Nikmatnya tubuh keluargaku

cerita seks indo

Hari ini entah mengapa aku merasa suntuk banget. Di rumah sendirian, ga ada yang menemani. Mama lagi pergi arisan, Mbak Ani kuliah, Bik Suti lagi pergi ke pasar. Bener-bener deh aku kesepian di rumah.

"Daripada BT sendiri, mending nonton BF aja di kamar," pikirku.

TV mulai kunyalakan, adegan-adegan panas nampak di layar. Mendengar desahan-desahan artis BF yang cantik dan bahenol tersebut membuat aku terangasang. Dengan lincahnya tanganku melucuti celana beserta CD-ku sendiri. Burungku yang sedari tadi tegak mengacung kukocok perlahan.
Film yang kutonton itu cukup panas, sehingga aku menjadi semakin bergairah. Kutanggalkan pakaian yang masih melekat, akhirnya tubuhku tanpa ada penutup sekalipun.
Kocokan tanganku semakin cepat seiring dengan makin panasnya adegan yang kutonton. Kurasakan ada getaran dalam penisku yang ingin meyeruak keluar. Aku mau orgasme. Tiba-tiba..

"Anton.. apa yang kamu lakukan!!" teriak sebuah suara yang aku kenal.
"Mama..?!"

Aku kaget setengah mati. Aku bingung sekali saat itu. Tanpa sadar kudekati Mamaku yang cantik itu. Tiba-tiba saja aku mendekap tubuh Mamaku yang bahenol itu. Kucium dan kulumat bibir tipisnya yang seksi. Mama mencoba untuk berontak.

"Anton.. ingat, Ton. Aku ini Mamamu?!" teriak Mama mengingatkanku.

Aku tak lagi peduli. Salah Mama sendiri sih. Orang mau orgasme kok diganggu. Dengan buasnya aku jilat telinga dan tengkuknya, kedua payudaranya kuremas-remas sampai Mama menjerit kesakitan. 10 menit aku melakukan hal itu, kurasakan tidak ada lagi perlawanan dari Mama. Nampaknya Mama mulai terangsang juga. Diraihnya penisku yang menggelantung, tangan mungilnya mulai mengocok penisku yang kubanggakan. Dengan perlahan kubuka baju Mama. Satu demi satu kancingnya kulepaskan, dan perlahan mempertontonkan keindahan tubuh di balik kain itu.

Setelah berhasil membuka baju dan BH-nya, kuturunkan ciumanku menuju ke payudara Mama yang padat berisi. Kucium dan kulumat putingnya yang berwarna kecoklatan itu. Terkadang kugigit dan kupuntir putingnya, membuat gairah Mamaku semakin berkobar.

"Uuhh..aahh..Terus, Ton. Ya..terus..Oohh.." erang Mamaku demi menahan nikmat yang dirasa.
"Ma..capek nih berdiri. Pindah ke kasur aja yah.." pintaku.
"Ya deh.." suara Mama bergetar menahan gariah yang tertunda.

Kugendong tubuh Mama yang setengah telanjang itu menuju ke kasurku sambil tetap kuciumi kedua payudaranya. Kurebahkan tubuh mungilnya, dan segera kutindih tubuh Mamaku itu. Kuremas payudara sebelah kanan, sedangkan mulutku ini mengulum dan mencucup yang kiri. Dengan bantuan Mama, kubuka rok mini Mamaku. Ciumanku turun ke pusarnya. Usapan lidahku diperutnya membuat tubuh Mamaku semakin bergelinjang tak karuan.

Setelah kurasa cukup bermain lidah di perutnya, kugigit CD Mama, dan dengan gigiku kutarik CD-nya. Dengan susah payah akhirnya berhasil juga aku membukanya dengan cara tersebut. Terdiam ku sejenak, demi melihat keindahan vagina Mama yang terpampang jelas di depanku.

"Ton, kok malah melamun sih? Kenapa?"
"Ah..enggak, Ma. Anton kagum aja ama vagina Mama. Indah, Ma."
"Ah..kamu bisa aja. Jangan cuma dipandangi aja dong."

Vagina Mama sangat indah menurutku. Disana terdapat rambut yang lebat, dan bentuknya sungguh sangat menggairahlan. Kudekatkan wajahku keselangkangan Mama. Tercium bau khas seorang yang wanita yang dapat membangkitkan gairah lelaki. Kusapukan lidahku di garis vertikal itu. Tubuh Mama membusur menerima usapan lidahku di sana. Kutarik klitorisnya, kugigit kecil, kukulum dan terkadang kutarik-tarik. Nampak dari wajahnya, Mamaku menikmati permainanku di daerah kemaluannya.

Kumasukkan ketiga jariku sekaligus, kubiarkan sejenak, kurasakan lembab di sana. Dengan perlahan kumaju-mundurkan jemariku. Perlahan tapi pasti. Tanganku yang satunyapun tak tinggal diam. Kutarik klitorisnya, kupuntir dan kupilin, membuat tubuh Mama semakin bergoyang tak karuan.
Akupun semakin bergairah melihat tubuh Mamaku seperti itu. Semakin cepat aku mengocok vagina Mamaku, bahkan aku mencoba untuk memasukkan kelima jariku sekaligus. Tak lama kemudian kurasakan jepitan vagina Mama semakian kuat, kupercepat kocokanku. Mata Mama membeliak ke atas dan digigit bibir bawahnya yang seksi itu, kemudian.

"Ah..Mama mau sampai, Ton. Ah..ah.."

Dan akhirnya, Seerr.. cairan kewanitaan Mama membasahi jemariku. Kucopot jemariku dari liang kewanitaan Mama, kuturunkan wajahku dan kujilat habis air itu sampai tak tersisa.

"Ton, kamu hebat juga yah. Hanya dengan jemarimu saja Mama sudah bisa orgasme seperti tadi.." kata Mamaku terengah-engah.

Kami terdiam sejenak untuk memulihkan tenaga. Mamaku bersandar dibahuku dengan tersenyum puas. Jemari lentik Mama bermain-main manja mengelus dan mengusap penisku yang masih saja tegak mengacung.

"Ton, punya kamu gede juga ya. Punya Papamu dulu aja nggak sampai segede ini."
"Ah, Mama. Anton kan malu."
"Ngapain juga kamu malu, toh memang benarkan."

Jemari lentik Mama masih saja memainkan penisku dengan manja. Seperti mendapat mainan baru, tangan Mama tak mau lepas dari situ.

"Ma, kok didiemin aja. Dikocok dong, Ma, biar enak."
"Ton, Ton..kamu keburu nafsu aja."

Perlahan Mama pindah ke selangkanganku. Digenggamnya penisku dengan kedua tangannya, dijilatnya kepala penisku dengan lidahnya. Bergetar seluruh tubuhku menerima rangsang dari mulut Mamaku. Dijilatnya selutuh batang kemaluanku, mulai dari pangkal sampai ujung. Tak ada bagian yang terlewat dari sapuan lidah Mama.

Dikocoknya penisku didalam mulut Mama, tapi tak semuanya dapat masuk. Mungkin hanya ¾ nya saja yang dapat masuk ke mulut Mama. Kurasakan dinding tenggorokan Mama menyentuh kepala penisku. Sungguh sensasi sangat luar biasa menjalar ke seluruh tubuhku. Cukup lama juga Mama mengulum penisku. Kurasakan batang penisku mulai membesar dan makin mengeras. Dari dalam kurasakan ada sesuatu yang memaksa untuk keluar. Merasa aku akan keluar, Mama semakin cepat mengocok batang kemaluanku.

"Ma.. ah.. aohh.. Ma, Anton mo keluar, Ma."

Akhirnya..Croott..croott..croott..
Hampir sepuluh kali cairan itu menyembur dari ujung penisku. Diminumnya dengan rakus maniku itu. Dijilatnya semua, sampai tak ada lagi cairan yang tersisa. Meskipun sudah keluar tetapi penisku tetap saja tegar meski tak seberapa keras lagi. Melihat itu, Mamaku menggosok-gosokkan penisku di vaginanya. Merasakan gesekan-gesekan lembut vagina Mama, penisku mulai mengeras kembali. Digengamnya penisku dan diarahkan ke lubang peranakannya. Dengan sedikit gerakan menekan, penisku perlahan masuk setengahnya ke vagina Mama. Kurasa ini sudah mentok, karena beberapa kali Mama coba untuk menekan lebih keras lagi agar penisku dapat masuk semua, tapi keluar kembali setelah menatap ujung rahimnya.

Dengan bersemangat Mama mulai menaik-turunkan tubuhnya. Gerakan naik-turun yang terkadang diselingi dengan gerakan memutar, sungguh merupakan sensasi yang sangat luar biasa. Apalagi posisiku yang ada di bawah sungguh sangat menguntungkanku. Aku dapat melihat payudara Mamaku naik-turun seiring dengan goyangan pinggulnya.

Dengan gemas, kuraih payudara yang menari-nari di depanku itu. Kutarik payudara Mama mendekat ke wajahku. Kulihat wajah Mama meringis kesakitan karena payudaranya kutarik dengan paksa. Kugigit putingnya sampai berubah warnanya menjadi kemerahan. Kurasakan ada cairan putih susu menetes keluar dari putingnya saat kucucup payudaranya. Entah mengapa aku sangat suka sekali mempermaikan payudara Mamaku ini.

Kurasakan otot-otot vagina Mama dengan kuat menyedot penisku. Semakin lama kurasa semakin kuat saja vagina Mama menjepit penisku. Kulihat wajah Mama nampak makin memerah menahan orgasme kuduanya yang akan keluar sebentar lagi.

"Ton.. Ah.. Oougg.. hh.. Ton, Mama mau keluar lagi, Ton."

Dan.. Seerr..
Kurasakan cairan hangat membasahi penisku. Ada cairan yang menetes disela-sela pahaku saking banyaknya cairan yang keluar.

"Duh, Mama kok udah keluar sih, ga mau nungguin Anton."
"Maaf deh. Kamu juga sih perkasa banget, Mamakan udah ga tahan lagi."

Dengan sigap segera kubalik tubuhku, sehingga kini Mama berada dibawah. Tanpa banyak bicara, segera saja kupompa pantatku dengan cepat. Mendapat serangan yang tiba-tiba itu Mamaku menjerit-jerit kesakitan. Meskipun vagina Mama udah becek banget, tapi tetap saja terasa seret untuk penisku.

Tak kuhiraukan suara Mama yang menjerit-jerit kesakitan, yang ada dipikiranku saat itu adalah aku ingin segera mengakhiri permainan ini dan merasakan nikmat yang akan datang padaku.
Kurasakan otot-otot penisku mulai berdenyut-denyut dengan kerasnya. Ada sesuatu yang berusaha untuk keluar dari batang penisku. Kucoba untuk menahannya selama mungkin agar tidak segera keluar. Tapi jepitan vagina Mama akhirnya meruntuhkan pertahananku.

Croott.. croott..
Maniku keluar juga, menambah becek vagina Mama. Kubiarkan penisku tetap didalam vagina Mama untuk merasakan sisa-sisa orgasmeku. Kurasakan vagina Mama tetap saja berdenyur-denyut, meski tak sekuat tadi.

"Ma, terima kasih ya, udah mau temenin Anton main." kataku dengan manja.
"Kamu, tuh, Ton, kalau mau main jangan maksa dong. Masak Mamamu sendiri kamu perkosa."
"Tapi Mama senangkan?"
"Iya sih!" Kata Mama malu-malu.

Sejak saat itu aku dan Mama sering berhubungan sex bersama kalau dirumah lagi sepi. Kami pernah melakukannya sehari-semalam karena aku berhasil masuk ke PTN favorit.

"Itu hadiah buat kamu." Kata Mamaku sambil mengerlingkan sebelah matanya dengan manja.

*****

Siang itu panas sekali terasa. Tidak seperti biasanya panas matahari makin menyengat saja. Segera kutancap motorku agar aku cepat sampai di rumah. Begitu sampai di rumah, segera saja kulepaskan seluruh seragam sekolahku dan langsung saja aku meloncat ke kolam renang.
Byuurr.. terasa segar badanku ketika tubuhku berada di dalam air. Rasa gerah yang sedari tadi kurasakan hilang sudah. Setelah puas berenang segera kupanggil Bik Suti.

"Bik, cepetan kesini!"
"Ya, Den. Ada apa, Den?"
"Bik, tolong buatin makanan dan minuman ya, sekalian tolong cuciin baju seragamku ya."
"Ya, Den." Jawab Bik Suti sopan.

Perlu kalian ketahui kalau pembantuku yang satu ini sungguh berbeda dari yang lain. Meskipun berasal dari desa, ia mempunyai wajah yang manis. Ia seumuran dengan Mbak Ani. Tubuhnya sintal, apalagi payudaranya, sungguh membuat hati berdebar-debar setiap kali melihatnya. Aku ingin sekali tahu bagaimana rasanya berhubungan sex dengannya. Mungkin sangat berbeda rasanya.
Begitu makanan dan minumanku sudah diantar, segera saja kuhabiskan dengan cepat. Udah lapar banget sih. Tak berapa lama kemudian datang Mbak Ani menghampiriku.

"Lagi berenang ya, Ton?"
"Iya nih, Mbak. Abis gerah banget sih. Mbak mau ga temenin Anton berenang?"
"Iya deh, tapi tunggu Mbak selesai makan dulu ya."

Setelah selesai makan, Mbak Ani menuju ke kolam renang. Aku terpesona melihat kemolekan tubuh kakakku ini. Dengan hanya mengenakan bikini, lekukan tubuhnya sungguh sangat menggugah gairahku. Kurasakan penisku mulai menegang. Kami berenang sambil bermain lempar bola. Kadang dengan kusengaja, seringkali aku menyentuh belahan vagina maupun payudara kakakku. Tapi kakakku hanya diam saja. Tidak telalu memperdulikan dengan tindakanku.

Pikiran-pikiran kotor mulai merasuk ke dalam otakku. Aku berfikir bagaimana caranya untuk dapat menikmati tubuh kakakku saat itu juga. Habis sudah hampir seminggu aku tidak pernah main lagi sama Mama. Tanpa sepengetahuan kakakku, kupelorot CD-ku sendiri. Penisku yang sudah tegang dari tadi tampak melayang-layang terkena ombak. Kudekati kakakku dari belakang, dengan tiba-tiba kuraba-raba dan kuremas payudaranya.

"Eh, Anton. Ngapain sih kamu pegang-pegang payudara Mbak?"
"Nggak pa-pa kan? Abis Anton terangsang banget melihat kemolekan tubuh Mbak."

Mbak Ani hanya diam saja. Aku semakin berani meremas-remas payudara kakakku. Kucopot BH-nya, dan sambil menyelam aku melumat payudara kakakku di bawah air. Sambil menyelam minum susu, pikirku.
Kulumat-lumat payudaranya, terkadang kutarik dan kuremas dengan keras, sehingga membuat kakakku makin bergairah. Aku muncul ke permukaan air, kucari bibir kakakku dan kucium dengan buasnya. Tangan kakakku meraba-raba selakanganku, mencari benda tumpul yang mulai tegang.

"Anton, kamu tadi berenang ga pake CD ya? Dasar, jorok kamu."

Dielusnya dengan lembut benda kesayanganku itu. Dikocoknya perlahan dan menjadi semakin cepat. Kurasakan ada dorongan dari dalam penisku yang mencoba keluar. Kucoba untuk menahan, tapi kocokan kakakku yang semakin cepat membuat aku mengeluarkan maniku di dalam air. Kulihat maniku yang berenang keluar melayang-layang di air. Dibiarkannya aku beristirahat sebentar, sambil menunggu aku pulih kakakku mencumbu mulutku dengan buasnya. Kumasukkan jemariku ke dalam vagina kakakku. Kukocok terus hingga akhirnya kakakku mencapai orgasmenya yang pertama.

Seiring berjalannya waktu, penisku mulai tegang kembali. Tanpa memberitahu kakakku, kodorong dengan paksa penisku untuk dapat masuk kedalam vagina kakakku. Mbak Ani berusaha untuk menjerit, tetapi jeritannya tertahan karena mulutnya sedang beradu dengan mulutku.

Kumaju-mundurkan pinggulku mengocok vagina kakakku. Sungguh sensasi yang luar biasa berhungan sex di kolam renang. Otot-otot vagina kakakku semakin lama semakin berdenyut dengan cepat seiring dengan makin cepatnya goyanganku. Kurasakan penisku mulai basah dengan cairan kewanitaan kakakku. Karena aku belum sampai makin kupercepat saja goyanganku. Tetapi karena berada di dalam air tubuhku menjadi berat. Dengan penisku masih berada dalam vagina kakakku, kuangkat tubuhnya keluar dari kolam, dan kurebahkan tubuhnya di atas rumput taman. Karena punggungnya bergesekan dengan rumput, kakakku menjadi bergairah kembali. Melihat hal itu aku semakin bersemangat. Dan akhirnya.

Crott.. croott.. croott..
Akhirnya aku keluar juga, dibarengi dengan orgasme kakakku untuk yang ketiga kalinya. Tak kusadari ada seseorang yang berdiri disampingku. Ternyata itu Mama, entah sejak kapan Mama berada di situ, yang jelas Mama kini dalam keadaan telanjang bulat.

"Begitu ya ternyata kalian. Kalo maen ga mau ajak-ajak Mama. Awas ya nanti kupotong uang jajan kalian." kata Mamaku bercanda.

Kucopot penisku keluar dari vagina Mbak Ani. Kulihat penisku mulai mengecil. Melihat hal itu Mama segera jongkok tepat di penisku. Diraihnya penisku dan mulai dikocok penisku di dalam mulutnya. Kuakui Mamaku ini sangat pandai dalam permainan oral sex. Tak berapa lama penisku mulai tegang kembali. Diarahkannya penisku ke arah kemaluannya. Dengan sekali dorong penisku masuk semua ke dalam vagina Mama yang sudah basah. Perlahan-lahan digoyangkannya pinggulnya. Semakin lama semakin menggila. Mamaku berteriak-teriak sambil terus mengocok penisku.

"Aahh.. sakit.. apa yang kamu lakukan Ani?"

Ternyata tanpa sepengatauan Mama, Mbak Ani memasukkan jemari tangannya ke dalam lubang anusnya. Mendapat perlakuan seperti itu Mama akhirnya sampai juga.

"Ton.. Ani.. Mama mau sampai nih.. ahh.."

Seerr.. kurasakan vagina Mama banjir seketika. Banyak juga cairan yang keluar. Seperti tidak mau kehilangan air mani Mama, Mbak Ani menjilat-jilat vagina Mama dengan penisku yang masih tertancap di dalamnya. Karena posisi Mbak Anis berlawanan denganku, vaginanya tepat di wajahku. Tak kusia-siakan keadaan ini. Ku oral vagina kakakku, kugigit dan kutarik-tarik klitorisnya yang sebesar kacang itu.

Mendapat perlakuan seperti itu Mbak Ani semakin menggila menjilati vagina Mama dan penisku. Bahkan dengan gemasnya, klitoris Mamapun digigit oleh Mbak Ani. Mamakupun menjerit menjadi-jadi. Gairah Mamapun bangkit kembali. Penisku yang masih tertanam di vagina Mama dikocok lagi. Mbak Ani juga ikut mengocok penisku yang tidak semuanya dapat masuk ke dalam vagina Mama, dengan tetap menjilat-jilat vagina Mama dan penisku. Akhirnya kami bertiga orgasme bersamaan.
Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, mereka bersandar di bahuku. Sambil menikmati panasnya sinar matahari, kami berbaring di taman. Setelah puas menikmati teriknya sinar matahari, Mamapun berdiri dan masuk ke dalam rumah dengan keadaan tubuh masih telanjang bulat, disusul kemudian dengan Mbak Ani. Merasa ditinggal sendirian akupun juga ikut masuk ke dalam rumah setelah memakai CD-ku kembali yang ada di kolam.

Hari itu badanku terasa pegal-pegal semua. Aku semalam tadi habis lembur mengerjai Mama dan Mbak Ani. Kucoba kurebahkan diriku di kasur mencoba untuk tidur. Tapi karena kecapekan badanku terasa makin sakit. Akhirnya kuputuskan untuk memenggil Bik Suti untuk memijat diriku.

"Bik, bisa minta tolong ga?" kataku di balik pintu kamar Bi Suti.
"Oh, Den Anton. Ada perlu apa, Den?"
"Bik, tolong pijitin aku yah, badanku pegal semua nih."
"Iya, Den."

Tanpa banyak bicara, segera saja kutarik tangan Bik Suti menuju ke kamarku. Begitu sampai di kamar, pintu segera kukunci rapat-rapat tanpa sepengetahuannya. Segera kurebahkan tubuhku di atas kasurku yang empuk itu.

"Bik, kok bengong aja. Cepetan dipijitin dong, udah capek banget nih."

Bik Sutipun memposisikan dirinya disampingku. Diarahkan tangannya ke leherku. Dengan lembut dia memijit leherku dan juga bahuku. Akupun akhirnya terangsang juga dengan pijatan-pijatan Bik Suti. Kurasakan penisku terjepit, karena saat itu aku sedang tengkurap.

Pijatan-pijatan Bik Suti kemudian turun ke punggungku dan ke pantatku. Ku merasa keenakan karena pantatku dipijat seperti itu. Peniskupun menjadi semakin sakit karena terjepit. Kusuruh Bik Suti untuk berhenti dan kemudian kulepas semua pakaian yang melekat hingga akhirnya aku telanjang bulat. Kulihat wajah Bik Suti memerah melihat penisku yang sudah dalam ukuran sempurna itu.
Kubaringkan tubuhku lagi, dengan posisi terlentang penisku terlihat jelas di mata Bik Suti. Dengan malu-malu mata Bik Suti melirik kemaluanku.

"Den, penisnya biar Bibik pijat juga yah. Pasti penis Den Anton kecapekan, kan tiap hari dipake terus."
"Lho, kok Bik Suti bisa tahu?"
"Iya, Den. Habis tiap malam Bibik ga bisa tidur mendengar suara Nyonya sama Mbak Ani yang lagi maen ama Den Anton. Rame banget sih suaranya."
"Bik Suti mau ga maen sama Anton?" tanyaku mencoba untuk merangsangnya.
"Ah, Aden.." jawab Bik Suti malu.

Digenggamnya penisku itu, lalu perlahan dipijit. Mulai dari ujung sampai pangkal penisku dipijit oleh Bik Suti. Tak ketinggalan juga dengan dua buah pelir yang menggantung di bawahnya. Pijatan pada penisku sungguh sangat enak sekali. Kuberanikan tanganku mengelus paha Bik Suti yang mulus itu. Dia diam saja. Kuraba pahanya dan terus naik hingga masuk ke dalam roknya. Kuusap-usap vaginanya yang masih terbungkus dengan CD. Kucoba memasukkan jariku disela-sela CD-nya.

"Ouugghh.. tangan Aden nakal.." Bik Suti mengerang menahan rangsangan yang kuberikan.

Tanpa kuduga, wajah Bik Suti mendekat ke kemaluanku. Dikulumnya penisku hingga basah semua. Bik Suti sungguh pandai mengulum penisku. Karena kurasakan aku hampir sampai kusuruh Bik Suti untuk berhenti. Kutindih tubuhnya dan segera kubuka CDnya yang masih melekat. Segera saja kuarahkan penisku itu ke lubang vaginanya.

Dengan susah payah kucoba untuk menembus pertahanannya. Tapi selalu saja gagal. Akhirnya dengan bantuan Bik Suti, peniskupun berhasil masuk juga. Kodorong pelan-pelan agar tidak terlepas dari jalurnya. Perlahan kokocok penisku. Bik Suti cuma bisa merem-melek menerima serangan dariku. Tangannya meremas-remas payudaranya sendiri yang masih terbungkus bajunya.

Kutarik dengan paksa baju yang masih melekat itu hingga sobek. BH-nya yang juga menghalangi kutarik dan kubuang jauh-jauh dari tempat tidurku. Segera saja kulumat payudara Bik Suti yang sudah tegang. Kurasakan lubang Bik Suti sudah basah oleh cairannya sendiri. Kocokanku semakin lama semakin kupercepat, dan akhirnya.

"Bik, Anton mau keluar nih.."
"Iya, Den. Keluarin aja di dalam..Biar enak..Aahh..Oouugghh..Bibik juga mau keluar, Den."

Crroott..crroott..
Akhirnya kami berduapun orgasme bersamaan. Segera kutarik penisku dan kuarahkan ke wajah Bik Suti. Mengerti dengan maksudku penisku langsung dikulumnya.

"Bik, udah larut nih. Mending Bibik tidur aja sekarang, ntar kecapekan lo."
"Iya, Den. Makasih banyak lo tadi."
"Sama-sama, Bik."

Kurebahkan tubuhku. Dengan badan masih telanjang bulat tanganku mulai memainkan penisku. Karena kecapekan aku hampir saja tertidur, tapi mengetahui pintu yang terbuka aku segera terbangun.

"Anton, kamu tadi maen yang sama Bik Suti."
"Eh, Mama. Iya, Ma. Tadi sih niatnya cuma mo minta dipijitin doang, tapi keterusan.."
"Dasar kamu tuh ya yang kegatelan. Tapi kamu masih kuat kan?"
"Sebenernya sih Anton udah capek banget sih, Ma. Tapi kalo Mama mau maen, ayo!" kataku dengan semangat.

Akhirnya malam itupun aku tidak tidur. Semalaman aku berhubungan sex dengan Mama hingga pagi menjelang.

Tamat