Kenalkan, namaku alex. Usiaku saat ini 28 tahun. Menuliskan kisah nyata ini rasanya cukup sulit. Alasannya karena aku tidak begitu pandai menulis. Jadi mohon maaf jika ada kalimat yang agak rancu.
Pekerjaanku saat ini adalah sebagai staff marketing sebuah perusahaan kontraktor di bilangan Jakarta Pusat. Sebuah pekerjaan yang cukup aku nikmati. Di mana aku menghidupi diriku dengan profesi ini. Mau dibilang cukup ya cukup, kalau dibilang tidak juga tidak hehe.
Sebelum bekerja di perusahaan tempatku bekerja saat ini, aku sempat berganti banyak pekerjaan mulai dari marketing kartu kredit Citibank, HSBC, sales project, dsb.
Kisahku ini sebenarnya bukanlah kisah yang terlalu spektakuler. Namun, saya hanya ingin membagi kisah yang belum lama ini aku alami. Yang menjadi pertanyaan saya adalah : kenapa saya bisa amat menikmati hubungan intim dengan wanita yang jauh lebih tua? Padahal jujur, dulu aku sempat ml dengan mantan aku yang karena satu dua hal yang sampai sekarang tidak abis aku pikir, akhirnya dia menikah dengan orang lain. Tapi ya sudahlah itu masa lalu. Buat apa dipikirkan lagi? Toh hidup ini harus terus berjalan bukan? Mengapa ml dengan wanita yang lebih tua terasa lebih nikmat dan aku menikmatinya?
Mungkinkah karena permainan wanita-wanita yang lebih tua yang jauh lebih pengalaman yang membuat aku meringkuk dalam dekapan, belaian, keliaran serta erangan dan desahan mereka dan terus terobsesi? Tak tahulah.
Aku sempat membaca beberapa artikel di majalah, kalau pemuda yang berasal dari keluarga broken home, yang kehilangan figur ayah, memang cenderung mencari pelampiasan kepada wanita yang lebih tua untuk menutup masa kecilnya yang kehilangan jati diri seorang ayah. Tapi kadang aku percaya kadang juga tidak. Aneh rasanya. Mengapa aku bisa lebih menikmati hubungan dengan wanita yang lebih tua?
Memang aku berasal dari keluarga broken home. Meski demikian aku bukan tipe lelaki yang hidupnya amburadul. Jadi aku tidak mau mengatakan semuanya ini karena latar belakang keluarga yang kurang beruntung, sehingga aku menjadi seperti ini. Tidak! Aku tumbuh normal. Baik dari fisik, kematangan kepribadian, dsb.
Meski aku dari keluarga broken home sejak kecil, tapi masa kecilku kulewati cukup normal dan indah.
Yang mungkin membuat aku iri dari anak-anak lainnya adalah aku tidak pernah melihat kedua orang tuaku berjalan bersama apalagi bergandengan tangan. Aku tidak terlibat narkoba, minum-minum. Bahkan merokok pun tidak. Kalau dugem ya namanya cowok, sekali-kali pernah sewaktu masih kuliah di Trisakti. Kalau ada di antara pembaca yang membaca kisahku ini dan ingin memberikan komentar atau masukan yang kiranya bagus, bisa kontak saya melalui email.
Saya tidak tahu dari mana harus memulainya. Begini saja…
Beberapa waktu mungkin ada sekitar 2 bulan yang lalu saya iseng chatting di YM. Biasanya kalo saya chatting selalu di MiRC.
Dan kalaupun chatting biasanya adalah iseng aja untuk melepas penat sehabis kerja. Kan di kantor ada koneksi internet jadi saya curi-curi saja hehe.
Secara kebetulan saya kenalan dengan seorang wanita yang akhirnya saya baru tahu usianya udah 39 tahun.
Perkenalan kami seperti biasanya saja. Tak ada yang istimewa. Saling menyapa, menanyakan usia, pekerjaan, apa kabar dan tinggal di mana, serta bicara ringan seputar hoby bahkan pilkada DKI.
Bila mengingat hal ini aku kadang pengen tersenyum. Memang saya orangnya ramah dan kata teman-teman muda akrab sama siapa saja. Tipe intimated begitu kata temanku.
Perkenalan kami waktu itu tidak ada niat apa-apa sama sekali dan kuyakin wanita itu yang kusebut tante Selvi juga tulus. Tak ada yang terjadi sewaktu chatting.
Satu minggi berlalu
Satu minggu sejak chat tersebut, tak terbersit pikiran apa-apa sama sekali. Ketika saya membuka email, ternyata ada sebuah email yang menanyakan bagaimana kabarku. Aku balas seperti biasanya… dan karena spontanitas, akhirnya kuberikan no ponselku dan sempat menanyakan no ponselnya.
Besok hari kemudian, ternyata tante Selvi menyapa aku di sms. Aku panggil dia tante karena usianya memang jauh lebih tua dari aku dan aku pikir wajarlah.
“Hi alex, pa kbr? Ini aku Selvi dan ini no ponselku. Kamu lagi kerja ya? Met kerja ya semoga sukses ya. Aku dukung km Lex.”
Membaca smsnya aku sempat tersenyum. Ada rasa gembira sedikit karena ada yang memotivasi.
Tapi sebenarnya biasa saja sih. Aku pun membalas,
“Thanks ya Selvi atas smsnya. Met kerja juga ya. Salam sukses juga. Alex.”
Terus dia membalas lagi,
“E lex, kamu di jkt tinggal di mana? Boleh tahu kan?”
“Aku di Tomang,” balasku singkat.
Sms cuma beberapa kali itu saja karena memang aku tidak berpikir apa-apa lagian tante Selvi juga jauh. Tinggalnya di kota Surabaya.
Singkat cerita, setiap malam menjelang tidur biasanya mulai jam 9an malam, tante Selvi selalu sms dan kita ngobrol. Karena aku orangnya juga lucu, terasa tante Selvi cepat akrab pada diriku. Beberapa kali dia tertawa renyah ketika kuceritakan kisah-kisah yang lucu.
Saya masih ingat ketika kuceritakan kisah tentang sepasang suami isteri yang berantem dan cuma berkomunikasi lewat secarik kertas, dirinya tertawa terpingkal-pingkal, sampai dia bilang,
“Lex… lex… kamu emang paling bisa. Awas ya kalo sampai saya ketemu kamu, aku akan cubitin kamu sampai puas…”
“Hehe..”, saya cuma tertawa.
Pada suatu malam, jam 2 malam, no ponselku berdering. Dengan terpaksa dalam keadaan mata merem aku angkat.
“Halo..”
“Sory Lex.. ini aku Selvi,” katanya lemah.
“Ada apa?” jawabku berat.
“Sory ya udah ganggu kamu tidur..”
“Gak papa. Ada apa Tante?”
“Lex.. aku horni..”
Bussss… Terasa jantungku berhenti. Pikiranku menjadi aneh.. Aku terdiam cukup lama.
“Kenapa Lex? Ada yang salah dengan kata-kataku?” tanyanya.
Aku masih terdiam. Tidak bisa menjawab apa-apa.
“Lex, aku ngerti. Gak pantes bicara hal begini pada dirimu. Tapi gw jujur Lex, gw horni.”
Aku masih terdiam membisa seribu bahasa.
“Lex, kamu gak pernah tahu kan apa yang aku alami? Aku ini udah lama hidup tanpa suamiku. Aku sudah lama cerai dengan suamiku… ahh… sudahlah. Selamat malam dan kamu bobo aja. Sory ya udah ganggu kamu.”
Belum sempat aku jawab, ponsel sudah dimatikan.
Besok paginya, aku masih terngiang-ngiang akan ucapan Tante Selvi. Aku mencoba sms dia dan meminta maaf karena tak tahu harus berkata apa-apa. Rupanya dia cukup mengerti dan membalas bahwa yang sudah berlalu udah berlalu. Cuma keingingan malam saja.
Tak terasa, sejak chatting dan sms dengan tante Selvi sudah sebulan lewat. Hubungan kami rasanya semakin akrab. Kadang tanpa aku minta, dia malah sering mengisikan aku pulsa XL. Dulu dia menggunakan Mentari, sejak aku katakan XL jauh lebih hemat kalo sms, dia pun ganti XL.
Suatu hari tanpa aku duga, tante Selvi datang ke Jakarta dan meminta untuk menemuiku. Pertama-tama aku pikir dia bercanda tetapi katanya benar. Aku masih tidak percaya, dan setelah dia meyakinkan aku bahwa dia benar ada di Jakarta, aku jadi kaget.
Dia bilang ingin menemuiku di Mal Ciputra. Karena dia tahu aku tinggalnya di daerah Tomang. Akhirnya saya pikir toh apa salahnya ketemuan bukan?
Tahukah kalian apa yang terjadi?
Ternyata tante Selvi penampilannya jauh lebih muda dari usianya. Bagiku perfect sekali. Bahkan gadis usia 20an banyak yang jauh dari dirinya. Tante Selvi benar-benar cantik dan bodynya seksi. Meski payudaranya sudah mulai turun tetapi karena terawat maka terlihat seksi sekali. Mungkin karena dia memang dari keluarga mampu juga. Rutin fitnes. Putih mulus dengan rambut highlight yang indah. Baru kali ini aku melihat ada wanita secantik dia.
Dari wajahnya yang ramah dan senyumnya yang manis, serta dari obrolan ringan dengan dirinya, dapat kutebak, dirinya merasa sangat kesepian. Punya banyak teman tetapi ada jiwanya yang kosong perlu diisi seseorang dan itu tentunya seorang lelaki.
Saat itu kami ngobrol di Starbuck. Setelah dia bercerita panjang lebar, barulah kusadari dia bercerai dengan suaminya karena suaminya selingkuh bahkan dengan wanita yang katanya jauh lebih jelek dari dirinya. Karena tak tahan diperlakukan begitu dan mulai suaminya sering ringan tangan, akhirnya mereka bercerai. Mereka masing-masing mengambil satu anak dari dua anak buah perkawinan mereka.
“Lex, kamu orangnya ramah ya. Udah punya cewek blum?”
“Blum nih, ga ada yang mau,” jawabku bercanda. Padahal kalo soal mencari pasangan, sebenarnya bagiku amatlah mudah. Karena penampilanku yang cukup menarik.
“Mau tante kenalin?”
“Wah boleh juga tuh.”
“Tapi gimana ya? Tante punya banyak teman yang anak gadisnya cantik-cantik. Tapi nantilah..”
“Lex, kita makan yuk,” tiba-tiba jemari tante Selvi menyentuhku. “Tante laper nih.”
“Boleh…”
Akhirnya kami berdua berjalan mencari restoran. Tapi entah di sengaja atau tidak, kayaknya dia sengaja setelah aku renungkan kemudian, kami pun makan di resto Hotel Ciputra. Bukan di restoran di mal.
Di sana terlihat kami makin akrab. Tapi jujur tidak ada terbersit sedikitpun aneh-aneh atau rancangan jahat apalagi pikiran sex pada tante Selvi. Aku masih anggap sebagai teman bahkan calon klien tempat aku bekerja. Mungkin karena melihat aku yang begitu polos, santun dan rapi, dirinya makin penasaran.
Akhirnya entah kenapa waktu aku tanyakan menginap di mana, dan dikatakan di hotel Ciputra, aku mau aja diajak melihat-lihat di sana. Aku gak habis pikir kenapa.
Sudah tahukah apa yang terjadi di sana?
Kejadiannya begitu cepat. Sewaktu berdua di kamar hotel, tante Selvi meminta aku duduk dekat dirinya di tepian tempat tidur.
“Lex, kemari… tante pengen ngobrol sama kamu.”
Aku berjalan menghampiri dirinya dan duduk pas di sebelahnya.
“Lex, menurut kamu kenapa pernikahan saya berantakan? Apa yang kurang dari saya sebagai seorang isteri?”
Aku terdiam. Membisu. Kebisuan yang sama yang pernah menghampiri diriku waktu dia mengatakan horni ketika menelepon aku beberapa waktu lalu.
“Lex..kok ga jawab. Tatap mataku Lex.”
Lalu dia meraih tanganku dan menuntunya untuk menaruhnya di dadanya.
“Lex, kamu tahu gak ada berapa beban dan luka di hati ini? Sudah cukup lama aku bertahan dalam keadaan seperti ini. Kamu mungkin gak akan mengerti betapa berat beban yang harus dipikul seorang wanita seperti diriku ini. Tak bisa aku ceritakan semuanya.”
Aku masih terdiam. Telapak tanganku merasakan detak jantungnya yang lembut. Aku kikuk. Gak tahu harus berkata apa.
“Lex..” kata tante Selvi sambil berdiri dan berjalan menjauh dariku ke arah jendela. Aku masih duduk bagaikan patung.
Tante Selvi berdiri terdiam sambil menatap keluar dari jendela. Hamparan kota Jakarta dari lantai 6 hotel cukup indah terlihat. Kedua tangannya di silangkan.
Karena feeling dan bisikan hati, “Ayo hampiri dia dan hibur dia Lex.”
Belum lagi suara hati kurang ajar, “Lex, cantik Lex..Hajar Lex..Hajar..”. Campur aduk rasanya. Akhirnya aku berdiri dan menghampiri tante Selvi.
“Tante..” kataku ringan. Sambil pegang pundaknya. Namun dirinya tetap diam.
“Tante..” bisikku sambil memeluknya. Dia pun berbalik badan dan menatap tajam padaku sambil tersenyum.
Kupeluk dirinya, kurangkul pinggangnya. Kudekap erat dari belakang. Cukup lama terdiam kami berdua menatap kota Jakarta. Terlihat jelas gedung pencakar langit dari Kampus Trisakti dan Untar.
Tiba-tiba tante Selvi berbalik badan dan mencium diriku. Dirinya begitu wangi dan semerbak. Nafsu saya sebagai lelaki timbul spontan. Penisku menjadi panjang dan keras perlahan-lahan. Tanpa kusadari ku balas ciumannya. Kami beradu ciuman cukup lama dan rileks tangan aku mulai memegang pantatnya.
Aku dekat dengan kedua telapak tanganku dan kutekan. Terlihat tante Selvi begitu terangsang dan tersenyum manis sekali. Padahal belum diberikan olesan gula loh.
Kutuntun tante Selvi ke ranjang yang indah. Kurebahkan dirinya dan kucium perlahan. Aku bergulat dan bergumul dengan dia cukup lama sampai akhirnya kami mulai membuka pakaian kami satu persatu. Tak ada lagi pikiran lain pada diriku selain menikmati hubungan kali ini dan menyetubuhi dirinya. Membuat dirinya terangsang dan meringkuk kenikmatan.
Aku segera mencopot kaus kakiku, membuka kemeja dan celana panjangku. Terlihat sekarang hanyalah CDku yang bertuliskan Pierre Cardin.
Kubuka kaos tante Selvi dan terlihat dadanya yang indah di balik branya. Meski sudah turun tetapi masih terlihat oke dan kenyal. Aku tahu pasti tante Selvi sering fitnes atau aeorobik atau apalah namanya. Sempat kupikirkan, bagaimana ada lelaki yang bisa menyia-nyiakan isteri secantik dan sebaik dirinya. Lalu. kubuka roknya perlahan dan terlihat begitu indah vaginanya menyembul dari CD nya yang berenda. Aku semakin horni dan penisku semakin keras seolah sudah siap dihujamkan ke liang vaginanya.
Kami masih terus berciuman dan tersenyum indah seraya sambil kucopotin CD dan branya. Kujilatin leher dan telinganya dan terlihat dia mendesah,
“Ough..”
Aku semakin terangsang dan semangat. Kupacu terus nafsuku dan kujilatin susunya. Ku emut dengan ujung lidahku yang basah dan hangat. Tubuh tante Selvi merinding dan bergoyang sewaktu ujung lidahku perlahan berputar-putar di puting susunya yang mulai mengeras.
“Ough.. oh….ough… Lex..”
Kulipatkan pahaku dan menindih tubuhnya. Kugesek-gesekkan penisku di bibir vaginanya. Tampak mulai lembab dan basah karena kenikmatan yang tiada tara. Ciumanku semakin intens. Aku jilatin semua tubuhnya dari atas sampai -maaf- vaginanya.
Waktu kujilatin klitorisnya, tubuh tante Selvi kejang dan dirinya menjabak rambutku dan berteriak,
“Oh…oh..Alex…OHH..”
Terus saja kumainkan ujung lidahku di klitorisnya dan mulai keluar aroma yang khas yang menambah nafsuku. Begitu bersih dan indah meski memang sudah pernah melahirkan dua orang anak.
Akhirnya kujilatin sampai liang vaginanya. Tante Selvi mendesah,
“Masukin Lex..tante udah gak tahan.”
Tante Selvi membuka pahanya. Kupegang penisku yang super keras, kugoyang dengan jariku lalu kumasukkan… bless…
“Oh…ough…”
Tante Selvi merintih dan aku semakin nekat dan nafsu. Begitu masuk, aku maju mundurin pelan-pelan. Kunikmati perlahan dan kudekap tante Selvi dan kembali kita ciuman.
Sambil ciuman aku enjotin terus. Maju mundur aku hentakin sekuat-kuatnya.
“Ohh….”
Semakin kuat dan keras semakin enak. Terasa sekali dinding vaginannya yang lembut dan hangat menyatu dengan penisku yang keras dan kepalanya membesar.
Tak bisa kuceritakan betapa nikmat dan indahnya saat ini. Sewaktu aku menindih, mendorong dan menghentakinnya kuat-kuat.
“Ough….Oh.. keluarin Lex..”
Kuenjotin terus, kunaikkan kedua kaki dan kutahan pahanya dengan kedua telapak tanganku. Kuenjot terus maju mundur. Makin cepat makin enak.
“Ohh…”
Semakin kuat dan keras dan cepat…
Semakin cepat kuenjotin….
“Ohh… Ohh…”
“Oughhhhhhh…”
“Tahan sayang…”, kataku. Aku terus enjotin kocokin terus. Maju mundur…
Dan akhirnya aku muntahkan dan muncratkan spermaku sebanyak mungkin di vaginanya. Rasanya nikmat sekali dan kupeluk seerat-eratnya. Kedua tangan tante Selvi membelai kepala dan pinggangku. Terasa nikmat sampai ke tulang bawah..
“Ohhh…”
Akhirnya kami berdua berpelukan dan rebah dalam kenikmatan tiada tara. Hotel Ciputra menjadi saksi bisu hubungan kami yang indah ini.
Kami tersenyum manis dan saling menatap.
Begitulah kisahku dengan tante Selvi. Waktu berjalan begitu cepat hingga sekarang. Entah kenapa terbayang sekali hubungan dengan tante Selvi sampai sekarang