukkan kontol kedalam pantatku. Belakangan aku juga dapat menikmati enaknya main lewat pantat ini, karena Rhoma tahu caranya merangsang itilku sambil merojok pantatku yang juga membuat aku jadi puas.
Ketika usiaku 20 tahun, Rhoma meminangku, karena memang semua ini sudah disiapkan oleh kedua orang tua kami, maka tidak ada penghalang bagi aku dan Rhoma untuk naik kepelaminan. Pernikahan kami berlangsung sesuai adat suku yang penuh dengan upacara upacara, semua berlangsung dengan lamban. Mengapa aku merasakan kelambanan dari semua acara ini, karena sebenarnya aku sudah ingin cepat cepat masuk kamar pengantin dan menikmati kontol Rhoma di dalam liang nonokku, bukan hanya di pantatku saja. Bayangkan selama satu tahun sejak pertama kali aku merasakan nikmatnya rangsangan Rhoma, yang dilakukan Rhoma hanyalah menjilati nonokku, merangsang itilku dengan jarinya paling banter Rhoma hanya kuijinkan menggosok gosokkan kontolnya diluar bibir nonokku. Semuanya kurang nikmat karena hanya semu, malam ini aku akan merasakan yang sejati yaitu kontol Rhoma akan menyelam dalam nonokku, aku akan merasakan kenikmatan yang sejati, bukan kenikmatan yang semu.
Menjelang jam 10 malam. orang tua kami menyuruh kami beristirahat dahulu, meskipun saat itu masih banyak tamu yang belum pulang. Aku sebenarnya sangat malu untuk masuk ke kamar, tetapi karena desakan orang tua, maka kamipun berdiri dan meninggalkan pelaminan menuju kamar pengantin kami. Hampir semua muda mudi yang masih tinggal tertawa tawa melihat kami yang menuju kamar pengantin, aku tahu apa yang mereka tertawakan, karena hal ini juga sering aku lakukan bilamana pergi ke pesta perkawinan temanku, kami selalu tertawa membayangkan bahwa malam itu akan ada perempuan yang menangis karena kesakitan tetapi juga sekaligus keenakan karena bersetubuh ! Membayangkan ini rasanya aku ingin cepat cepat masuk kekamar dan menutup pintunya, tetapi rasanya lama sekali perjalanan dari pelaminan menuju kamar tidur kami yang jaraknya hanya beberapa meter itu. Begitu memasuki kamar, aku langsung duduk diatas tempat tidur sambil bernafas lega sekali. Rhoma sendiri juga tahu bahwa kita berdua menjadi sasaran gurauan dari semua yang hadir, karena itu dia meminta agar aku tetap tinggal di kamar sementara dia akan keluar dahulu untuk menemui tamu tamu yang masih tinggal agar mereka tidak berpikiran yang macam macam.
Aku agak kecewa juga karena acara intim yang aku harapkan ternyata masih harus sedikit tertunda, karena Rhoma sungkan pada tamu tamunya yang masih nongkrong didepan, seharusnya tamu tamu itu tahu diri, begitu pengantin masuk kamar, merekapun harus cepat cepat pulang agar pengantin bisa menikmati malam pertamanya dengan tenang. Sambil berdiri menatap kaca hias yang berukuran besar didepan tempat tidurku, aku mulai melepasi segala perlengkapan yang aku kenakan, memang agak repot juga melepaskan semua perhiasan dan lain lain yang menempel di badanku, tetapi dengan sedikit membuang tenaga, akhirnya aku berhasil melepas semua perhiasan dan juga pakaianku sehingga aku jadi telanjang bulat didepan kaca. Dengan teliti aku memperhatikan tubuhku sendiri, entah mengapa aku jadi terangsang sendiri melihat tubuhku yang telanjang didepan kaca ini. Susuku membusung dengan putingnya yang coklat berdiri tegak, sedangkan diantara kedua pahaku berkumpul hutan rimba jembut yang sangat tebal, beberapa hari yang lalu aku memerlukan waktu hampir setengah jam untuk membersihkan jembutku yang letaknya kurang beraturan, sehingga saat ini semuanya tampak rapi terutama di bagian bibir nonok, maksudku agar supaya memudahkan Rhoma kalau nanti memasukkan kontolnya ke liang wasiat ini. Ketika kucoba untuk meraba nonokku yang sudah mulai basah, sementara ketika aku menyentuh itilku terasa sudah membengkak meskipun belum disentuh Rhoma, aku merasa kalau sebenarnya aku sudah bernafsu sejak kemarin sore, tetapi pelepasannya menunggu saat ini, entah kapan Rhoma akan masuk kekamar ini untuk dapat memuaskan aku.
Sementara aku menanti Rhoma sambil berbaring ditempat tidurku dalam keadaan telanjang bulat, aku mencoba untuk membaca baca majalah, ketika kudengar ketukan dipintu, aku langsung tahu bahwa itu Rhoma, dengan sengaja aku tidur terlentang sambil kakiku agak mengkangkang sehingga nonokku terpampang jelas. Kuharap Rhoma akan terangsang melihat ini semua agar supaya dia tambah bernafsu. Setelah kurasa posisiku sudah tepat, aku berteriak “masuk”. Saat itu, bila ada geledek menyambar mungkin aku tidak sekaget saat ini, karena yang tadinya kukira Rhoma ternyata adik Rhoma. Kucoba untuk meraih benda apa saja diatas tempat tidur itu untuk menutupi badanku, tetapi tak sepotong kainpun ada diatas tempat tidur itu, jadi dengan muka yang terasa sangat panas, aku berusaha menutupi bagian vitalku dengan kedua tanganku. Dengan terbata bata aku menanyai Rochim adik Rhoma apa perlunya masuk kamarku. Dengan muka merah juga, Rochim mengatakan kalau kakaknya berpesan agar aku tidur dulu kalau sudah ngantuk. Aku tak dapat menjawab kata kata Rhoma itu, aku sangat malu dan bingung apa yang harus kulakukan agar Rhoma tidak tahu hal ini. Karena aku diam saja, Rhoma dengan leluasa memuaskan matanya memandang tubuhku yang terbuka ini. Aku memberanikan diri untuk berkata pada Rochim agar supaya tidak menceritakan hal ini pada kakaknya, karena aku sangat malu. Rochim hanya mengangguk dan langsung keluar dari kamarku. Aku menarik nafas lega, tetapi mukaku kurasakan masih panas karena malu disamping hatiku masih berdebar debar. Benar benar memalukan………………
Entah berapa lama aku tertidur, namun aku terbangun oleh rasa geli diselangkanganku, ketika kubuka mataku kulihat Rhoma sudah telanjang bulat dengan posisi 69 diatasku, sementara Rhoma asyik menjilati nonokku, kontolnya yang sudah ngaceng tergantung bebas didepanku. Tanpa menunggu lagi langsung aku menggenggam kontolnya dan menghisapnya seperti aku menghisap permen loli. Aku sudah lupa dengan kejutan si Rochim tadi, rasa geli yang ditimbulkan oleh jilatan Rhoma membuat aku makin berusaha melebarkan pahaku supaya nonokku tambah lebar dan lidah Rhoma makin dalam menelusuri nonokku. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa terutama di bibir nonokku, rasanya aku sudah hampir mencapai orgasme, aku tahu bahwa kali ini Rhoma ingin membuatku benar benar merasakan nikmatnya seks, karena itu aku juga tak mau kalah, aku juga menggarap kontol Rhoma yang sedang kuhisap ini, Dengan lidahku kuselusuri batang kontol Rhoma mulai dari ujungnya sampai ke pangkalnya berulang ulang baru kemudian kukulum ujung kontolnya yang seperti jamur itu dan kemudian lubang kencingnya aku gosok gosok dengan lidahku sampai Rhoma menggeliat geliat menahan geli, aku tak perduli, malahan buah pelir Rhoma aku usap dengan jari jariku dan ujung kontolnya kukulum dan pelan pelan aku memasukkan batang kontolnya ke dalam mulutku yang sudah kupenuhi dengan air liur itu sampai akhirnya kurasakan ujung kontol Rhoma menyentuh pangkal leherku, aku agak tersedak tetapi kutahan agar tidak sampai membuat Rhoma kecewa. Saat itulah Rhoma menghentikan jilatannya sehingga akupun menghentikan kulumanku.
Ketika kulihat Rhoma berputar posisi dan mulai menciumi bibirku, aku merasakan bahwa inilah saatnya yang sudah lama kunanti nantikan kontol Rhoma memecahkan keperawananku. benar saja Rhoma meletakkan bantal di bawah pantatku sehingga pantatku terangkat keatas dan nonokku makin mencembung, dengan agak gemetar Rhoma menepatkan ujung kontolnya diantara bibir nonokku dan dengan pelahan dia mendorong kontolnya memasuki liang nonokkku, aku memejamkan mata dan tiba tiba saja kurasakan ada sedikit rasa perih yang kemudian tidak kurasakan lagi karena Rhoma sudah menempelkan seluruh badannya ke atas tubuhku sambil menciumi bibirku. Tangan Rhoma asyik meremas remas susuku ketika tiba tiba kurasakan Rhoma mulai menarik kontolnya, saat itu kembali kurasakan rasa ngilu tetapi juga ada rasa geli karena gesekan kontol Rhoma dengan dinding nonokku yang sangat peka itu. Merasakan kalau aku kesakitan, Rhoma menahan gerakannya dan barulah dilanjutkannnya lagi ketika aku kelihatan sudah diam, ketika Rhoma mendorong lagi kontolnya ke dalam liangku, rasa sakit itu sudah tak terasa lagi, yang kurasakan adalah rasa geli apalagi ketika ujung kontol Rhoma menghunjam dasar liang kemaluanku yang masih peret itu, benar benar nikmat. Belum lama Rhoma memaju mundurkan kontolnya aku mendadak merasakan geli yang luar biasa disekeliling liang nonokku sehingga membuatnya jadi mengejang rupanya saat itu aku mencapai kepuasan yang selama ini aku nanti nantikan kepuasan dari hubungan seks yang sebenarnya, bukan cuma kepuasan dari hasil jilat menjilat seperti dulu. Aku merintih sambil menggigit pundak Rhoma, saat itu juga kurasakan Rhoma menusukkan kontolnya dalam dalam dan diapun menyemburkan pejunya kedalam liang nonokku.
Benar benar asyik………… Aku tergeletak tanpa sadar untuk beberapa waktu rasanya badan ini lemas lunglai tetapi dalam hatiku nafsuku masih berkobar kobar karena belum puas betul. Aku juga merasa kalau kontol Rhoma yang masih terkubur dalam nonokku itu juga masih keras, sehingga ketika kucoba menggerak gerakkan pantatku kurasakan kontol Rhoma masih mengganjal dalam liangku itu.
Ketika Rhoma merasakan gerakan pantatku, ia menggerakkan kepalanya dan menatapku sambil berkata, “Enak ya……..apa kamu mau lagi ? Aku tidak menjawab tetapi aku hanya menyeringai saja, kucium bibir Rhoma dengan gemas sambil mendekapnya erat erat. Pelan pelan Rhoma menggerak gerakkan kontolnya lagi, kurasakan kontol Rhoma mulai mengembang di dalam nonokku sampai akhirnya memadati nonokku lagi. Aku menggigit bibirku ketika Rhoma menekan ujung kontolnya sehingga leher rahimku yang tentunya sangat perasa itu tergosok keras sekali. kontol Rhoma sebenarnya cukup panjang tetapi karena agak melengkung maka kelihatan pendek namun ukurannya gemuk sekali sehingga untuk nonokku yang masih baru dipakai ini menimbulkan rasa geli yang luar biasa karena membuat liangku padat dan selalu menggesek tempat tempat yang sensitif di nonokku itu.. Aku mencoba menguakkan kakiku lebih lebar lagi agar supaya nonokku mampu menelan semua kontol Rhoma, tetapi usahaku sia sia karena liangku sudah benar benar menganga namun aku tetap tak berhasil membuat bagian dalam nonokku terpuaskan, ini semua membuat aku mulai menggerakkan pantatku agar supaya kontol Rhoma lebih tepat tujuannya yaitu bagian dalam nonokku, memang aku merasakan geli ketika batang kontol Rhoma menggesek gesek itilku, tetapi rasanya masih kurang jika leher rahimku belum digosok dengan keras memakai ujung kontol Rhoma itu.
Aku mulai merasa kesal dengan gerakan Rhoma yang kurang bersemangat itu, karena Rhoma hanya memaju mundurkan kontolnya secara lamban sambil terus menerus menciumi bibirku serta meremas remas susuku. Yang aku inginkan adalah gerakan yang cepat sehingga rasa gelinya betul betul terasa. Ketika aku bisikkan hal ini pada Rhoma, dia langsung menuruti permintaanku ini, namun apa lacur, baru saja Rhoma bergerak cepat, kontolnya sudah menyembur nyembur lagi, rupanya dia sudah mencapai kepuasannya. Aku yang tak mengerti semua ini berusaha mengimbangi tusukan Rhoma dengan lebih keras memutar mutar pantatku, tapi Rhoma merintih kegelian, rupanya dia tak tahan dengan gerakanku sehingga merintih rintih. Aku yang sudah kesetanan tak perduli, selama masih terasa mengganjal, maka aku terus menggoyangkan pantatku agar ujung kontol Rhoma dapat menyentuh dasar nonokku , kucengkeram punggung Rhoma ketika kurasakan rasa geli yang makin memuncak dalam tubuhku, mataku mendelik merasakan kenikmatan yang berkumpul didalam nonokku sampai akhirnya srooot….ujung kontol Rhoma berhasil menyentuh dasar nonokku, saat itulah aku berteriak lega dan……….nonokku mengejang merasakan nikmatnya persetubuhan ini. Aku betul betul puas, karena aku berhasil mendapatkan apa yang kuinginkan dari Rhoma, aku setengah tak perduli ketika Rhoma mengomel panjang pendek karena aku memaksakan kepuasanku sendiri meskipun saat itu kontol Rhoma sudah lemas. Aku hanya tersenyum saja mendengarkan omelannya, yang penting saat ini adalah istirahat, karena setelah dua kali bersetubuh rasanya badan jadi letih dan lemas sekali. Ini adalah pengalaman malam pertamaku , sebenarnya melihat Rhoma yang loyo itu aku sudah curiga kalau dia kurang mampu dalam hal yang satu ini. Ternyata dugaan ini terbukti setelah perkawinan kami berjalan beberapa tahun.
Perkawinan kami berjalan dengan cukup lumayan sampai aku melahirkan dua orang anak, tetapi saat itulah Rhoma mulai seringkali sakit sakitan. Hal ini berakibat banyak bagi kehidupan seks yang sudah aku nikmati selama ini. Jikalau dulunya hampir dua hari sekali aku menikmati persetubuhan sampai mencapai kepuasan, maka sekarang persetubuhan justru hanya menjadikan aku tersiksa, karena setiap kali main, kontol Rhoma selalu lemas dan sulit masuk di liangku.
Rhoma hanya mampu merangsang aku dengan jilatan jilatannya yang menggelikan itu. Seperti waktu kemarin, aku benar benar kesal dengan Rhoma. Kemarin siang aku mendapat kunjungan temanku Mukinah, karena saat itu Rhoma sedang pergi, maka kami dapat bercerita dengan bebas tanpa kuatir didengar oleh suami. Suatu saat Mukinah bercerita tentang pengalamannya di atas tempat tidur dengan suaminya. Aku tidak terlalu heran dengan cerita Mukinah kalau suaminya pandai memuaskan dia, kalau dia selalu mencapai kepuasan setiap kali main dan juga tentang hal hal lain tentang hubungan intimnya dengan sang suami, bahkan ada beberapa hal yang justru menurut aku Rhoma lebih hebat dari suami Mukinah. Namun masalahnya sejak beberapa waktu ini Rhoma tidak pernah bisa memuaskan aku, sehingga cerita Mukinah benar benar membuat aku jadi terangsang dan nafsuku memuncak, aku merasa kalau saja saat itu ada kontol yang stand by, pasti sudah akan kuhisap dan kuhunjamkan ke nonokku yang yang sudah basah kuyup itu.
Cerita cerita Mukinah membuat aku jadi panas dingin, ketika Mukinah sudah pulang, aku cepat cepat masuk ke kamar dan berusaha untuk tidur, tetapi rasa gatal di nonokku benar benar tak tertahankan, selama ini aku hanya merasakan jilatan jilatan lidah Rhoma yang menyelusuri nonokku, tetapi sudah lama kontolnya tidak pernah berhasil membuatku orgasme, sehingga dapat dibayangkan betapa rindunya aku dengan kehadiran sebatang kontol yang dapat mengisi kekosongan diantara celah nonokku ini. Tanpa terasa tanganku sudah mengembara ke antara selangkanganku, memang sudah sejak lama aku tidak pernah memakai celana dalam bila ada dirumah, sehingga dengan mudah tanganku dapat mengelus bukit nonokku yang berjembut tebal itu. Kurasakan geli yang berkumpul disitu membuatku jadi gemas sehingga berkali kali kuremas remas bukit nonokku itu agar rasa geli itu lenyap, namun yang terjadi malahan sebaliknya, rasa geli itu makin memuncak sampai tanpa sengaja jariku menyentuh itilku sendiri.
Kurasakan kenikmatan yang luar biasa, berbeda dengan jilatan lidah Rhoma, dan lebih menyerupai gesekan kontol pada itil. Kucoba menggosok lagi itilku dengan jariku, aku jadi terperangah karena rasa nikmat yang kudapat benar benar sensasional. Tanpa terasa jariku asyik menggesek gesek itilku sementara tidurku yang tadinya menyamping sekarang jadi terlentang dan kakiku sudah terpentang lebar, jari jariku yang gemetar terus merojok itilku yang membengkak itu dan akhirnya mulai memasuki bagian dalam liang nonokku, terasa geli dan hangat sekali. Apalagi saat jariku menggeser geser bibir dalam nonokku rasanya luar biasa. Tanpa dapat kutahan lagi aku menjerit kecil ketika kurasakan nonokku mengejang karena orgasme.
Keringat dingin membasahi seluruh tubuhku, karena baru sekali ini aku mendapatkan kenikmatan yang lebih nyata. Jantungku berdebar debar karena rangsangan yang aku rasakan tadi itu, dalam batin aku berpikir apakah ini yang disebut dengan masturbasi itu, memang rasanya nikmat tetapi sejujurnya saja lebih nikmat jika batang kontol yang sejati yang menggelitik nonokku, bukan cuma jari telunjukku yang menggeser geser di bibir nonok sampai basah kuyup, dengan tubuh dan pikiran yang lebih enteng, aku coba untuk tidur tiduran karena hari masih sore sedangkan Rhoma baru pulang sekitar jam 5 atau 6 sore nanti. Namun justru berbaring baring ini menyebabkan pikiranku jadi melayang layang dan membuat nafsuku jadi berkobar lagi, karena sebenarnya saja aku masih ingin merasakan kontol yang sejati. Kadang kadang terlintas di pikiranku untuk mencari pria lain yang dapat memuaskan aku, tetapi pikiran ini aku buang jauh jauh karena aku takut. Tetapi bagaimana lagi, Rhoma tak berhasil memuaskan aku, saat aku melamun seperti itu kudengar pintu kamarku dibuka, rupanya Rhoma yang barusan pulang dari pergi dan langsung masuk kekamar.
Ketika melihat aku tidur tiduran, ia segera duduk disamping tempat tidur sambil menyapaku, tangannya memijat mijat pundakku sambil menanyakan kenapa aku kok beristirahat, apakah memangnya aku lelah. Sementara berbicara itu tangannya mengembara dan langsung menelusup kebalik dasterku dan meremas nonokku, aku yang sudah sejak tadi terangsang jadi kelabakan. Aku jadi nekad kepengen mencoba barangkali saja Rhoma bisa memuaskan aku kali ini. Segera kubuka ikat pinggang Rhoma dan kubuka celananya serta kukeluarkan kontolnya. Ketika kukulum, kontol Rhoma langsung berkelojotan dan mulai ngaceng meskipun tidak terlalu keras. Ketika kusibakkan dasterku keatas, maka nonokku sudah langsung terpampang didepan mata Rhoma. Seperti biasanya Rhoma langsung menciumi nonokku dan membentangkan bibir nonokku untuk mulai menjilatinya.
Tetapi kali ini aku bertindak agresif. Aku memberontak dan mulai melepaskan pakaian Rhoma sehingga dia telanjang bulat. Ketika sudah bugil, kusuruh Rhoma terlentang sehingga kontolnya yang setengah ngaceng itu menjulang keatas meskipun agak melengkung, aku sengaja tidak mau lagi menghisapnya karena aku kuatir kalau terlalu geli maka Rhoma justru akan cepat keluar. Langsung saja aku mengangkangi Rhoma dan kuselipkan kontolnya diantara kedua bibir nonokku, ketika sudah kurasakan tepat, maka pelan pelan aku menurunkan pantatku karena kalau aku tekan cepat cepat aku kuatir kalau meleset karena kontol Rhoma belum ngaceng sepenuhnya. Akhirnya kontol Rhoma berhasil amblas ke dalam liangku, aku benar benar merasa lega meskipun kurasakan rongga nonokku agak sulit merasakan gesekan kontol Rhoma yang masih agak mengantuk itu. Ketika kucoba memutar pantatku pelan pelan,kudengar Rhoma menggerang dan terasa kontolnya mulai mekar di dalam liang nonokku, aku makin mempercepat putaranku bahkan kadang kadang aku menaik turunkan pantatku. Akhirnya kurasakan kontol Rhoma sudah benar benar ngaceng dan memadati dinding dinding nonokku, aku mulai merasakan nikmat yang luar biasa. Kurasakan ujung kontol Rhoma menggosok gosok leher rahimku menimbulkan rasa geli yang jauh berbeda jika hanya sekedar dijilati saja, tetapi aku juga merasakan bahwa meskipun kontol Rhoma sudah ngaceng gosokan didalam liang nonokku ini tidak sekeras dahulu waktu kontol Rhoma masih tokcer.
Dengan memejamkan mata kuputar putar pantatku agar gesekan ujung kontol Rhoma makin terasa dileher rahimku, sementara tanganku asyik meremas remas susuku sendiri. Aku tak berani mengangkat pantatku terlalu tinggi karena aku kuatir kalau gerakanku itu akan menimbulkan rangsangan dan rasa geli yang akan membuat Rhoma jadi muncrat. Namun upayaku percuma saja, karena ketika aku merasa bahwa puncak kenikmatanku segera tiba, maka tanpa sadar aku mempercepat putaran pantatku, saat itu Rhoma mendorong tubuhku dan meminta agar aku menghentikan gerakanku. Aku tak perduli karena aku merasa bahwa dalam sekejap aku sudah akan mencapai kepuasan yang sejak lama aku dambakan. Namun apa yang terjadi, tiba tiba saja aku rasakan ada cairan hangat menyembur nyembur dalam nonokku, rupanya Rhoma sudah tak tahan lagi dan pejunya keluar.
Kucoba untuk meneruskan gerakanku agar supaya kenikmatanku segera tercapai, tetapi sayang sekali kontol Rhoma sudah langsung loyo setelah memuntahkan pejunya sehingga tidak lagi dapat bertahan dalam jepitan nonokku dan melejit keluar. Aku menjerit marah dan memukuli badan Rhoma, karena rasa kecewaku yang luar biasa, hanya dalam hitungan 1,2,3 saja sebenarnya aku sudah akan terpuaskan, tetapi Rhoma benar benar lemah sehingga tidak dapat menunggu. Rhoma hanya menunduk lesu melihat kekecewaanku itu, dia diam diam keluar dari kamar dan pergi mandi. Aku menangis sejadi jadinya tanpa mengerti harus berbuat apa, yang kuinginkan hanyalah sebuah kontol yang segar dan mampu membuat nonokku jadi terpuaskan, mengapa aku harus mempunyai suami yang tak sanggup memuaskan aku, padahal sebagai perempuan muda, nafsuku sangat besar dan untuk berbuat serong aku belum berani…………………
Aku selalu berusaha agar Rhoma berhasil memuaskan diriku, semua cara sudah kupakai, mulai dari membiarkan Rhoma merangsang aku dan begitu aku merasa hampir mencapai puncak maka aku memaksa Rhoma agar memasukkan kontolnya ke dalam nonokku sampai yang paling sadis aku memperkosa Rhoma agar bisa memuaskan aku. Semuanya tak ada yang berhasil, bahkan Rhoma jadi marah marah setiap kali aku memaksanya untuk bersetubuh.
Suatu hari Rhoma pulang dari bepergian sambil tersenyum senyum, aku jadi heran karena tidak biasanya dia bersikap seperti itu. Ketika aku menanyakan, dia hanya bilang kalau sekarang dia pasti bisa membuat aku puas. Aku jadi ingin tahu apa yang membuat dia begitu yakin dapat memuaskan aku padahal biasanya lemas seperti tahu.
Ketika kuikuti langkahnya ke kamar, Rhoma mengeluarkan suatu benda panjang dan langsung disodorkan padaku, ketika kupegang benda itu, barulah aku sadar bahwa itu adalah kontol palsu dibuat dari karet. Aku langsung menelan ludah sendiri ketika memperhatikan barang tersebut. Panjangnya sekitar 30 cm dengan lingkar sekitar 5 cm warnanya agak pucat tetapi persis seperti kontol yang asli, bahkan kalau dibandingkan dengan kepunyaan Rhoma, maka kontol palsu ini jauh lebih meyakinkan. Meskipun sebenarnya aku mengerti fungsi benda ini, tetapi aku pura pura tidak mengerti, bahkan aku bertanya apa gunanya benda tersebut. Rhoma tak menjawab, malahan ia segera melepas dasterku sehingga aku jadi telanjang bulat, Rhoma sendiri tidak membuka pakaiannya, tetapi ia merebahkan aku ditempat tidur serta menggosok gosok itilku agar aku terangsang. Aku memejamkan mata merasakan jari kasap Rhoma yang menggosok itilku itu. Mestinya aku langsung basah merasakan rangsangan Rhoma ini, karena saat itulah kurasakan kontol karet tadi oleh Rhoma diselipkan diantara bibir nonokku dan kemudian pelan pelan ditekannya kedalam, aku menggeliat geli karena barang ini benar benar membuat liang nonokku jadi tergesek dengan sempurna. Rhoma terus menekankan kontol palsu itu ke dalam nonokku pelahan lahan sampai mengenai dasar rahimku, Rhoma langsung berhenti.
Dia lalu memutar mutar kontol karet itu serta mengeluar masukkan di dalam liangku itu. Aku merintih geli dan keenakan karena sudah beberapa lama kenikmatan seperti ini tak pernah aku dapat. Memang rasanya hambar, karena tanpa pelukan mesra dan kehangatan tubuh Rhoma yang menempel lembut di seluruh tubuhku sehingga mulai dari susu sampai ujung kaki semuanya bersentuhan. Namun rasa geli yang ditimbulkan oleh gerakan tangan Rhoma membuat aku menggelinjang keenakan, mataku terpejam rapat karena rasa geli dan enak yang memenuhi seluruh alat kelaminku mulai dari itil, bibir dan dinding nonok sampai juga di leher rahimku semuanya terasa geli sehingga aku tak tahan lagi, tanpa sadar tanganku sudah membantu Rhoma merojokkan kontol karet itu ke dalam nonokku sementara mulut Rhoma juga asyik mengulum pentil susuku.
Aku tak menyangka kalau Rhoma bisa mempunyai pikiran untuk membeli barang seperti ini, sehingga saat ini aku dapat merasakan kenikmatan yang luar biasa, bahkan lebih hebat daripada saat saat kontol Rhoma masih tokcer dulu. Rasa geli yang membuat nonokku jadi banjir dengan lendir kental ini sudah tak tertahankan lagi, aku melenguh keras dan kujepit kontol karet itu dengan kedua pahaku ketika kurasakan aku mengalami orgasme.
Ketika dilihatnya aku sudah lemas karena kepuasan, Rhoma mencabut kontol karet itu dan berbisik, kalau saja aku kepengen maka sebaiknya aku pakai alat itu, dia nggak keberatan. Aku tak menyahut, karena saat itu aku barulah merasa malu, entah bagaimana sikapku tadi ketika mencapai puncak kenikmatan. Tetapi aku tak perduli lagi, tokh yang menyuruh Rhoma sendiri.
Sambil tiduran, aku sempat berpikir mana yang paling nikmat, bersetubuh dengan Rhoma, dijilati oleh Rhoma atau main dengan kontol karet itu. Aku merasa bahwa yang paling nikmat adalah dijilati, karena rasa gelinya membuat tubuhku jadi menggelepar gelepar seperti ikan yang jatuh kedarat. Kedua barulah main pakai kontol karet itu, tetapi aku juga bertanya dalam hatiku, bagaimana rasanya main dengan laki laki yang mampu bertahan lama dalam bersetubuh, pasti aku akan menemukan kenikmatan yang luar biasa, karena pada saat mencapai puncaknya, pasti kami sama sama akan beringas.
Meskipun aku sudah lebih menikmati kepuasan seks dengan kontol karet itu, tetapi hubunganku dengan Rhoma tetap saja hambar, karena di mataku Rhoma makin hari makin bertambah seenaknya sendiri, entah karena dia mengalami stress atau bagaimana, tetapi yang jelas, makin hari Rhoma makin ngawur dan tak bertanggung jawab baik dalam hal keuangan maupun dalam hal keluarga. Aku sendiri dengan keadaan ekonomi orang tuaku yang kaya, aku tak pernah perduli dengan kelakuan Rhoma itu, aku mampu membiayai hidupku dengan uang orang tuaku serta juga dengan bisnisku sendiri, meskipun Rhoma selalu marah bila aku berdagang. Aku menyadari juga bahwa memang berdagang bagi perempuan secantik dan semontok aku memang berbahaya, karena banyak lelaki hidung belang yang selalu siap memangsa aku. Untunglah selama ini aku dapat bertahan karena aku masih dapat menerima kepuasan yang kudapat dari memuaskan diri sendiri, meskipun sejujurnya saja aku masih mengharapkan kontol yang segar dan persetubuhan dengan laki laki yang perkasa yang dapat membuat aku benar benar berteriak keenakan oleh cara mainnya yang tangguh……………
Jikalau Achmad selalu mencurigai kalau aku berbuat serong dengan kenalanku dari berdagang, kurasa itu tak keliru, karena mereka memang rata rata seringkali menggoda aku meskipun aku tak pernah menganggapinya. Tetapi yang diluar dugaan Rhoma dan sesungguhnya saja juga diluar dugaanku, justru teman dekat Rhoma sendiri yang membuat ulah denganku…………………….
Rhoma mempunyai seorang kenalan yang berbisnis dengannya, aku juga kenal baik dengan laki laki Cina ini, dia seringkali datang kerumah dan berbincang bincang dengan Rhoma. Setiap kali ada kesempatan dia selalu mengajak aku berbicara, bicaranya menyenangkan dan dia selalu bercerita tentang segala macam hal yang aku senangi. Selama itu Rhoma tak pernah curiga karena bisnisnya dengan Rudy nama si pria itu selalu sukses dan dia merasa banyak diberi keuntungan oleh Rudy, sehingga malahan seringkali bila Rudy datang dan dia harus pergi, maka Rudy selalu diajaknya, tetapi jikalau Rudy menolak, maka dibiarkannya Rudy tetap dirumahku dan disuruhnya aku untuk menemaninya. Sifatku yang terbuka dan periang menyebabkan pembicaraan kami selalu hidup dan menyenangkan, bahkan akhirnya kami sering berbicara juga masalah seks. Aku sangat suka dengan cara Rudy berbicara, karena setiap kali dia bercerita, nonokku jadi basah kuyup karena terangsang mendengar ceritanya yang hebat hebat itu. Tetapi khusus yang satu ini aku tak pernah bercerita pada Rhoma, kusimpan sendiri.
Saat itu aku baru saja menutup garasi setelah mengantar Rhoma keluar, aku langsung bergegas mandi karena hari sudah agak siang. Didalam kamar mandi aku melepas dasterku dan tanpa sengaja pandanganku menatap pada kaca besar yang sengaja dipasang Rhoma dikamar mandi itu. Aku melihat tubuh telanjangku sendiri, kulihat susuku yang montok menantang dengan pentilnya yang mencuat ke atas, belum lagi jembutku yang rimbun di sela pahaku itu. Aku jadi bernafsu sendiri karena membayangkan seandainya ada pria yang bersamaku di kamar mandi itu. Ketika kurasa nonokku seperti terganjal, aku sadar bahwa itilku sudah mulai membengkak, benar saja ketika aku menunduk dan menyibakkan jembutku, kulihat itilku yang warnanya merah tua itu sudah muncul keluar dari celah lipatan bibir nonokku. Pelan pelan kugosok itilku dengan jari, rasa geli yang kurasakan membuat mataku terpejam menikmatinya. Badanku jadi gemetar karena sentuhan jariku itu, memang belakangan ini hampir tak pernah aku bersetubuh dengan Rhoma karena belakangan ini Rhoma sering sakit dan kondisi tubuhnya lemah, jikalau dulu melihat aku telanjang saja dia sudah langsung terangsang meskipun kontolnya agak impoten, tetapi belakangan ini meskipun aku telanjang dia tak bereaksi apa apa. Jadi otomatis aku lebih banyak main sendiri demi untuk kepuasan nafsu seksku yang menggebu gebu itu. Ketika rasa geli makin terasa, aku bersandar pada tembok kamar mandi sementara tanganku yang kiri menguakkan lubang nonokku dan jari tangan kananku makin cepat menggosok itil serta mengaduk aduk liang nonokku, saat itulah kudengar teleponku berdering. Aku kaget sekali, kuhentikan gosokan nikmat itu , dalam hati aku mengumpat karena sedang asyik asyiknya kok telepon berdering. Karena tak juga berhenti dering telepon itu, dengan telanjang bulat aku keluar dari kamar mandi dan mengangkat telepon itu. Aku mengomel panjang pendek ketika kuketahui telepon itu datangnya dari Rudy, dia tertawa terkekeh ketika kuberitahu bahwa saat itu aku sedang mandi. Dia bertanya apakah aku telanjang bulat, ketika kuiyakan ia berkata lagi, sayang teleponnya tidak bervideo, kalau tidak tentu sudah dapat melihat ketelanjanganku itu. Aku tertawa ketika ia berkata bahwa tadi ia melihat mobil Rhoma meluncur ke arah Surabaya, sehingga ia menelepon aku dari jalan. Ketika kupastikan bahwa aku di rumah sendirian, Rudy menyatakan kalau dia akan ke rumahku. Aku mengiakan dan kembali aku masuk ke kamar mandi, rencanaku untuk memuaskan diri jadi buyar karena telepon Rudy tadi, tetapi aku justru menmbayangkan hal yang lain lagi, seandainya saja Rudy mengajakku main, apakah aku diam saja, tokh di rumahku sepi…………..
Baru saja aku keluar dari kamar mandi kudengar ketukan di pintu depan, pasti itu Rudy, aku sedikit heran kok begitu cepat dia sampai di rumahku, tetapi aku menduga kalau dia tadi menelpon mempergunakan hand phone, sehingga langsung meluncur ke rumahku. Aku agak berpikir, apakah aku langsung membukakan pintu ataukah aku berganti pakaian dulu, karena saat itu seperti biasanya aku sama sekali tak memakai pakaian dalam serta daster yang aku pakai agak tipis sehingga pasti Rudy dapat melihat benda benda rahasia milikku. Karena ketukan dipintu semakin keras aku memutuskan untuk cuek saja, jadi aku langsung ke pintu dan membukanya, Rudy sambil cengar cengir berdiri didepan pintu, tanpa kupersilahkan dia sudah menerobos masuk dan berdiri disampingku sambil memperhatikanku. Matanya berpindah pindah menatap susuku dan ke selangkanganku yang ada dibalik daster tipisku. Aku jadi agak malu, jadi kupersilahkan dia untuk duduk dulu dan aku langsung masuk menuju kamarku untuk berganti pakaian. Selintasan kulihat kontol Rudy sudah ngaceng melihatku, karena tampak dari celananya yang menggembung di bagian depan itu. Seperti yang sudah kuduga, ketika aku masuk kekamar, Rudy pun mengikutiku ke kamar, hanya saja ia cuma berdiri di depan pintu sambil berkata, “Kenapa mesti ganti, kan selama ini kamu kan memangnya nggak pernah pakai celana, kok sekarang malah mau ganti pakaian. Aku tersenyum malu, tapi aku berkata, “Rud, sana duduk dulu, aku mau ganti ya, nanti kita omong omong lagi yang sip !” Tapi Rudy diam saja malah katanya, ” Kalau mau ganti ya ganti saja, biar aku lihat dari sini, apa bedanya Madura dan Cina !”
Aku berdebar debar melihat kenekadan Rudy ini, karena memang sebenarnya aku juga suka dengan Rudy, maka dengan membelakangi Rudy aku melepas dasterku, karena memang aku tak memakai apapun di sebelah dalam, maka otomatis saat itu aku telanjang bulat. Ketika aku membuka lemari pakaianku, tiba tiba kurasakan Rudy memelukku dari belakang, kedua tangannya langsung meremas susuku dengan lembut sementara bibirnya menciumi leherku dari belakang. Aku mencoba untuk memberontak, tetapi tangan Rudy lebih kuat memelukku, bahkan justru dengan gerakanku itu, pantatku menyentuh benjolan kontolnya yang sudah ngaceng itu. Aku mencoba untuk melarang Rudy dan mendorong tubuhnya, tetapi Rudy sepertinya melekat dipunggungku, bahkan sekarang tangannya yang satu mulai merambah ke bukit nonokku dan mengusap ngusap jembutku yang lebat itu. Sambil berbisik Rudy berkata di telingaku “Aku sudah lama rindu kepengen meraba jembutmu yang lebat ini, baru sekarang berhasil lho !” Rangsangan Rudy pada susuku benar benar membuat nafsuku jadi naik, karena cara Rudy merangsangku sangat halus dan kalem sekali, tangannya dengan lembut memilin puting susuku sementara tangannya yang satu berusaha menyelipkan jarinya di liang nonokku dan yang paling membuat aku lemas adalah ciuman dan jilatan jilatan Rudy pada leher serta daun telingaku. Benar benar luar biasa, teknik mencumbuku sangat berbeda dengan Rhoma yang kasar itu. Aku benar benar tak tahan dengan semua ini, tubuhku kusandarkan sepenuhnya kebadan Rudy sambil berbisik “Rud aku takut kalau ketahuan tetangga lho !” Tetapi Rudy yang mungkin juga sudah kesetanan tak perduli, malah aku didorongnya ke tempat tidur dan didorongnya aku ke atas tempat tidur, karena masih malu aku tak mau terlentang, tetapi aku terus saja telungkup dan menempelkan mukaku keatas kasur.
Rudy tak perduli meskipun aku tak mau terlentang, dia terus menciumi punggungku mulai dari leher turun terus menyusuri pingganggu, kemudian ia bahkan menggigit pelan pelan pantatku yang montok itu dengan gigitan mesra. Rasanya aku sudah ingin menjerit minta disetubuhi saja, karena meskipun nonokku sama sekali belum disentuh, tetapi cumbuan Rudy sudah membuat aku banjir nggak karu karuan. Rasanya seluruh tubuhku jadi membengkak dan mukaku terasa panas sekali, apalagi ketika Rudy menguakkan pantatku dari belakang dan di luar dugaanku, lidahnya yang hangat itu mulai menjilati lubang duburku yang juga ditumbuhi rambut rambut halus yang cukup banyak itu , aku menjerit kecil merasakan kenikmatan ini. Benar benar nikmat, rasa geli dan gatal yang ditimbulkan oleh gesekan lidah Rudy yang kasap itu, rasanya dunia sudah berputar putar. Aku mandah saja ketika Rudy mendorong tubuhku sehingga sekarang aku terlentang, tak ada sedikitpun usahaku untuk menutupi tubuhku, kubiarkan Rudy menyaksikan tubuhku yang hanya pernah dilihat Rhoma itu, kubiarkan dia memperlakukannya sesuka hati, aku sudah pasrah dan menanti puncak dari kenikmatan ini.
Ketika kulirik, ternyata Rudy sedang melepas pakaiannya sendiri sehinga telanjang bulat, kontolnya tak sebesar punya Rhoma tetapi benar benar kaku dan mendongak keatas, warnanya coklat dan ujungnya merah tua menunjukkan kalau nafsunya juga sudah memuncak. Aku menduga Rudy akan langsung memasukkan kontolnya seperti kebiasaan Rhoma selama ini, sehingga ketika ia mendekatiku aku langsung merenggangkan pahaku agar ia mudah memasukkan kontolnya itu. tetapi dugaanku salah, ia justru menindihiku dan mencium bibirku dengan mesra, kurasakan lidahnya menyelusuri bibirku serta menggigit bibirku dengan lembut. Tanpa sadar aku telah memeluk Rudy dan menekan dadanya kedadaku, tangan Rudy yang masih bebas dengan penuh keahlian meremas remas susuku itu dan memilin pentilnya, lalu ia mengangkat tangan kiriku ke atas kepala sehingga kini tampaklah bulu bulu ketiakku yang sangat lebat dan berwarna hitam pekat itu. Melihat itu ia berkata ‘Lebat sekali bulu ketiakmu ini, aku sangat suka dengan wanita yang memiliki bulu ketiak yang lebat !’ Lalu dengan rakusnya Rudy mulai menciumi dan menarik narik bulu bulu ketiakku ini dengan bibirnya dengan gemasnya.
Ketika Rudy berbisik agar aku memegang kontolnya, segera aku menurunkan tanganku dan langsung menggenggam kontol Rudy. Terasa begitu hangat dan hidup kontol Rudy itu, tanganku dengan gemas meremasnya sehingga kadang kadang Rudy terjengit karena sakit. Ketika Rudy mengulum putingku, aku benar benar tak tahan, dengan suara serak kuminta Rudy agar segera memasukkan kontolnya itu. Rudy benar benar seorang penurut, tanpa menyuruh dua kali, ia langsung kembali menindihku dan mengarahkan kontolnya ke liang nonokku. Sekali tekan kontolnya yang sebenarnya saja bukan ukuranku langsung amblas ke dalam liang nonokku. Sejujurnya saja aku saat itu tak merasakan sama sekali geseran kontol Rudy di liang nonokku, tetapi diluar dugaanku, Rudy benar benar jagoan ! Dengan gerakan gerakan yang ritmis dia mulai menusukkan kontolnya ke liangku, tetapi dia tidak melakukannya secara lurus melainkan justru dia menusuknya menyamping sehingga ujung kontolnya menabrak dinding nonokku yang peka itu. Aku jadi kelojotan oleh gerakan Rudy ini, tak kusangka meskipun kontolnya termasuk kecil bagi seorang perempuan Madura sepertiku, tetapi cara mainnya benar benar luar biasa ! Aku jadi merintih rintih oleh permainan Rudy, bahkan kadang kadang ia mencabut kontolnya dan dengan cara dipegang ia menggeser geserkan ujung kontolnya ke itilku, setelah agak lama langsung ditusukkan sehingga kontolnya masuk lagi. Tak tahan dengan semua ini, aku mencakar cakar, entah apa yang kucakar tetapi yang pasti saat itu aku memuntahkan semua kerinduanku akan kontol yang sejati sehingga aku berkelojotan menumpahkan semua rasa nikmat yang terkumpul di nonokku itu. Entah berapa kali aku mencapai kepuasan, tetapi Rudy masih tetap tangguh merojokkan kontolnya yang tetap perkasa itu. Badanku rasanya sangat enteng, aku tak tahan dengan semuanya ini, aku meminta Rudy agar berhenti dengan semua ini. Badanku benar benar lemas, kucoba untuk mendorong Rudy dari atas badanku. Rupanya Rudy benar benar seorang yang penurut, ia mencabut kontolnya dan berbaring di sampingku.
Kudengar nafasnya mendesah desah seperti orang bekerja keras, ketika kuraba kontolnya, ternyata masih kaku ….. Rudy berbisik ketelingaku, “Ayo dilanjutkan, aku masih belum keluar lho ! ” Aku tak sanggup untuk menjawab, aku hanya menggelengkan kepalaku. Rudy tersenyum melihat aku tergeletak lemas ini, dia malahan mendekatkan bibirnya ke nonokku yang basah kuyup dengan lendir dari nonokku sendiri itu, tanpa ragu ia menjilati cairan lendir yang mengalir dari nonokku itu dan menelannya. Bahkan ia sepertinya ingin mengeluarkan semua lendir itu sampai yang ada didalam nonokku dan ditelannya semua. Aku benar benar kagum dengan Rudy, suamiku benar benar tak ada artinya dibandingkan dia ini. Rasa geli yang ditimbulkan oleh jilatan Rudy membuat aku mulai terangsang lagi, namun aku masih ingin mengumpulkan kekuatan dulu, aku jadi merasa malu dengan Rudy karena seolah olah aku ini perempuan yang hiper seks, karena begitu mudah dikalahkan oleh dia. Aku ingin membalasnya dan membuat Rudy juga mengakui kehebatanku !
Begitu aku merasa segar, aku segera bangkit dari tidurku dan langsung kugenggam kontol Rudy serta kutuntun kemulutku, kuhisap kontol Rudy sampai habis dan kubiarkan tetap didalam mulutku sambil kukenyot kenyot seperti permen. Rudy merintih rintih keenakan, tangannya menjambak rambutku seolah olah ia ingin agar aku melepaskan hisapan itu, tetapi aku tak mau, malahan kugelitik pelirnya dengan jariku dan kuselipkan jariku di liang duburnya. Rudy menggerak gerakkan pantatnya ingin lepas dari rangsanganku, dia benar benar tak tahan geli ” Jangan, aku tak tahan geli, nanti malah nggak ngaceng ! Aku tertawa mendengar kata katanya itu, ketika kulepaskan hisapanku, aku langsung mengangkangi
Rudy dan menyelipkan kontolnya diantara kedua pahaku, sekali tekan kontolnya amblas ditelan nonokku. Kuputar putar pantatku untuk membuat kontol Rudy merasa enak, tetapi yang terjadi justru aku yang kegelian sendiri, kontol Rudy benar benar enak. Tak tahan dengan semua ini, aku merebahkan badanku di sampingnya sehingga kontolnya kembali bebas. Rudy membalikkan badanku sehingga tengkurap, kurasakan ia menguakkan pahaku dari belakang, dan sebelum aku menyadari apa yang akan dilakukannya, kurasakan kontolnya sudah menerobos nonokku dari belakang. Sekali ini aku merasa kontol Rudy menyenggol liang rahimku yang paling dalam, gerakan Rudy yang berputar mebuat aku makin geli, kuputar juga pantatku berlawanan arah dengan gerakan Rudy, kali ini aku menemukan kelemahan Rudy, karena begitu aku memutar pantatku, Rudy langsung melenguh dan kurasakan pejunya yang hangat menyembur memenuhi dinding dinding nonokku itu. Rasa hangat pejunya membuat aku juga tak tahan lagi, akupun memuntahkan cairan kenikmatanku entah untuk yang keberapa kalinya, aku merasa kembali lemas.
Badanku dan badan Rudy penuh dengan keringat begitu juga dengan sprei tempat kami bersetubuh basah kuyup dengan keringat dan juga dengan cairan dari kemaluan kami. Sambil tetap mengangkang aku tertidur lelap sekali, Rudy juga tertidur sambil merebahkan kepalanya disusuku. Aku
tak pernah melupakan hari itu, inilah pertama kalinya aku bersetubuh habis habisan sampai bukan sekedar puas bahkan sampai hampir pingsan. Aku terus menciumi Rudy dengan penuh kelegaan, kuremas remas rambutnya . Memang rupanya Rudy ditakdirkan untuk menjadi pemuas nafsuku yang selalu bergejolak itu, karena dari omongan Rudy aku berkesimpulan bahwa dia itu hyperseks, isterinya sendiri sampai minta ampun jika harus main dengan dia, karena kuatnya luar biasa. Dia mengatakan bahwa dengan aku dia menemukan lawan tanding yang betul betul seimbang. Aku dan Rudy sepakat untuk memanfaatkan setiap waktu yang ada untuk bersetubuh terutama kalau Rhoma pergi. Aku sudah membayangkan bahwa setelah ini hari hariku tak akan lagi hambar tetapi akan menjadi menyenangkan karena Rudy akan mengisi kekosonganku dengan kontolnya yang ampuh itu.
Rhoma benar benar tak pernah curiga dengan Rudy yang selalu meniduri aku itu, padahal setiap kali Rhoma pergi aku selalu menelepon Rudy agar datang ke rumah, dan Rudy selalu memenuhi undanganku itu, bahkan seringkali juga aku yang datang ke rumah Rudy bilamana isterinya sedang pergi. Yang paling edan, pernah juga ketika Rhoma sedang sakit dikamar, aku dan Rudy main di kamar tamu tanpa dicurigai Rhoma. Aku selalu menghindari kecurigaan Rhoma dengan berbicara secukupnya dengan Rudy. Suatu kali hampir saja aku ketahuan kalau barusan main dengan Rudy. Ceritanya sore itu aku main dengan Rudy yang katanya baru datang dari Surabaya dan mampir ke rumahku, kebetulan anak anakku sedang pergi les jadi aku bisa melayaninya. Selesai main satu kali, Rudy cepat cepat minta pulang, bahkan ia tak sempat mencuci kontolnya yang masih berlepotan lendir itu, begitu juga denganku. Ketika Rhoma pulang, dia kok mendadak saja memelukku serta meraba nonokku yang tak pakai celana dalam itu. Dengan agak curiga dia bertanya kok kepunyaanku basah kuyup, dengan menahan perasaanku yang agak ketakutan kukatakan saja kalau aku barusan main sendiri ketika ia datang. Untunglah Rhoma tak berminat untuk membantu aku memuaskan diriku sendiri, dia malahan terangsang dengan ceritaku dan langsung menyetubuhi aku diatas meja makan, kontolnya yang agak lemas itu dengan mudah ditelan nonokku. Dengan napas mendesah desah Rhoma menusukkan kontolnya dan setelah beberapa kali dia sudah memuntahkan pejunya. Aku bergaya agak marah karena dia lagi lagi tak berkutik menghadapi nonokku. Dan seperti biasanya juga Rhoma tak memperdulikan kekecewaanku itu. Dalam hati aku berpikir kalau Rhoma itu pria yang sangat goblok, masakan tak merasa kalau isterinya barusan dipakai oleh orang lain.
Bagiku kontol Rudy sangat memuaskan tetapi ternyata bukan Rudy satu satunya yang dapat memuaskan aku, karena ternyata banyak pengalamanku yang lain kudapat bukan dari Rudy saja. O.K., apakah kalian siap ? Kita teruskan ceritaku dengan pengalaman pengalamanku yang lain ya !
Aku punya seorang teman perempuan yang bernama Tina, sebenarnya dia sudah kukenal sejak aku duduk di bangku SMA, dia adalah kakak kelasku. Yang selalu kuingat dari Mbak Tina ini adalah wajahnya yang sangat cantik dan punya banyak penggemar di kalangan pelajar di sekolahku. Ketika dia lulus SMA, aku tak pernah lagi mendengar kabar beritanya lagi. Kejutan yang kudapat adalah ketika aku berbelanja di sebuah supermarket, seorang ibu yang berdandan rapi sekali menyapaku dengan menepuk pundakku ” Fatimah kan ?, lupa sama aku ya !” Aku menerima uluran tangannya sambil berusaha mengingat ingat wajah cantik yang ada di depanku itu ! Melihat aku yang kebingungan, wanita itu spontan menjelaskan : “Aku Tina, dari SMA I, masak lupa !” Aku langsung menjerit kecil dan kupeluk dia, Ketika kutanya kok dia bisa muncul di kotaku, dia menjawab kalau dia sedang ada tugas dari kantornya, dengan gembira dia menarikku masuk ke sebuah rumah makan yang ada di supermarket. Hampir satu jam kami bercakap cakap mengoyak masa lalu, karena meskipun dia sekelas di atasku, tetapi karena aku termasuk cewek cakep juga di sekolah, maka dia seringkali berteman denganku. Mbak Tina menanyakan berapa anakku, suamiku kerja dimana dan lain sebagainya, tetapi ketika kutanya mengenai dirinya, dia hanya tertawa saja dan berkata kalau dalam satu dua hari ini dia akan mengunjungi aku. Dalam perjalanan pulang ke rumah aku terus teringat pada Mbak Tina, si cantik yang dulu begitu langsing dan putih, saat inipun tubuhnya boleh dikata tidak berubah bahkan kelihatan lebih segar karena rupanya dia sukses dengan bisnisnya yang bergerak dibidang perbankkan, di rumah aku sempat bercerita pada Rhoma tentang Mbak Tina dan kukatakan juga kalau dia akan berkunjung dalam waktu dekat ini.
Kedatangan Mbak Tina di rumahku benar benar suatu kegembiraan tersendiri bagi keluargaku, meskipun dia belum pernah mengenal Rhoma suamiku, tetapi dia memberinya hadiah begitu juga dengan kedua anakku. Untuk aku sendiri, Mbak Tina memberiku sebuah kalung mutiara yang amat indah. Rhoma juga ikut bergembira, dia juga ikut menemui Mbak Tina dan banyak berbicara juga, Mbak Tina kelihatan sangat menyukai Rhoma, dia banyak berjanji akan membantu Rhoma dengan pekerjaannya. Lama Mbak Tina di rumahku, tak kuduga Mbak Tina mengajakku untuk pergi ke hotelnya, katanya masih kepengen berbicara banyak denganku, Rhoma tak keberatan sama sekali, karena itu aku segera berganti pakaian dan langsung ikut dengan mobil Mbak Tina, sebuah Mercedes 320 yang masih baru, katanya milik kantor cabang yang di kotaku.
Mbak Tina menempati sebuah suite room yang besar dan mewah, aku langsung duduk di sofa sambil menikmati keindahan kamar hotel kelas satu di kotaku ini. Mbak Tina sendiri langsung berganti pakaian, sambil terus menerus bercerita panjang lebar. Entah mengapa hatiku jadi berdebar ketika melihat mbak Tina begitu bebas membuka pakaiannya di depanku, aku memandang susunya yang berlapis beha serta selangkangannya yang hanya memakai celana dalam yang sangat kecil sehingga tak dapat menutupi kerimbunan jembutnya. Dengan hanya memakai beha dan celana dalam saja, Mbak Tina bercerita segala macam kepadaku sampai akhirnya dia masuk kekamar mandi. Aku melihat televisi sendirian sambil membayangkan Mbak Tina yang begitu cantik dengan tubuh yang sangat ideal sekali, karena bagiku yang berpostur tinggi besar ini, adalah suatu kegembiraan bila bisa memiliki tubuh seperti Mbak Tina. Tinggi, langsing tetapi padat dan berisi, benar benar menarik, susunya bulat dan mengkal dan tak sedikitpun kendur, pantatnya besar dengan perut yang rata, kalau masalah jembut, mungkin sama dengan kepunyaanku yang lebat, hanya saja Mbak Tina rupanya tak pernah mencukur jembutnya sehingga semrawut keluar semua dari balik celana dalamnya yang ukuran mini itu. Aku membayangkan tentu suaminya puas menghadapi Mbak Tina ini, tetapi aku juga berpikir lagi, kok tega suaminya membiarkan Mbak Tina bekerja sampai keluar kota segala, bukankah mereka sudah kaya raya ? Belum sempat aku memikirkan jawabannya, Mbak Tina sudah keluar dari kamar mandi dengan berbalutkan kimono, wajahnya segar sekali dan kelihatan makin cantik. Mbak Tina menyuruhku mandi karena dia ingin mengajak aku untuk makan malam dibawah, ketika kukatakan bahwa aku nggak membawa ganti, dia mengatakan kalau pakaian yang kupakai sudah bagus hanya sebaiknya aku mandi saja dulu. Kuturuti saran Mbak Tina dengan bangkit berdiri dan menuju kamar mandi, setelah kututup pintunya aku segera membuka pakaianku sehingga akupun telanjang bulat.
Di depan kaca kamar mandi yang lebar itu, aku memandang tubuhku sendiri, begitu berbeda dengan tubuh Mbak Tina yang langsing, tubuhku sangat montok dengan susu yang besar, nonok yang mencembung ditutupi jembut yang begitu lebatnya, aku membayangkan seandainya Mbak Tina berdiri di sampingku tentu akan tampak pemandangan yang sangat kontras. Baru saja aku akan masuk ke bath up untuk mandi, pintu kamar mandi diketuk oleh Mbak Tina, ketika kutanya dia menjawab “Biar nggak terlalu lama, sekalian saja ia mengeringkan rambutnya !” Tanpa ragu ragu aku segera membuka pintu kamar mandi dan membiarkan Mbak Tina masuk untuk mengeringkan rambut dengan hair dryer yang ada di kamar mandi. Begitu di dalam kamar mandi dan melihat tubuhku yang telanjang bulat itu, Mbak Tina tak henti hentinya berdecak sambil berkata “Aduh Fatimah, badanmu bagus sekali ya, tak kusangka kalau dadamu masih begitu kencang !” Matanya terus memandang tubuhku dengan mata yang berbinar binar, aku hanya tertawa sambil menjawab kalau tubuh Mbak Tina juga bagus. Diluar dugaanku, Mbak Tina bukan hanya berbicara, tetapi tangannya juga ikut ikutan meraba badanku, bahkan dia juga meremas lembut lenganku kemudian dia juga meraba susuku serta meremasnya. Aku agak terperangah dengan kelakuan Mbak Tina ini, terasa geli ketika Mbak Tina menyentuh pentil susuku yang peka itu. Dengan suara yang agak serak, Mbak Tina menyuruhku untuk segera mandi, tetapi dia tak beranjak memandangku.
Ketika aku mulai menggosok badanku dengan sabun, Mbak Tina menawarkan untuk membantu menggosok badanku. Dengan telaten dia menyabuni badanku, ketika Mbak Tina menyabuni susuku, aku dibuatnya menggelinjang karena Mbak Tina bukan hanya menggosok tetapi juga meremas dengan lembut, aku tertawa geli karena aku jadi terangsang dengan remasannya, apalagi ketika tangan Mbak Tina mulai mengembara ke selangkanganku, karena aku diam saja, maka tanpa sungkan Mbak Tina mulai meremasi bukit nonokku bahkan menyelipkan jarinya ke dalam liang nonokku. Aku jadi merintih dan mendorong jari Mbak Tina, karena rasanya benar benar aduhai geli geli nikmat. Mbak Tina hanya tersenyum melihat sikapku itu, ia hanya menyuruhku agar cepat menyelesaikan mandi. Aku segera mengeringkan badanku dengan handuk dan bermaksud memakai kembali pakaianku, ternyata pakaianku tak ada dikamar mandi, rupanya dibawa keluar oleh Mbak Tina. Ketika kutanyakan dijawabnya karena dia kuatir kalau basah. Aku terpaksa keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk saja, ketika itu kulihat Mbak Tina berbaring di tempat tidur juga dalam keadaan telanjang bulat, pahanya agak terentang sehingga menampakkan celah nonoknya yang merah kehitam hitaman, benar benar posisi yang sangat merangsang sehingga aku yang seorang perempuan juga menelan ludah melihat pemandangan yang menggiurkan itu. Aku sendiri tanpa sadar sudah melepaskan handuk dan mulai mengambil celana dalamku yang tergeletak di dekat tempat tidur.
Saat itulah Mbak Tina bangkit dari berbaringnya serta menarik tubuhku yang polos itu ke atas tempat tidur, dengan tanpa sungkan Mbak Tina mulai menciumi susuku serta meraba raba nonokku. Aku menggelinjang geli disamping rasa aneh karena merasa sama sama perempuan. Mbak Tina tak perduli dengan sikapku, ia terus meremas remas tubuhku dengan penuh nafsu dan yang tak pernah kupikirkan, Mbak Tina mulai menjilati nonokku, aku berusaha mendorong kepala Mbak Tina, tetapi Mbak Tina rupanya sudah dikuasai nafsu sehingga usahaku tak berhasil. Aku merasa risih dan juga geli bercampur nikmat, risih karena Mbak Tina sesama perempuan berbeda dengan Rhoma atau Rudy yang lawan jenis, geli dan nikmat karena memang jilatan lidah Mbak Tina terasa berbeda sekali dengan jilatan laki laki. Begitu lembut tetapi sangat terasa nikmatnya, apalagi ketika Mbak Tina memusatkan jilatannya pada ujung itilku yang peka itu, aku merintih rintih sambil mengangkat angkat pantatku saking enaknya. Jilatan Mbak Tina terus berpindah pindah, kadang kadang menggelitik bibir nonokku, kadang kadang masuk kedalam liangnya, saking tak tahannya aku sampai terduduk diatas tempat tidur itu sambil tanganku menekan kepala Mbak Tina agar makin terasa nikmatnya. Saat itu Mbak Tina tiba tiba menghentikan jilatannya dan ia menerkamku sehingga aku kembali terlentang diatas tempat tidur, dengan penuh nafsu ia mencium bibirku serta menyodokkan lidahnya yang hangat ke dalam rongga mulutku, tanpa dikomando aku sudah memeluk Mbak Tina dengan penuh nafsu juga, kulayani ciumannya yang hangat itu, sementara tangan Mbak Tina terus meremas remas susuku. Ketika Mbak Tina berbisik di telingaku agar aku juga menjilati nonoknya, tanpa disuruh dua kali aku langsung menungging dan mulai menjilatinya, tetapi Mbak Tina merubah posisiku sehingga sekarang posisi kami menjadi 69 seperti biasanya kalau aku dan Rudy saling hisap.
Dengan posisi ini Mbak Tina yang ada di bawahku juga dapat aktif menjilati nonokku, sementara aku sendiri sambil menahan rasa geli yang diberikan Mbak Tina juga ikut menjilati nonoknya yang sudah basah karena menahan nafsu itu. Nonok Mbak Tina berbau harum, ketika kupentang bibir nonoknya, itilnya yang kecil menonjol keluar, kaku dan bulat seperti kacang. Ketika kujilati benda bulat itu, Mbak Tina menjerit lirih, aku tak perduli kuteruskan menjilati itil yang sangat peka itu. Namun bagaimanapun juga aku yang sudah sejak tadi dirangsang dengan segala macam jilatan seorang ahli akhirnya tak dapat juga menahan rasa nikmat, dengan melenguh keras aku mencapai orgasme. Melihat aku mencapai kepuasan itu, Mbak Tina menekan pantatku agar nonokku makin menempel pada mulutnya. Aku tak tahan dengan semua ini, tanpa kusadari badanku lemas dan menindih Mbak Tina yang ada di bawahku dalam posisi 69. Mbak Tina diam saja, malahan dia memelukku erat erat dan mengelus elus tubuhku.
Ketika dilihatnya aku sudah tenang kembali, Mbak Tina mendorong badanku sehingga terguling ke sampingnya dan ia bangun untuk mengambil sesuatu dari tasnya, ternyata yang dikeluarkan adalah kontol karet seperti kepunyaanku, tetapi ini lebih menarik karena ujung kontolnya ada dua dan lebih besar batangnya. Dengan tubuh yang penuh keringat badan Mbak Tina kelihatan seksi sekali, apalagi ketika dia memasukkan ujung kontol yang satu ke dalam nonoknya, langsung nonoknya merekah menampakkan itilnya yang seperti kacang itu, ketika Mbak Tina menggerak gerakan kontol karet itu, nampak sekali kalau itilnya juga tergesek, karena kulihat itilnya sampai melesak karena gosokan kontol karet itu. Mbak Tina memejamkan mata sambil merojok kontol karet itu ke liang nonoknya dengan penuh semangat, aku diam saja menyaksikan semua tingkah laku Mbak Tina ini, suatu saat Mbak Tina berhenti dan dengan ujung kontol yang satu masih terbenam dalam nonoknya, Mbak Tina mendekati nonokku yang terkuak lebar itu dan menekannya. Karena panjangnya luar biasa, aku merintih ketika ujung kontol karet itu menyenggol dasar rahimku dengan keras sekali. Tetapi ketika Mbak Tina memelukku dan menyuruhku memutar mutar pantat sementara bibirnya dengan rakus menciumi bibirku, aku jadi terangsang lagi. Rasa geli memenuhi rongga nonokku ketika seluruh dinding nonokku dipadati dengan kontol karet itu, tetapi sebenarnya yang sangat merangsang adalah ciuman Mbak Tina serta gesekan susunya pada susuku yang membuat aku sekali lagi mencapai kepuasan. Aku tak tahu kapan Mbak Tina mencapai kepuasannya, tetapi aku yakin Mbak Tina sudah mendapatkannya, karena ia tersenyum ketika melihat aku mencapai kepuasan berkali kali, dengan lembut ia menciumi dadaku yang penuh keringat serta menjilati pentil susuku. Aku benar benar tak menyangka kalau aku akan mendapat kepuasan seperti ini, rasanya aku bisa melupakan enaknya kontol yang asli untuk sesaat dikarenakan kepintaran Mbak Tina memuaskan nafsuku.
Sambil berbaring telanjang bulat diatas tempat tidur, Mbak Tina bercerita tentang kebiasaannya bermain seks dengan sesama wanita. Mbak Tina menyatakan bahwa dia suka dengan wanita tetapi dia juga suka dengan pria. Tetapi bagaimanapun juga katanya dia lebih suka dengan wanita, karena dengan wanita dia punya rasa cinta tetapi pada pria dia hanya punya nafsu saja. Ketika Mbak Tina bertanya kepadaku tentang Rhoma, kujawab sejujurnya bahwa Rhoma impoten dan aku punya cowok lain yang mampu memuaskan aku. Mbak Tina tertawa dan tak percaya kalau Rhoma itu impoten. Ketika aku bercerita tentang Rudy, Mbak Tina kembali terangsang dan dengan terang terangan dia minta aku untuk menjilati nonoknya, aku pun melakukannya sambil Mbak Tina juga aktif menggosok itilnya dengan jari, sampai akhirnya kembali dia mencapai klimaks. Sekitar jam 10 malam barulah Mbak Tina mengantar aku pulang, Rhoma tak curiga apapun padaku, malah dia yang kerasan berlama lama menemani Mbak Tina berbincang di ruang tamu, akupun turut menemani mereka berbicara. Mbak Tina kelihatan sangat senang berbicara dengan Rhoma, pembicaraannya kadang kadang seronok sekali, akupun hanya ikut nimbrung saja, karena aku kuatir kalau Rhoma curiga padaku. Tetapi kalau kuperhatikan semua pembicaraan Mbak Tina tak sedikitpun yang berbau hubungan sejenis, malahan Mbak Tina banyak bicara soal cowok yang ideal dan macam macam mengenai hubungan seks antara pria dan wanita.
Entah karena kurang dilibatkan atau karena memang terlalu kerja keras ketika “main” dengan Mbak Tina, aku jadi mengantuk dan berkali kali aku menguap. Mbak Tina rupanya melihat kalau aku lelah, maka ia menyuruhku untuk tidur saja, sementara dia masih betah berbicara dengan Rhoma. Aku mengiyakan dan meminta maaf lalu aku segera masuk untuk tidur. Sambil berganti daster tidur, selintas terpikir olehku, seandainya saja Rhoma tidak impoten, aku rela kalau Rhoma memberi kenikmatan pada Mbak Tina, aku yakin kontol Rhoma lebih enak daripada kontol karet, dan juga jilatan lidah Rhoma pasti akan membuat Mbak Tina kelabakan.
Entah berapa lama aku terlelap, namun ketika aku tersadar kulihat Rhoma masih belum masuk kamarku sementara di luar juga sudah sepi. Dengan agak malas aku duduk di tempat tidur, aku jadi bertanya tanya, apakah Mbak Tina belum pulang, apalgi kok di depan sepi sekali. Namun ketika kudengarkan dengan cermat, sayup sayup kudengar suara bisikan di luar. Hatiku jadi berdebar debar penuh ingin tahu apa yang dilakukan Mbak Tina dan Rhoma, meskipun dalam hatiku aku ragu kalau Rhoma mampu “main” dengan Mbak Tina, namun dalam hati aku tetap curiga kalau di luar pasti ada sesuatu yang berkaitan dengan masalah seks.
Benar saja, ketika pelan pelan kubuka pintu kamar dan mengintip keluar, kulihat Mbak Tina sedang menggenggam kontol Rhoma serta menghisapnya, yang membuat aku terkejut sekali, ternyata kontol Rhoma bisa ngaceng sehingga tegak berdiri dan besar sekali. Seumurku rasanya aku belum pernah melihat kontol Rhoma segagah ini, saking panjangnya kontol Rhoma, ketika Mbak Tina mengulumnya, sepertinya hanya kepalanya saja yang masuk ke dalam mulut sedangkan sebagian besar batangnya tak muat dalam mulut Mbak Tina. Mbak Tina sendiri masih berpakaian lengkap sedangkan Rhoma sudah melepas celananya hingga separuh telanjang. Saking asyiknya, mereka tak mengetahui kalau aku keluar dari kamar dan beringsut ingsut mencari tempat yang strategis untuk mengintai apa yang mereka lakukan. Hatiku berdebar debar sementara nafsuku jadi memuncak melihat kerakusan Mbak Tina mengulum kontol Rhoma itu. Aku bersembunyi di belakang bupet sehingga aku dapat melihat dengan leluasa saat Rhoma mengejang ketika Mbak Tina menjilati batang kontolnya kemudian berpindah menjilati buah pelir Rhoma, kurasakan nonokku menjadi basah menyaksikan adegan yang super seram ini, tak kusangka bahwa Rhoma yang biasanya impoten menghadapi aku sekarang bisa ngaceng segagah itu dihadapan Mbak Tina, rasanya aku kepengen keluar dari persembunyianku dan langsung ikut menikmati kontol Rhoma, tetapi hatiku masih menahan karena aku ingin melihat bagaimana permainan Mbak Tina bila dengan laki laki.
Rhoma rupanya sudah tak tahan dengan jilatan serta kuluman Mbak Tina itu, ia merengkuh Mbak Tina ke dadanya serta menarik celana panjang mMak Tina agar supaya juga telanjang. Mbak Tina yang mengerti maksud Rhoma segera berdiri dan melepas celana panjangnya sekaligus juga celana dalamnya. Melihat jembut mbak Tina yang sangat lebat dan keriting itu, Rhoma yang aku ketahui gila nonok itu langsung menerkam Mbak Tina dan mendudukkannya di sofa, tanpa sungkan Rhoma langsung merentangkan paha Mbak Tina dan secepat itu pula wajah Rhoma tenggelam diantara selangkangan Mbak Tina. Mbak Tina, menggeliat geliat karena jilatan Rhoma itu, aku dapat membayangkan betapa enaknya itil yang dijilat oleh lidah Rhoma yang kasar itu. Tangan Mbak Tina meremas remas kepala Rhoma serta menekannya ke pangkal pahanya, tangan Rhoma menggapai gapai mencari susu Mbak Tina yang masih memakai blouse itu, Mbak Tina segera membuka blousenya dan melepas behanya sehingga Rhoma leluasa meremas remas susunya yang bulat mengkal itu dan berputing merah kecoklatan serta sudah tegak mengacung pertanda Mbak Tina sudah sangat terangsang. Mbak Tina yang rupanya masih kurang puas dengan jilatan Rhoma, ia tampak menggunakan kedua tangannya untuk membentang bibir nonoknya sehingga lidah Rhoma bisa makin dalam menyelusup ke dinding dalam nonoknya yang sangat sensitif itu. Mbak Tina makin merintih rintih, sampai akhirnya dengan suara serak dia minta pada Rhoma memasukkan barangnya itu. Rhoma dengan sigap berdiri sementara Mbak Tina berbaring disofa dimana biasanya aku juga pernah main dengan Rhoma juga dengan Rudy, kakinya yang satu dinaikkan diatas sandaran kursi sedangkan yang satunya dipentang lebar dan naik ke atas meja kaca.
Rhoma berlutut diantara paha Mbak Tina dan tangannya menggenggam kontolnya yang seperti anak kucing itu serta menempatkannya diantara bibir nonok Mbak Tina, dengan gerakan cepat Rhoma yang memang kasar itu menekan kontolnya memasuki nonok Mbak Tina, dan begitu kontol itu amblas seluruhnya, Mbak Tina menjerit lirih sambil menggigit pundak Rhoma. Kakinya yang tadi terentang lebar itu sekarang menjepit pinggang Rhoma, Rhoma merojokkan kontolnya dengan keras sekali seperti kebiasaannya, aku tak tahan melihat pantat Mbak Tina yang berputar cepat mengimbangi tusukan kontol Rhoma sementara nafas mereka sama sama memburu, aku yakin Mbak Tina sangat menikmati permainan seks ini, terbukti mereka sudah tak memperdulikan keadaan sekelilingnya, padahal aku berada dekat sekali dengan mereka. Tanpa kuduga, tiba tiba Mbak Tina menyuruh Rhoma untuk berhenti menggerakkan pantatnya, ia meminta Rhoma untuk merubah posisinya. Sekarang Mbak Tina menyuruh Rhoma untuk berbaring di sofa, karena tubuh Rhoma jangkung, maka kakinya melengkung, karena sofanya kurang panjang, tapi kalau sudah nafsu naik ke otak, mana mereka perduli, Mbak Tina langsung mengangkangi kontol Rhoma yang seperti tiang besi, lurus panjang dengan ujungnya yang besar seperti jamur itu, sekali menekan, Mbak Tina membuat kontol Rhoma amblas, langsung Mbak Tina tidak mengangkat pantatnya lagi, tetapi dia justru memutar mutar pantatnya. Rhoma menggeliat geliat, sementara Mbak Tina meremas remas sendiri susunya yang sudah basah kuyup dengan keringat itu.
Aku tak tahan melihat semua ini, aku juga ingin menyelesaikan nafsuku yang naik gara gara adegan seks ini, berindap indap aku kembali ke kamarku, kuambil kontol karet kepunyaanku sendiri dan langsung kumasukkan kedalam liang nonokku. Sengaja kugosokkan ke ujung itilku, karena disitulah pusat rangsangan seks yang aku rasakan, aku menggigit bibirku ketika rasa geli merasuki tubuhku, kubayangkan Rudy dan Mbak Tina bersama sama mencumbuku, yang satu menjilati nonokku sedang Rudy menusukkan kontolnya sambil disenggol senggolkan ke dinding nonok, dalam sekejap aku sudah merintih karena aku telah mencapai kepuasan.
Aku tak perduli dengan Rhoma dan Mbak Tina yang masih asyik di depan, itu urusan besok, yang penting saat ini aku akan tidur, karena seharian tadi aku sudah berkali kali memuntahkan cairan kenikmatan baik itu dengan Mbak Tina maupun yang aku ikhtiarkan sendiri, yang pasti semua ini besok akan aku ceritakan pada Mbak Tina, bukannya aku cemburu atau sakit hati, aku malahan senang kalau Mbak Tina mampu membuat kontol Rhoma jadi ngaceng lagi, aku juga tak perduli kalau nantinya dengan aku Rhoma kembali tak bisa ngaceng, yang penting, aku sudah tahu belangnya, jadi dia jangan terlalu memaksakan kehendaknya padaku, aku juga boleh mencari kebebasan serta kepuasanku sendiri……………..
Fatimah Gadis Sexy
5/
5