Cerita XXX Indo Pembantu Gelis yang Genit

cerita seks indo

Kumpulan Cerita Seks Dewasa Terbaru, Cerita Mesum ABG Hot, Cerita Ngentot Janda Seru, Cerita Panas Tante Girang, Cerita Sex Bergambar 2018 || Cerita XXX Indo Pembantu Gelis yang Genit setelah sebelumnya ada Cerita Bokep Arisan Sex Ibu-ibu Kesepian.

Cerita XXX Indo Pembantu Gelis yang Genit

Saat ini aku yang berusia 35 tahun sudah mempunyai istri dan beranak 4, aku tinggal di pinggiran kota Jakarta , namun kedua orang tuaku mempunyai rumah di perumahan elite tidak jauh dari rumah saya, bisa dibilang berkecupan orang tua saya yang mana bisa mempekerjakan pembantu.
Cerita XXX Indo Pembantu Gelis yang Genit
Cerita XXX Indo Pembantu Gelis yang Genit

Disini aku akan menceritakan kisahku dengan pembantu rumah orang tuaku, sungguh sedih karena 2 bulan yang lalu aku kehilangan bapakku jadi ibuku hanya ditemani Gelis pembantu yang sudah bekerja 4 tahun lamanya, Gelisa saat ini usianya 26 tahun dia masih jomblo dan belum bersuami. Wajahnya cantik tapi sedikit agak tonggos.

Tapi yang menarik dari Gelis ini adalah bodynya, seksi sekali. Tinggi kira-kira 164 cm, dengan pinggul yang bulat dan dada berukuran 36. Kulitnya agak cokelat. Sering sekali aku memperhatikan kemolekan tubuh pembantu ibuku ini, sambil membandingkannya dengan tubuh isteriku yang sudah agak mekar.

Hari itu, karena kurang enak badan, aku pulang dari kantor jam 10.00 WIB, sampai di rumah, kudapati rumahku kosong. Rupanya isteriku pergi, sedang anak-anakku pasti sedang sekolah semua.

Akupun mencoba ke rumah ibuku, yang hanya berjarak 5 menit berjalan kaki dari rumahku. Biasanya kalau tidak ada di rumah, isteriku sering main ke rumah ibuku, entah untuk sekedar ngobrol dengan ibuku atau membantu beliau kalau sedang sibuk apa saja.

Sampai di rumah ibuku, ternyata disanapun kosong, cuma ada Gelis, sedang memasak.

Kutanya Gelis, “En, Bu Dewi (nama isteriku) kesini nggak?”

“Iya Pak, tadi kesini, tapi terus sama temannya” jawab Gelis.

“Terus Ibu sepuh (Ibuku) kemana?” Tanyaku lagi.

“Tadi dijemput Bu Ina (Adikku) diajak ke sekolah Yogi (keponakanku)”

“Oooh” sahutku pendek.

“Masak apa ? tanyaku sambil mendekat ke dapur, dan seperti biasa, mataku langsung melihat tonjolan pinggul dan pantatnya juga dadanya yang aduhai itu.

“Ini Pak, sayur sop”

Rupanya dia ngerasa juga kalau aku sedang memperhatikan pantat dan dadanya.

“Pak Varo ngeliatin apa sih” Tanya Gelis.

Karena selama ini aku sering juga bercanda sama dia, akupun menjawab,

“Ngeliatin pantat kamu . Kok bisa seksi begitu sih?”

“Iiih Bapak, kan Ibu Dewi juga pantatnya gede”

“Iya sih, tapi kan lain sama pantat kamu ”

“Lain gimana sih Pak?” tanya Gelis, sambil matanya melirik kearahku.

Aku yakin, saat itu memang Gelis sedang memancingku untuk kearah yang lebih hot lagi.

Merasa mendapat angin, akupun menjawab lagi, “Iya, kalo Bu Dewi kan cuma menang gede, tapi tepos”

“Terus, kalo saya gimana Pak?” Tanyanya sambil melirik genit.

Kurang ajar, pikirku. Lirikannya langsung membuat tititku berdiri.

Langsung aku berjalan kearahnya, berdiri di belakang Gelis yang masih mengaduk ramuan sop itu di kompor.

“Kalo kamu kan, pinggulnya gede, bulat dan kayaknya masih kencang”, jawabku sambil tanganku meraba pinggulnya.

“Idih Bapak, emangnya saya motor bisa kencang” sahut Gelis, tapi tidak menolak saat tanganku meraba pinggulnya.

Mendengar itu, akupun yakin bahwa Gelis memang minta aku ‘apa-apain’.

Akupun maju sehingga tititku yang sudah berdiri dari tadi itu menempel di pantatnya. Adduuhh, rasanya enak sekali karena Gelis memakai rok berwarna abu-abu (seperti rok anak SMU) yang terbuat dari bahan cukup tipis.

Terasa sekali tititku yang keras itu menempel di belahan pantat Gelis yang, seperti kuduga, memang padat dan kencang.

“Apaan nih Pak, kok keras? tanya Gelis genit.

“Ini namanya sonny, sodokan nikmat” sahutku.

Saat itu, rupanya sop yang dimasak sudah matang. Gelispun mematikan kompor, dan dia bersandar ke dadaku, sehingga pantatnya terasa menekan tititku.

Aku tidak tahan lagi mendapat sambutan seperti ini, langsung tanganku ke depan, ku remas kedua buah dadanya. Alamaak, tanganku bertemu dengan dua bukit yang kenyal dan terasa hangat dibalik kaos dan branya.

Saat kuremas, Gelis sedikit menggelinjang dan mendesah, “Aaahh, Pak” sambil kepalanya ditolehkan kebelakang sehingga bibir kami dekat sekali. Kulihat matanya terpejam menikmati remasanku.

Kukecup bibirnya (walaupun agak terganggu oleh giginya yang sedikit tonggos itu), dia membalas kecupanku. Tak lama kemudian, kami saling berpagutan, lidah kami saling belit dalam gelora nafsu kami. TItitku yang tegang kutekantekankan ke pantatnya, menimbulkan sensasi luar biasa untukku (kuyakin juga untuk Gelis).

Sekitar lima menit, keturunkan tangan kiriku ke arah pahanya. Tanpa banyak kesukaran akupun menyentuh CDnya yang ternyata telah sedikit lembab di bagian memeknya.

Kusentuh memeknya dengan lembut dari balik CDnya, dia mengeluh kenikmatan, “Ssshh, aahh,
Pak Varo, paak.. jangan di dapur dong Pak”

Dan akupun menarik tangan Gelis, kuajak ke kamarnya, di bagian belakang rumah ibuku.
Sesampai di kamarnya, Gelis langsung memelukku dengan penuh nafsu, “Pak, Gelis sudah lama lho pengen ngerasain punya Bapak”

“Kok nggak bilang dari dulu En?” tanyaku sambil membuka kaos dan roknya.

Dan.. akupun terpana melihat pemandangan menggairahkan di tubuh pembantu ibuku ini.
Kulitnya memang tidak putih, tapi mulus sekali. Buah dadanya besar tapi proporsional dengan tubuhnya.

Sementara pinggang kecil dan pinggul besar ditambah bongkahan pantatnya bulat dan padat sekali. Rupanya Gelis tidak mau membuang waktu, diapun segera membuka kancing bajuku satu persatu, melepaskan bajuku dan segera melepaskan celana panjangku.

Sekarang kami berdua hanya mengenakan pakaian dalam saja, dia bra dan CD, sedangkan aku hanya CD saja. Kami berpelukan, dan kembali lidah kami berpagut dalam gairah yang lebih besar lagi. Kurasakan kehangatan kulit tubuh Gelis meresap ke kulit tubuhku.

Kemudian lidahku turun ke lehernya, kugigit kecil lehernya, dia menggelinjang sambil mengeluarkan desahan yang semakin menambah gairahku, “Aahh, Bapak”.

Tanganku melepas kait branya, dan bebaslah kedua buah dada yang indah itu. Langsung kuciumi, kedua bukit kenyal itu bergantian.

Kemudian kujilati pentil Gelis yang berwarna coklat, terasa padat dan kenyal (Beda sekali dengan buah dada isteriku), lalu kugigit-gigit kecil pentilnya dan lidahku membuat gerakan memutar disekitar pentilnya yang langsung mengeras.

Kurebahkan Gelis ditempat tidurnya, dan kulepaskan CDnya. Kembali aku tertegun melihat keindahan kemaluan Gelis yang dimataku saat itu, sangat indah dan menggairahkan.

Bulunya tidak terlalu banyak, tersusun rapi dan yang paling mencolok adalah kemontokan vagina Gelis. Kedua belah bibir vaginanya sangat tebal, sehingga klitorisnya agak tertutup oleh daging bibir tersebut. Warnanya kemerahan.

“Pak, jangan diliatin aja dong, Gelis kan malu” Kata Gelis.

Aku sudah tidak mempunyai daya untuk bicara lagi, melainkan kutundukkan kepalaku dan bibirkupun menyentuh vagina Gelis yang walaupun kakinya dibuka lebar, tapi tetap terlihat rapat, karena ketebalan bibir vaginanya itu.

Gelis menggelinjang, menikmati sentuhan bibirku di klitnya. Kutarik kepalaku sedikit kebelakang agar bisa melihat vagina yang sangat indah ini.

“Gelis, memek kamu indah sekali, sayang”

“Pak Varo suka sama memek Gelis? tanya Gelis.

“Iya sayang, memek kamu indah dan seksi, baunya juga enak” jawabku sambil kembali mencium dan menghirup aroma dari vagina Gelis.

“Mulai sekarang, memek Gelis cuma untuk Pak Varo” Kata Gelis.

“Pak Varo mau kan?”

“Siapa sih yang nggak mau memek kayak gini En?” tanyaku sambil menjilatkan lidahku ke vaginanya kembali.

Gelis terlihat sangat menikmati jilatanku di klitorisnya. Apalagi saat kugigit klitorisnya dengan lembut, lalu lidahku ku masukkan ke liang kenikmatannya, dan sesekali kusapukan lidahku ke lubang anusnya.

“Oooh, sshshh, aahh.. Pak Varo, enak sekali Pak. Terusin ya Pak Varo sayang”

Sepuluh menit, kulakukan kegiatan ini, sampai dia menekan kepalaku dengan kuat ke vaginanya, sehingga aku sulit bernafas”Pak Varo.. aahh, Gelis nggak kuat Pak.. sshh”Kurasakan kedua paha Gelis menjepit kepalaku bersamaan dengan itu, kurasakan vagina Gelis menjadi semakin basah.

Sudah mencapai orgasme yang pertama. Gelis masih menghentak-hentakkan vaginanya kemulutku, sementara air maninya meleleh keluar dari vaginanya. Kuhirup cairan kenikmatan Gelis sampai kering. Dia terlihat puas sekali, matanya menatapku dengan penuh rasa terima kasih. Aku senang sekali melihat dia mencapai kepuasan.

Tak lama kemudian dia bangkit sambil meraih kemaluanku yang masih berdiri tegak seperti menantang dunia. Dia memasukkan kemaluanku kedalam mulutnya, dan mulai menjilati kepala kemaluanku.

Ooouugh, nikmatnya, ternyata Gelis sangat memainkan lidahnya, kurasakan sensasi yang sangat dahsyat saat giginya yang agak tonggos itu mengenai batang kemaluanku. Agak sakit tapi justru sangat nikmat.

Gelis terus mengulum kemaluanku, yang semakin lama semakin membengkak itu. Tangannya tidak tinggal diam, dikocoknya batang kemaluanku, sambil lidah dan mulutnya masih terus mengirimkan getaran-getaran yang menggairahkan di sekujur batang kemaluanku.

“Pak Varo, Gelis masukin sekarang ya Pak?” pinta Gelis.

Aku mengangguk, dan dia langsung berdiri mengangkangiku tepat di atas kemaluanku. Digenggamnya batang kemaluanku, lalu diturunkannya pantatnya. Di bibir vaginanya, dia menggosok-gosokkan kepala kemaluanku, yang otomatis menyentuh klitorisnya juga.

Kemudian dia arahkan kemaluanku ke tengah lobang vaginanya. Dia turunkan pantatnya, dan.. slleepp.. sepertiga kemaluanku sudah tertanam di vaginanya. Gelis memejamkan matanya, dan menikmati penetrasi kemaluanku.

Aku merasakan jepitan yang sangat erat dalam kemaluan Gelis. Aku harus berjuang keras untuk memasukkan seluruh kemaluanku ke dalam kehangatan dan kelembaban vagina Gelis.

Ketika kutekan agak keras, Gelis sedikit meringis. Sambil membuka matanya, dia berkata, “Pelan dong Pak Varo, sakit nih, tapi enak banget”. Dia menggoyangkan pinggulnya sedikit-sedikit, sampai akhirnya seluruh kemaluanku lenyap ditelan keindahan vaginanya.

Kami terdiam dulu, Gelis menarik nafas lega setelah seluruh kemaluanku ‘ditelan’ vaginanya. Dia terlihat konsentrasi, dan tiba-tiba.. aku merasa kemaluanku seperti disedot oleh suatu tenaga yang tidak terlihat, tapi sangat terasa dan enaak sekali. Ruaar Biasaa! Kemaluan Gelis menyedot kemaluanku!

Belum sempat aku berkomentar tentang betapa enaknya vaginanya, Gelispun mulai membuat gerakan memutar pinggulnya. Mula-mula perlahan, semakin lama semakin cepat dan lincah gerakan Gelis. Waw.. kurasakan kepalaku hilang, saat dia ‘mengulek’ kemaluanku di dalam vaginanya.

Gelis merebahkan badannya sambil tetap memutar pinggulnya. Buah dadanya yangbesar menekan dadaku, dan.. astaga.. sedotan vaginanya semakin kuat, membuat aku hampir tidak bertahan.
Aku tidak mau orgasme dulu, aku ingin menikmati dulu vagina Gelis yang ternyata ada ‘empot ayamnya’ ini lebih lama lagi.

Maka, kudorong tubuh Gelis ke atas, sambil kusuruh lepas dulu, dengan alasan aku mau ganti posisi. Padahal aku takut ‘kalah’ sama dia.

Lalu kusuruh Gelis tidur terlentang, dan langsung kuarahkan kemaluanku ke vaginanya yang sudah siap menanti ‘kekasihnya’. Walaupun masih agak sempit, tapi karena sudah banyak pelumasnya, lebih mudah kali ini kemaluanku menerobos lembah kenikmatan Gelis.

Kumainkan pantatku turun naik, sehingga tititku keluar masuk di lorong sempit Gelis yang sangat indah itu.

Dan, sekali lagi akupun merasakan sedotan yang fantastis dari vagina Gelis. Setelah 15 menit kami melakukan gerakan sinkron yang sangat nikmat ini, aku mulai merasakan kedutan-kedutan di kepala tititku.

“Gelis, aku udah nggak kuat nih, mau keluar, sayang”, kataku pada Gelis.

“Iya Pak, Gelis juga udah mau keluar lagi nih. Oohh, sshh, aahh.. bareng ya Pak Varo.., cepetin dong genjotannya Pak” pinta Gelis.

Akupun mempercepat genjotanku pada lobang vagina Gelis yang luar biasa itu, Gelis mengimbanginya dengan ‘mengulek’ pantatnya dengan gerakan memutar yang sangat erotis, ditambah dengan sedotan alami didalam vaginanya. Akhirnya aku tidak dapat bertahan lebih lama lagi, sambil mengerang panjang, tubuhku mengejang.

“Gelis, hh.. hh, aku keluar sayaang”

Muncratlah air maniku ke dalam vaginanya. Di saat bersamaan, Gelis pun mengejang sambil memeluk erat tubuhku.

“Pak Irwaan, Gelis juga keluar paakk, sshh, aahh”.

Aku terkulai di atas tubuh Gelis. Gelis masih memeluk tubuhku dengan erat, sesekali pantatnya mengejang, masih merasakan kenikmatan yang tidak ada taranya itu. Nafas kami memburu, keringat tak terhitung lagi banyaknya. Kami berciuman.

“Gelis, terima kasih yaa, memek kamu enak sekali” Kataku.

“Pak Varo suka memek Gelis?”

“Suka banget En, abis ada empot ayamnya sih” jawabku sambil mencium bibirnya.

Kembali kami berpagutan.

“Dibandingin sama Bu Dewi, enakan mana Pak?” pancing Gelis.

“Jauh lebih enak kamu sayang”

Gelis tersenyum.

“Jadi, Pak Varo mau lagi dong sama Gelis lain kali. Gelis sayang sama Pak Varo”
Aku tidak menjawab, hanya tersenyum dan memeluk Gelis. Pembantu ibuku yang sekarang jadi kekasih gelapku.

Cerita sex 2017, cerita sex dewasa, cerita dewasa bugil, cerita abg dewasa, cerita abg ngentot, cerita tante sex, cerita ngentot, cerita seks sedarah, cerita bokep, sex ditempat umum, cerita sex anak, cerita sex hot, cerita hot janda, cerita sex ibu, cerita sex sedarah, cerita sex terbaru, cerita hot dewasa, cerita dewasa tante, cerita dewasa panas, cerita sex mesum.