Panggil saja aku Tanta, panggilan sehari-hari ke. Aku seorang mahasiswa pergutuan tinggi. Aku tinggal di sebuah perumahan di Medan. Daerahnya sangat indah dan nyaman karena jauh dari perkotaan. Sekitar beberapa bulan lalu, rumah kontrakan kosong di sebelah kanan rumahku ditempati oleh keluarga baru. Awalnya mereka jarang kelihatan, namun sekitar sebulan kemudian mereka sudah cepat akrab dengan tetangga – tetangga sekitar. Ternyata penghuninya seorang wanita dengan perkiraanku umurnya baru 29 tahun, anak perempuannya dan seorang pembantu. Nama lengkapnya aku tidak tahu, namun nama panggilannya Tante Nova. Anaknya bernama Shanty, yang baru duduk dibangku SMA kelas 2. Ternyata Tante Nova adalah janda seorang bule kalau tidak salah, asal Jerman. Sikapnya friendly, gampang diajak ngobrol. Tapi, yang paling utama adalah penampilannya yang sexy. Rambutnya ikal di bawah telinga. Kulitnya coklat muda. Bodinya seperti gitar spayol, dan memiliki payudara yang indah yang berukuran 36b.
Yang membikin otak ku selalu konak adalah Tante Nova sering memakai baju sleeveless dengan celana pendek sekitar empat jari dari lutut. Kalau duduk, celananya nampak sempit oleh pahanya. Wajahnya yang cantik dan oval, wajah ciri khas Indonesia, tipe yang disukai orang-orang bule. Seperti bodinya, wajahnya juga kalau diperhatikan, apalagi kalau bajunya agak terbuka, malah jadi muka–muka ranjang gitu deh. Dari cara berpakaiannya aku mengira kalau Tante Nova itu hypersex. Kalau Shanty, tidak klah cantiknya dari ibu nya. Wajahnya cantik Indo, dan kulitnya putih. Rambutnya hitam kecoklatan, belah pinggir sebahu. Meski buah dadanya tidak terlalu besar, kecocokan pakaiannya justru membuat Shanty jadi seksi. Nampaknya aku terserang sindrom tetangga sebelah nih.
Berminggu – minggu telah berlalu, nafsuku terhadap Tante Nova semakin bergolak sehingga aku sering nekat ngumpet di balik semak –semak di depan rumah Tante Nova, onani sambil melihati Tante Nova kalau sedang di teras rumah. Tapi terhadap Shanty, nafsuku hanya sedikit, itu juga karena kecantikannya dan kulit putihnya. Nafsu besarku kadang – kadang membuatku ingin menunjukkan ucok gonderongku di depan Tante Nova dan onani didepan dia. Pernah sesekali kujalankan niatku itu, namun pas Tante Nova lewat, buru-buru kututup ucok gonderongku dengan baju, karena takut tiba-tiba Tante Nova melapor sama ortu ku. Tapi, kenyataannya berbeda. Tante Nova justeru menyapaku, ( dan kusapa balik sambil menutupi ucok gonderongku ), dan pas di depan pagar rumahnya, ia tersenyum sinis yang menjurus ke senyuman nakal. Ehem… hmm… dengan sorotan mata nakal pula. Sejenak aku terbengong dan menelan ludah, serta malah tambah bernafsu.
Kemudian, pada suatu hari, kuingat sekali itu hari selasa. Saat aku pulang kuliah dan mau membuka pagar rumah, Tante Nova memanggilku dengan lembut, Tan, sini dulu.. Tante bikinin makanan nih buat ortu kamu. Langsung saja kujawab, Ooh, iya Tante… Nafasku langsung memburu, dan dag dig dug. Setengah batinku takut dan ragu -ragu, dan setengahnya lagi justru menyuruh supaya mengajak Tante Nova. Tante Nova memakai baju sleeveless kerem, dan celana pendek putih. Setelah masuk ke ruang tamunya, ternyata Tante Nova hanya sendirian, katanya pembantunya lagi belanja. Keadaan tersebut membuatku semakin dag dig dug. Tiba-tiba tante memanggilku dari arah dapur, Tan, sini nih… makanannya. Memang benar sih, ada beberapa piring makanan di atas Meja sudah tersusun rapi.
Saat aku mau mengangkat piring yang berisi makanan, tiba-tiba tangan kanan Tante Nova mengelus pinggangku sementara tangan kirinya mengelus punggungku. Tante Nova lalu merapatkan wajahnya di pipiku sambil berkata, Tan, mm… kamu… nakal juga yah ternyata… Dengan tergagap-gagap aku berbicara, Emm… ee… nakal gimana sih Tante ? Jantungku tambah cepat berdenyut. Hmm hmm… pura-pura nggak ingat ? Kamu nakal… ngeluarin ucok gonderong kamu, udah gitu dikocok -kocok… Tante Nova meneruskan bicaranya sambil meraba – raba pipi dekat bibirku. Kontan saja aku tambah gagap plus kaget karena Tante Nova ternyata mengetahuinya. Itulah sebabnya dia tersenyum sinis dan nakal waktu itu. Aku tambah gagap, Eeehh ? Eee… itu… Tante Nova langsung memotong sambil berbisik sambil terus mengelus pipiku dan bahkan pantatku. Kamu mau yah sama Tante ? Hmm ? Tanpa banyak omong – omong lagi, tante langsung mencium ujung bibir kananku dengan sedikit sentuhan ujung lidahnya.
Ternyata benar perkiraanku, Tante Nova hypersex. Aku tidak mau kalah, kubalas segera ciumannya ke bibir seksinya itu. Lalu kusandarkan diriku di tembok sebelah wastafel dan kuangkat pahanya ke pinggangku. Ciuman Tante Nova sangat erotis dan bertempo cepat. Kurasakan bibirku dan sebagian pipiku basah karena dijilati oleh Tante Nova. Pahanya yang tadi kuangkat kini menggesek – gesek pinggangku. Akibat erotisnya ciuman Tante Nova, nafsuku menjadi bertambah. Kumasukkan kedua tanganku ke balik bajunya di punggungnya seperti memeluk, dan kuelusi punggungnya. Saat kuelus punggungnya, Tante Nova mengangkat kepalanya dan mendesah. Sesekali tanganku mengenai tali BH-nya yang kemudian terlepas akibat gesekan tanganku. Kemudian Tante Nova mencabut bibirnya dari bibirku, menyudahi ciuman dan mengajakku untuk ke kamarnya.
Kami buru-buru ke kamarnya karena sangat bernafsu. Aku sampai tidak memperhatikan bentuk dan isi kamarnya, langsung direbah oleh Tante Nova dan meneruskan ciuman. Posisi Tante Nova adalah posisi senggama kesukaanku yaitu nungging. Ciumannya benar-benar erotis. Kumasukkan tanganku ke celananya dan aku langsung mengelus belahan pantatnya yang hampir mengenai belahan vaginanya. Tante Nova yang hyper itu langsung melucuti kausku dengan agak cepat. Tapi setelah itu ada adegan baru yang belum pernah kulihat baik di film semi, internet ataupun di BF manapun. Tante Nova meludahi dada ku dan menjilatinya kembali. Sesekali aku merasa seperti ngilu ketika lidah Tante Nova mengenai pusatku. Ketika aku mencoba mengangkat kepalaku, kulihat bagian leher kaus tante Nova longgar, sehingga buah dadanya yang besar bergoyang – goyang terlihat jelas. Kemudian kupegang pinggangnya dan kupindahkan posisinya ke bawahku. Lalu, kulucuti kausnya serta beha nya, kulanjutkan menghisapi puting payudaranya. Nampak Tante Nova kembali mengangkat kepalanya dan mendesah sesekali memanggil namaku.
Sambil terus menghisap dan menjilati payudaranya, kulepas celana panjangku dan celana dalamku dan kubuang ke lantai. Ternyata pas kupegang ucok gonderongku, sudah tegang dengan level maksimum. Sangat keras dan ketika kukocok – kocok sesekali mengenai dan menggesek urat -uratnya. Tante Nova pun melepas celana – celananya dan mengelusi bulu – bulu dan lubang vaginanya. Ia juga meraup sedikit mani dari vaginanya dan memasukkan jari – jari tersebut ke mulutku. Aku langsung menurunkan kepalaku dan menjilati daerah goa Tante Nova. Rasanya agak seperti asin – asin ditambah lagi adanya cairan yang keluar dari lubang vagina Tante Nova. Tapi tetap saja aku menikmatinya. Di tengah enaknya menjilat – jilati, ada suara seperti pintu terbuka namun terdengarnya tidak begitu jelas. Aku takut ketahuan oleh pembantunya atau Shanty.
Sejenak aku berhenti dan bicara sama Tante Nova, Eeh… Tante… Ternyata tante justru meneruskan permainan dan berkata, Ehh… bukan siapa – siapa… egghh… sambil mendesah. Posisiku kini di bawah lagi dan sekarang Tante Nova sedang menghisap ucok gonderongku. Ereksiku semakin maksimum ketika bibir dan lidah Tante Nova menyentuh bagian -bagian batangku. Tante Nova mengulangi adegan meludahi kembali. Ujung penisku diludahi dan sekujurnya dijilati perlahan. Bayangkan, bagai mana ereksiku tidak tambah maksimum ? Tak lama, Tante Nova yang tadinya nungging, ganti posisi berlutut di atas pinggangku. Tante Nova bermaksud melakukan senggama. Aku sempat kaget dan bengong melihat Tante Nova dengan perlahan mengocok dan mengarahkan ucok gonderongku ke goanya layaknya film BF saja. Tapi setelah ujungnya masuk ke lubang vaginanya, kembali aku seperti ngilu terutama di bagian pinggang dan selangkanganku dimana kejadian itu semakin menambah nafsuku.
Tante mulai menggoyangkan tubuhnya dengan arah atas – bawah awalnya dengan perlahan. Aku merasa sangat nikmat meskipun Tante Nova sudah tidak virgin. Di dalam goa itu, aku merasa ada cairan hangat di kujur batang ucok gonderongku. Sambil kugoyangkan juga badanku, kuelus pinggangnya dan sesekali buah dadanya kuremas – remas. Tante Nova juga mengelus – elus dada dan pinggangku sambil terus bergoyang dan melihatiku dengan tersenyum. Mungkin karena nafsu yang besar, Tante Nova bergoyang sangat cepat tak beraturan entah itu maju – mudur atau atas bawah. Sampai-sampai sesekali aku mendengar suara Ngik ngik ngik dari kaki ranjangnya. Akibat bergoyang sangat cepat, tubuh Tante Nova berkeringat. Segera kuelus badannya yang berkeringat dan kujilat tangannya yang penuh keringat itu.
Lalu posisinya berganti lagi, jadinya aku bersandar di ujung ranjang, dan Tante Nova menduduki pahaku. Jadinya, aku bisa mudah menciumi dada dan payudaranya yang sexy. Juga kujilati tubuhnya yang masih sedikit berkeringat itu, lalu aku menggesekkan tubuhku yang juga sedikit berkeringat kedada Tante Nova. Tidak kupikirkan waktu itu kalau yang kujilati adalah keringat karena nafsu yang terlalu meledak. Tak lama, aku merasa akan ejakulasi. Ehh… Tante… uu… udaahh… Belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, Tante Nova sudah setengah berdiri dan nungging di depanku. Tante Nova mengelus – elus dan mengocok ucok gonderongku, dan mulutnya sudah ternganga dan lidahnya menjulur siap menerima semprotan pejuku. Karena kocokan Tante Nova, aku jadi ejakulasi. Crit… crroott… crroott… ternyata semprotan spermaku kuhitung sampai sekitar sepuluh kali dimana setiap kencrotan itu mengeluarkan peju yang putih, kental dan banyak. Sesekali jangkauan kencrotannya panjang, dan mengenai rambut Tante Nova. Mungkin ada juga yang jatuh ke sprei. Persis sekali difilm BF.
Kulihat wajah Tante Nova sudah penuh Peju putih kental milikku. Tante Nova yang memanghyper, meraup pejuku baik dari wajahnya atau pun dari sisa di sekujur batangku, dan memasukkan ke mulutnya. Setelah itu, aku merasa sangat lemas dan loyo. Staminaku terkuras oleh Tante Nova yang hots. Aku langsung rebahan sambil memeluk Tante Nova sementara ucok gonderongku masih tegak namun tidak sekeras tadi.
Sekitar sebulan berlalu setelah ML sama Tante Nova. Siang itu aku sedang ada di rumah hanya bersama pembantu (orang tuaku pulangnya sore atau malam, adikku juga sedang sekolah). Sekitar jam sebelas, aku yang sedang duduk di kursi malas teras, melihat Tante Nova mau pergi entah kemana dengan mobilnya. Kulihat Shanty menutup pagar dan ia tidak melihatku. Sekitar setegah jam kemudian, HP ku berdering. Saat kuangkat, ternyata Shanty yang menelepon. Nada suaranya agak marah, menyuruhku ke rumahnya. Katanya ada yang ingin dicarakan. Di ruang tamunya, aku duduk berhadapan sama Shanty. Wajahnya tidak seperti biasanya, terlihat jutek, judes, dan sebagainya. Berhubung dia seperti itu, aku jadi salah tingkah dan bingung mau bicara apa.
Tak lama Shanty mulai bicara duluan dengan nada marah kembali,
Tan, aku mau Tanya !
Hah ? Nanya apaan ? Aku terkejut dan agak dag dig dug.
Kamu waktu bulan lalu ngapain sama bos cewek ku ? Dia nanya langsung tanpa basa – basi.
Ehh… bulan lalu ? Kapan ? Ngapain emangnya ?
Aku pura – pura tidak tahu dan takutnya dia mau melaporkan ke ortuku.
Aalahh… kamu nggak usah belagak bodoh deh… Emangnya aku nggak tau ? Aku baru pulang sekolah, aku liat sendiri pake mata kepalaku… aku intip dari pintu, kamu lagi main sama bos cewek ku !
Seketika aku langsung Terkejut, binggung, dan tidak tahu lagi mau ngapain, badan sudah seperti mati rasa. Batinku berkata, Matilah aku… bias – bisa aku diusir dari rumah nih… nama baik ortu ku bisa jatuh… mati deh aku.
Shanty pun masih meneruskan bicaranya,
kamu nafsu sama bos cewek ku kan ?
Shanty kemudian berdiri sambil tolak pinggang. Matanya menatap sangat tajam. Aku cuma bisa diam, binggung tidak bisa bicara apa – apa. Keringat di leher mengucur. Shanty menghampiriku yang hanya duduk diam dan kaku, perlahan masih dengan tolak pinggang dan tatapan tajam. Pipiku sudah siap menerima tamparan atau pun tinjuan namun untuk hal dia akan melaporkannya ke ortuku dan aku diusir tidak bisa aku pecahkan. Tapi, sekali lagi kenyataan sangat berbeda. Shanty yang memakai kaus terusan yang mirip daster itu, justru membuka ikatan di punggungnya dan membuka kausnya. Ternyata ia tidak mengenakan beha dan celana dalam. Jadi di depanku ada lah Shanty yang bugil. Takutku kini hilang namun bingungku semakin bertambah. Kalo gitu, kamu mau juga kan sama aku ? Shanty langsung mendekatkan bibir seksi – nya ke bibirku. Celana pendekku nampak kencang di bagian ucok gonderong ku.
Kini yang kurasakan bukan ciuman erotis seperti ciuman Tante Nova, namun ciuman Shanty yang lembut dan romantis. Betapa nikmatnya ciuman dari Shanty. Aku langsung memeluknya lembut. Tubuh putihnya benar – benar mullus. Bulu vaginanya sekilas kulihat coklat gelap. Sesegera mungkin kulepas celana – celanaku dan Shnaty membuka kausku. Lumayan lama Shanty menciumiku dengan posisi membungkuk. Kukocok – kocok ucok gonderong besarku itu sedikit – sedikit. Aku langsung membisikkannya, Shan, kita ke kamarmu yok… ! Shanty menjawab, Ayoo… biarl ebih nyamandan enak. Shanty kurebahkan di ranjangnya setelah kugendong dari ruang tamu. Seperti ciuman tadi, kali ini suasananya lebih lembut, romantis dan perlahan. Shanty sesekali menciumi dan agak menggigit daun telingaku ketika aku sedang mencumbu lehernya. Shanty juga sesekali mencengkeram lenganku dan punggungku. Kaki kanannya diangkat hingga ke pinggangku dan kadang dia gesek – gesekkan. Dalam pikiranku, mungkin kali ini ejakulasiku tidak selama seperti sama Tante Nova akibat terbawa romantisnya suasana.
Dari sini aku bisa tahu bahwa Shanty itu tipe orang romantis dan lembut. Tapi tetap saja nafsunya besar serupa macam ibunya. Malah dia langsung mengarahkan dan menusukkan ucok gonderong ku ke liang vaginannya tanpa adegan – adegan lain. Berhubung Shanty masih virgin, memasukkannya tidak mudah. Butuh sedikit dorongan dan tahan sakit termasuk aku juga. Wajah Shanty nampak menahan sakit. Gigi atasnya menggigit bibir bawahnya dan matanya terpejam keras persis seperti keasaman makan buah mangga atau jambu yang asam. Tak lama, Aaahh… aa… aahh… Shanty berteriak lumayan keras, aku takutnya terdengar sampai keluar. Selaput perawannya sudah tertembus. Aku mencoba menggoyangkan maju – mundur di dalam goa yang masih sempit itu. Tapi, aku merasa sangat enak sekali rasanya di goa perawan. Shanty juga ikutan goyang maju – mundur sambil meraba – raba dadaku dan mencium bibirku. Ternyata benar perkiraanku. Sedikit lagi aku akan ejakulasi. Mungkin hanya sekitar 4 menit. Meski begitu, keringatku pun tetap mengucur. Begitupun Shanty.
Dengan agak menahan ejakulasi, gantian kurebahkan Shanty, kukeluarkan ucok gonderongku lalu kukocok di atas dadanya. Mungkin akibat masih sempit dan rapatnya selaput dara Shanty, batang ucok gonderongku jadi lebih mudah tergesek sehingga lebih cepat pula enjakulasinya. Ditambah pula dalam sebulan tersebut aku tidak onani, nonton BF, main ama pacarku, atau sebagainya. Kemudian, Crit… crit… crott… kembali kujatuhkan pejuku di tubuh orang untuk kesekian kalinya. Kusemprotkan pejuku di dada dan payudaranya Shanty. Kali ini semperotannya lebih sedikit, namun pejunya lebih kental. Bahkan ada yang sampai mengenai leher dan dagunya. Shanty yang baru pertamakali melihat peju lelaki, mencoba ingin tahu bagaimana rasanya menelan peju. Shanty meraup sedikit dengan agak canggung dan ekspresi wajahnya sedikit menggambarkan orang jijik, dan lalu menjilatnya.
Terus, Shanty berkata dengan lugu, Emm… ee… Tan… kalo itu gimana sih rasanya ? sambil menunjuk ke ucok gonderongku yang masih berdiri tegak dan kencang. Eh… hmm hmm… cobain aja sendiri… sambil tersenyum ia memegang batang kemaluanku perlahan dan agak canggung. Tak lama, ia mulai memompa mulutnya perlahan malu – malu karena baru pertama kali. Mungkin ia sekalian membersihkan sisa pejuku yang masih menetes di sekujur batangku itu. Kulihat sekilas di lubang vaginanya, ada noda darah yang segera kubersihkan dengan tissue dan lap. Setelah selesai, aku yang sedang kehabisan stamina, terkulai lemas dan loyo di ranjang Shanty, sementara Shanty juga rebahan di samping. Kami sama-sama puas, terutama aku yang puas menggarap ibu dan anaknya itu.